KOLEKSI PUSTAKA

KOLEKSI PUSTAKA

MENANTI DIBACA

MENANTI DIBACA

MEMBACA

MEMBACA

BUKU PUN TERSENYUM

BUKU PUN TERSENYUM
Selamat Datang dan Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
Tampilkan postingan dengan label Asmaul Husna. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Asmaul Husna. Tampilkan semua postingan

Maalikul Mulk (Maha Memiliki Kerajaan)

Kerajaan Allah meliputi dunia (langit dan bumi) serta akhirat. Semua kehendak Allah pasti terlaksana di wilayah kerajaan-Nya. Dia mengatur kerajaan sebagaimana yang Dia kehendaki. Tak seorang pun bisa menolak ketetapan-Nya. Dia menciptakan segala sesuatu, mengakhiri keberadaan sebagian makhluk, tanpa siapa pun bisa melarang. Dia juga tidak membutuhkan bantuan dari siapa pun.

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ

Katakanlah (Muhammad), "Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki... [Q.S. Ali Imran: 26]

Akhlak Kita Terhadap Sifat Maalikul Mulk:

1. Tidak boleh merusak atau mengancurkan bumi karena bumi adalah kerajaan Allah.
2. Menjadi pemimpin yang dapat mencegah kemungkaran dengan kekuasaan yang dimilikinya.
3. Menjadi pemimpin yang bisa memerintah rakyat dengan adil.
4. Selalu bersikap mengabdi kepada Allah.

Kesimpulan:

Kerajaan Allah meliputi langit dan bumi (dunia) serta akhirat. Semuanya tunduk di bawah perintah Allah. Begitu juga ketika kiamat karena tidak ada yang akan mampu menolak-Nya.

Al Jaami' (Maha Mengumpulkan)

Allah Maha Mengumpulkan seluruh makhluk di muka bumi. Allah mengumpulkan ayah dan ibu kita dalam satu keluarga. Allah telah mengumpulkan kita dengan teman-teman kita dalam satu sekolah. Allah telah mempertemukan kita dengan orang lain dalam satu masyarakat, satu pekerjaan, satu kegemaran, satu organisasi, dan perkumpulan lainnya.

Di akhirat kelak, Allah Maha Mengumpulkan kita semua di padang mahsyar yang sangat panas dengan amal masing-masing untuk menerima pembalasan dari Allah. Kemudian Allah akan mengumpulkan kita di tempat yang abadi, yaitu di surga atau neraka. Surga adalah tempat berkumpulnya orang yang gemar beramal shaleh, sementara neraka adalah tempat berkumpulnya para pendosa.

رَبَّنَا إِنَّكَ جَامِعُ النَّاسِ لِيَوْمٍ لا رَيْبَ فِيهِ إِنَّ اللَّهَ لا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ

Ya Tuhan kami, Engkaulah yang mengumpulkan manusia pada hari yang tidak ada keraguan padanya. Sungguh, Allah tidak menyalahi janji. [Q.S. Ali Imran: 9]

Akhlak Kita Terhadap Sifat Al Jaami':

1. Hidup dengan sesama manusia dan makhluk Allah yang lain secara baik.
2. Memilih teman dan sahabat yang bisa membawa pada kebaikan.
3. Memperbanyak silaturrahim.
4. Tidak berbuat sombong terhadap makhluk Allah di dunia ini, tetapi saling bekerja sama untuk menggapai ridha Allah.

Kesimpulan:

Allah Maha Mengumpulkan seluruh makhluk, baik di dunia maupun di akhirat. Kita berkumpul dan bertemu karena Allah. Di akhirat kita juga akan dikumpulkan untuk mempertanggungjawabkan perbuatan kita.

Al Muqsith (Maha Adil)

Allah adil terhadap makhluk-Nya dalam memberikan rezeki. Keadilan Allah juga tampak dalam penetapan hukuman bagi orang-orang yang durhaka. Dengan sifat Al Muqsith, Allah memutuskan perkara secara adil sehingga tidak ada yang merasa dirugikan. Allah memperlakukan hamba-hamba-Nya secara adil dalam semua keputusan dan ketetapan-Nya. Orang yang mengerjakan perbuatan jahat sekecil apa pun akan dibalas dengan adil oleh Allah. Orang yang berbuat baik sekecil apa pun juga akan diberi pahala kebaikan oleh Allah.

فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

...jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah) maka damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlakulah adil. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. [Q.S. Al Hujurat: 9]

Akhlak Kita Terhadap Sifat Al Muqsith:

1. Selalu berbuat adil, baik kepada diri sendiri maupun kepada yang lain, termasuk makhluk di sekitar kita.
2. Tidak berlaku zalim, baik kepada diri sendiri maupun kepada yang lain, termasuk makhluk di sekitar kita.
3. Beramal yang banyak supaya Allah memberikan balasan terbaik di dunia dan di akhirat.
4. Berhati-hati dalam bersikap, berkata, dan berbuat karena semua akan ada balasannya.

Kesimpulan:

Allah adil dalam segala keputusan kepada makhluk-Nya. Tidak ada makhluk yang dirugikan dengan keputusan dan ketetapan Allah.

Dzul Jalaali wal Ikraam (Maha Memiliki Keagungan dan Kemuliaan)

Allah adalah pemilik segala kebesaran dan kemuliaan. Kebesaran Allah ditunjukkan dengan sifat-Nya yang lain, yaitu Maha Kaya, Maha Suci, Maha Mengetahui, Maha Kuasa, dan lain-lain. Kemuliaan Allah ditunjukkan dengan sifat-sifat Maha Pemurah, Maha Luas anugerah-Nya, Maha Memberi, dan lain-lain. Semua sifat yang menunjukkan kemuliaan dan kebesaran hanya milik Allah. Semua kemuliaan dan kebesaran berasal dari Allah. Tidak ada makhluk yang memiliki kebesaran dan kemuliaan jika Allah tidak mengizinkan.

تَبَارَكَ اسْمُ رَبِّكَ ذِي الْجَلالِ وَالإكْرَامِ

Maha Suci nama Tuhanmu Pemilik Keagungan dan Kemuliaan. [Q.S. Ar Rahman: 78]

Akhlak Kita Terhadap Sifat Dzul Jalaali wal Ikraam:

1. Tidak menyia-nyiakan kemuliaan yang diberikan Allah.
2. Menjaga diri untuk tidak melakukan perbuatan tercela.
3. Selalu memuliakan Allah dengan menyebut dan mengagungkan nama-Nya.
4. Mendekatkan diri dan bersandar kepada Allah dengan rendah hati.

Kesimpulan:

Segala kebesaran dan kemuliaan adalah kepunyaan Allah semata. Allah memuliakan manusia dengan memberikan akal. Jadi, manusia harus selalu berfikir untuk memuliakan-Nya.

Ar Ra'uuf (Maha Pelimpah Kasih)

Allah sangat mengasihi semua makhluk ciptaan-Nya. Tidak ada satu makhluk pun yang lepas dari karunia dan rahmat Allah. Manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, malaikat, dan jin adalah makhluk yang mendapat rezeki dan nikmat dari-Nya. Bahkan, kepada orang jahat pun Allah tetap menyayangi dan mengasihi.

Nama Allah yang memiliki arti sama dengan Ar Ra'uuf adalah Ar Rahmaan (Maha Pengasih). Ar Ra'uuf adalah anugerah Allah yang selalu melimpah, bahkan melebihi dan diberikan kepada yang disenangi Allah. Sedangkan, Ar Rahmaan, anugerah Allah hanya sesuai dengan kebutuhan makhluk dan diberikan kepada siapa saja.

 وَإِنْ كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ

...Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia. [Q.S. Al Baqarah: 143]

Akhlak Kita Terhadap Sifat Ar Ra'uuf:

1. Menyayangi semua manusia karena mereka adalah saudara kita.
2. Menyayangi semua makhluk yang ada di bumi, baik tumbuhan maupun hewan karena semua itu adalah ciptaan Allah.
3. Tidak mengasihi musuh-musuh Allah.
4. Selalu menjaga silaturrahim dan ukhuwah islamiyah.

Kesimpulan:

Kasih sayang Allah terlihat dari berlimpahnya anugerah kepada manusia, baik kepada yang beriman maupun durhaka. Allah tiada henti memberi rahmat dan anugerah kepada hamba-Nya.

Al 'Afuww (Maha Pemaaf)

Allah mengikis habis dosa dan kesalahan hamba-Nya. Dia selalu membuka pintu maaf. Allah tidak pernah bosan mengampuni orang-orang yang bersalah meskipun mereka telah melakukan kesalahan berulang kali.

Allah memberi maaf tidak hanya kepada yang meminta maaf. Namun, Allah sudah memaafkan kesalahan orang yang belum meminta maaf.

Memaafkan dalam hal ini adalah menghapusnya sehingga tidak ada lagi.

ذَلِكَ وَمَنْ عَاقَبَ بِمِثْلِ مَا عُوقِبَ بِهِ ثُمَّ بُغِيَ عَلَيْهِ لَيَنْصُرَنَّهُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَعَفُوٌّ غَفُورٌ

Demikianlah, dan barangsiapa membalas seimbang dengan (kezaliman) penganiayaan yang pernah dia derita kemudian dia dizalimi (lagi), pasti Allah akan menolongnya. Sungguh, Allah Maha Pemaaf, Maha Pengampun. [Q.S. Al Hajj: 60]

Akhlak Kita Terhadap Sifat Al 'Afuww:

1. Selalu membuka pintu maaf selebar-lebarnya.
2. Memaafkan kesalahan orang lain sebelum yang bersalah meminta maaf.
3. Tetap berbuat baik kepada orang yang pernah berbuat salah kepada kita.
4. Tidak berbuat kesalahan agar tidak mengecewakan orang lain.

Kesimpulan:

Allah akan tetap memaafkan kesalahan hamba-Nya meskipun dia belum meminta maaf. Bahkan, kesalahan-kesalahan yang lalu akan dihapus-Nya sehingga tidak ada lagi. Hal itu membuktikan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya.

Al Muntaqim (Maha Pemberi Balasan)

Allah akan memberi balasan pada setiap perbuatan yang dilakukan manusia. Balasan yang diberikan Allah berupa siksaan bagi mereka yang durhaka ketika di dunia. Allah akan memberikan balasan kepada orang yang terus-menerus berbuat maksiat, yang merasa senang terhadap kelalaian dan keangkuhan, yang senang merusak, serta yang berbuat zalim terhadap orang lain dan makhluk-Nya.

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ ثُمَّ أَعْرَضَ عَنْهَا إِنَّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ مُنْتَقِمُونَ

Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian dia berpaling darinya? Sungguh, Kami akan memberikan balasan kepada orang-orang yang berdosa. [Q.S. As Sajdah: 22]

Akhlak Kita Terhadap Sifat Al Muntaqim:

1. Menjauhkan diri dari perbuatan dosa.
2. Senantiasa mengingat Allah sehingga kita akan selalu merasa terawasi.
3. Berteman dengan orang yang berakhlak mulia.
4. Selalu takut akan ancaman Allah sehingga menjauhi segala yang dilarang Allah.

Kesimpulan:

Allah akan memberi balasan kepada hamba-Nya, yaitu berupa siksaan. Balasan ini akan diberikan Allah di akhirat.

At Tawwaab (Maha Penerima Tobat)

Allah sangat senang menerima tobat dari hamba-Nya. Dia dapat menerima tobat meskipun hamba-Nya melakukan dosa yang berulang-ulang. Betapa pun banyak dosa dilakukan manusia, Allah selalu membuka pintu tobat.

إِلا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

Kecuali mereka yang telah bertobat, mengadakan perbaikan dan menjelaskan(nya), mereka itulah yang Aku terima tobatnya dan Akulah Yang Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang. [Q.S. Al Baqarah: 160]

Akhlak Kita Terhadap Sifat At Tawwaab:

1. Selalu memohon ampun kepada Allah.
2. Memaafkan orang lain sebelum orang yang bersalah tersebut meminta maaf.
3. Bertobat dengan cara yang benar, yaitu mengakui kesalahan, berjanji tidak mengulangi, dan memperbanyak amal shaleh.
4. Segera bertobat jika melakukan perbuatan dosa.

Kesimpulan:

Allah memudahkan jalan menuju tobat kepada hamba-Nya dengan cara menampakkan tanda kebesaran-Nya, mengingatkan ancaman-Nya, dan memberi peringatan.

Al Barr (Maha Baik)

Allah selalu berbuat baik kepada yang dikehendaki-Nya. Dia memberi berbagai macam anugerah dan nikmat untuk kemaslahatan makhluk. Pemberian-Nya tidak terhitung, baik kepada makhluk yang taat maupun yang durhaka. Allah Al Barr juga berarti berbuat dengan penuh kebaikan. Segala yang dilakukan Allah adalah untuk kebaikan makhluk-Nya.

إِنَّا كُنَّا مِنْ قَبْلُ نَدْعُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيمُ

Sesungguhnya kami menyembah-Nya sejak dahulu. Dialah Yang Maha Melimpahkan Kebaikan, Maha Penyayang. [Q.S. At Thur: 28]

Akhlak Kita Terhadap Sifat Al Barr:

1. Berbakti kepada kedua orangtua.
2. Bersikap dermawan.
3. Banyak bersedekah kepada orang yang membutuhkan.
4. Banyak beramal.

Kesimpulan:

Semua yang kita terima merupakan wujud kebaikan Allah. Apa yang diberikan Allah tidak akan pernah dihitung.

Al Muta'aalii (Maha Tinggi)

Ketinggian Allah tidak bisa terjangkau oleh akal manusia. Tidak ada satu makhluk pun yang mampu mendekati atau menyamai ketinggian-Nya, apalagi mencapai ketinggian kedudukan Allah. Dengan ketinggian-Nya itulah, Dia terlalu sempurna dan tak terjangkau oleh akal. Sifat ini ditujukan kepada mereka yang menganggap dirinya tinggi sehingga Allah membuktikan bahwa anggapan itu keliru.

عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ الْكَبِيرُ الْمُتَعَالِ

Allah yang mengetahui semua yang gaib dan yang nyata; Yang Maha Besar, Maha Tinggi. [Q.S. Ar Ra'd: 9]

Akhlak Kita Terhadap Sifat Al Muta'aalii:

1. Memperbaiki diri dari kekurangan iman, ibadah, dan akhlak.
2. Tidak menyombongkan diri terhadap prestasi yang telah diraih.
3. Selalu bersyukur atas prestasi yang telah diraih.
4. Membantu orang-orang yang tertindas keluar dari kesusahan, misalnya memberi pekerjaan.

Kesimpulan:

Hendaknya kita jangan merasa tinggi sebab ketinggian hanya milik Allah semata.

Al Waalii (Maha Pelindung)

Allah adalah penguasa alam semesta. Allah menguasai nasib makhluk-Nya yang ada di dunia dan di akhirat nanti. Karena Allah menguasai makhluk, Dia dapat mengatur, mengurusi, dan melindungi sekehendak-Nya.

أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ

Tidakkah kamu tahu bahwa Allah memiliki kerajaan langit dan bumi? Dan tidak ada bagimu pelindung dan penolong selain Allah. [Q.S. Al Baqarah: 107]

Akhlak Kita Terhadap Sifat Al Waalii:

1. Membimbing orang lain melakukan tugas dan kewajiban sesuai dengan kemampuannya.
2. Memberi perlindungan dan pemeliharaan kepada masyarakat.
3. Tidak mencari perlindungan kecuali kepada Allah.
4. Selalu tunduk dan patuh kepada perintah Allah.

Kesimpulan:

Allah adalah penguasa, pemerintah, pelindung, dan pemilik segala sesuatu. Dia dapat mengelola dan menggunakannya sesuai dengan kehendak-Nya.

Al Baathin (Maha Tersembunyi)

Allah tidak terlihat, tersembunyi dari pandangan mata makhluk-Nya. Allah tersembunyi, baik Dzat maupun sifat-Nya. Penglihatan kita tak akan mampu melihat Allah. Sebenarnya, Allah kelihatan dan tampak nyata. Karena nyata dan jelas, mata dan pikiran kita silau sehingga tidak mampu memandang-Nya. Meskipun Allah tidak terlihat oleh kedua mata kita, sungguh terasa di dalam hati kalau kita mau membuka mata hati.

هُوَ الأوَّلُ وَالآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. [Q.S. Al Haadid: 3]

Akhlak Kita Terhadap Sifat Al Baathin:

1. Yakin bahwa Allah selalu bersama dan mengawasi kita.
2. Meninggalkan dosa-dosa yang bersifat batiniah (berbohong, curang).
3. Melakukan kebaikan yang tersembunyi dengan lebih baik daripada yang terlihat (sedekah, infaq).
4. Tidak menampakkan sesuatu yang bertentangan dengan hukum Allah.

Kesimpulan:

Allah tersembunyi dari pandangan mata makhluk-Nya. Hanya mata hati kita yang mampu melihat Allah, yaitu dari ciptaan-ciptaan-Nya.

Azh Zhaahir (Maha Nyata)

Alam ini adalah bukti bahwa Allah ada dan nyata. Namun, tidak ada satu pun yang mampu melukiskan-Nya karena terbatasnya penglihatan manusia. Allah selalu bersama kita dan selalu hadir di mana pun kita berada. Bukti Allah bersama kita adalah dengan adanya ciptaan-Nya, seperti matahari, bulan, langit dan bumi. Juga adanya siang, malam, hujan, panas, hewan, dan tumbuh-tumbuhan.

هُوَ الأوَّلُ وَالآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. [Q.S. Al Haadid: 3]

Akhlak Kita Terhadap Sifat Azh Zhaahir:

1. Membuat karya-karya indah dan bermanfaat.
2. Meninggalkan dosa-dosa yang bersifat lahiriah.
3. Tidak menyakiti hewan, tumbuh-tumbuhan, dan manusia karena mereka makhluk ciptaan Allah.
4. Selalu berhati-hati dalam bertindak karena Allah selalu hadir dan mengawasi kita.

Kesimpulan:

Allah itu Azh Zhaahir, yang berarti Maha Nyata atau Maha Ada. Adanya Allah dibuktikan dengan adanya alam ini. Allah selalu hadir di dekat kita. Hanya orang-orang yang beriman yang dapat merasakan kehadiran Allah di hatinya. Namun, tidak ada yang tahu bentuk Allah.

Al Aakhir (Maha Akhir)

Allah akan masih tetap ada setelah semua makhluk-Nya binasa. Ketika kiamat nanti, alam semesta akan musnah dan mati. Yang tetap ada hanyalah Allah. Hanya kepada Allah semua makhluk ciptaan-Nya kembali karena sesungguhnya Allah Maha Akhir.

هُوَ الأوَّلُ وَالآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. [Q.S. Al Hadid: 3]

Akhlak Kita Terhadap Sifat Al Aakhir:

1. Melakukan segala ibadah dari awal hingga akhir hanya kepada Allah.
2. Menjalankan kewajiban kepada Allah hingga ajal.
3. Menyadari semua manusia akan mati dan dimintai pertanggungjawaban.
4. Tidak menunda-nunda tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggungjawab kita.

Kesimpulan:

Allah akan tetap ada setelah segala sesuatu berakhir sesuai dengan kehendak-Nya. Dia akan tetap kekal.

Al Awwal (Maha Awal)

Allah ada paling awal. Allah ada sebelum segala sesuatu ada. Keberadaan Dzat Allah tidak ada yang mendahului dan tidak didahului oleh sesuatu pun. Segala sesuatu yang ada di dunia ini semata-mata bersumber kepada Allah. Misalnya, meja dan kursi tentu ada yang membuatnya, yaitu tukang meja dan kursi. Namun, bahannya tentu dari kayu yang berasal dari pohon, sedangkan pohon atau tumbuh-tumbuhan adalah ciptaan Allah.

هُوَ الأوَّلُ وَالآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. [Q.S. Al Hadid: 3]

Akhlak Kita Terhadap Sifat Al Awwal:

1. Awal dalam beramal agar menjadi contoh bagi yang lain.
2. Berada di barisan terdepan ketika Shalat.
3. Menjadi pelopor dalam kebaikan.

Kesimpulan:

Dzat Allah itu dahulu, tidak ada yang mendahului. Dzat Allah itu awal, tidak ada yang mengawali. Dia ada sebelum segala sesuatu ada.

Al Muakhkhir (Maha Mengakhirkan)

Allah mengakhirkan hidayah atau petunjuk bagi seseorang yang Dia kehendaki. Dia juga menangguhkan siksaan bagi hamba-Nya. Hanya Allah yang dapat menunda atau mengakhirkan segala sesuatu, termasuk hari kiamat. Allah menangguhkan petunjuk bagi orang-orang yang durhaka dan menunda azab bagi orang-orang yang berdosa. Itulah bukti kasih sayang Allah karena Allah memberi kesempatan kepada mereka yang durhaka agar sadar dan memohon ampunan dari Allah.

وَلا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الأبْصَارُ

Dan janganlah engkau mengira bahwa Allah lengah dari apa yang diperbuat oleh orang yang zalim. Sesungguhnya Allah menangguhkan mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. [Q.S. Ibrahim: 42]

Akhlak Kita Terhadap Sifat Al Muakhkhir:

1. Tidak mendahulukan kepentingan sedikit orang sehingga merugikan banyak orang.
2. Tidak takabur jika Allah menunda hukuman kita. Sesungguhnya Allah hanya menunda, tetapi tidak melupakan. Oleh karena itu, segeralah bertobat.
3. Menangguhkan segala sesuatu jika memang kurang bermanfaat.
4. Memilih hal yang paling bermanfaat untuk dilaksanakan terlebih dulu dan mengakhirkan hal yang kurang bermanfaat.

Kesimpulan:

Hanya Allah yang dapat menangguhkan dan mengakhirkan segala sesuatu. Jika Allah menghendaki segala sesuatu berakhir, tidak ada satu makhluk pun yang mampu menghalangi-Nya.

Al Muqaddim (Maha Mendahulukan)

Allah mendahulukan segala sesuatu dengan kekuasaan, ilmu, dan kebijaksanaan yang dimiliki-Nya. Dia berhak mengutamakan siapa saja yang Dia kehendaki. Allah tidak akan menunda sesuatu, kecuali karena mengandung hikmah dan kebaikan. Allah juga tidak akan mempercepat segala sesuatu, kecuali ada kebaikan di balik itu. Allah mendahulukan peringatan sebelum menurunkan azab.

قُلْ لَكُمْ مِيعَادُ يَوْمٍ لا تَسْتَأْخِرُونَ عَنْهُ سَاعَةً وَلا تَسْتَقْدِمُونَ

Katakanlah, "Bagimu ada hari yang telah dijanjikan (hari kiamat), kamu tidak dapat meminta penundaan atau percepatannya sesaat pun." [Q.S. Saba': 30]

Akhlak Kita Terhadap Sifat Al Muqaddim:

1. Selalu mendahulukan diri dalam berbuat kebaikan.
2. Tidak mengerjakan sesuatu yang sia-sia tanpa tujuan yang bermanfaat.
3. Tidak suka menunda-nunda pekerjaan.
4. Tidak mendahulukan kepentingan satu orang dengan merugikan kepentingan orang banyak.

Kesimpulan:

Allah Maha Mendahulukan segala sesuatu yang dikehendaki-Nya. Allah mendahulukan peringatan sebelum mendatangkan azab. Allah mendahulukan anugerah kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya. Jika Allah menghendaki sesuatu mendahului yang lain, tidak ada yang mampu menghalangi.

Al Muqtadir (Maha Menentukan)

Tidak seorang pun mampu menghentikan kehendak dan kekuasaan-Nya. Allah menguasai dan menentukan segala sesuatu. Apabila menghendaki sesuatu, Dia cukup memerintahkan, "Kun fayakun" (jadilah maka jadilah). Tidak ada satu kekuatan pun yang mampu menghalangi kekuasaan Allah. Meskipun sangat berkuasa dan mampu melakukan apa pun yang diinginkan, Allah tidak senantiasa melakukannya.

أَوْ نُرِيَنَّكَ الَّذِي وَعَدْنَاهُمْ فَإِنَّا عَلَيْهِمْ مُقْتَدِرُونَ

Atau Kami perlihatkan kepadamu (azab) yang telah Kami ancamkan kepada mereka. Maka sungguh, Kami berkuasa atas mereka. [Q.S. Az Zukhruf: 42]

Akhlak Kita Terhadap Sifat Al Muqtadir:

1. Selalu berusaha dan berdoa kepada Allah dalam meraih keinginan.
2. Mengembalikan semua urusan kepada Allah apabila keinginan kita tidak tercapai.
3. Tidak menjadi orang yang sombong.

Kesimpulan:

Kekuasaan Allah meliputi segala sesuatu. Dia kuasa menjatuhkan sanksi dan melimpahkan rahmat kepada yang dikehendaki-Nya.

Al Qaadir (Maha Kuasa)


Allah memiliki kekuasaan yang tak terbatas, tetapi kekuasaan ini hanya digunakan untuk mengatasi orang-orang yang melakukan aniaya.

Mereka yang telah melakukan aniaya akan diazab oleh Allah SWT dengan kekuasaan-Nya. Misalnya, orang yang selalu merusak lingkungan, akan diazab Allah dengan banjir dan tanah longsor.

قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ

Katakanlah (Muhammad), "Dialah yang berkuasa mengirimkan azab kepadamu, dari atas atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kamu keganasan sebagian yang lain... [Q.S. Al An'am: 65]

Akhlak Kita Terhadap Sifat Al Qaadir:

1. Memberi maaf saat kita tengah berkuasa dan mampu untuk membalas.
2. Menggunakan kekuatan dan kekuasaan untuk membarantas kezaliman.
3. Menggunakan kekuasaan serta kemampuan untuk kebaikan diri sendiri dan seluruh umat manusia.
4. Selalu tunduk kepada Allah karena kita tidak dapat mengalahkan kekuasaan Dia.

Kesimpulan:

Allah kuasa atas segala sesuatu. Allah kuasa untuk menetapkan atau menentukan sesuatu, mencabut atau memberi sesuatu tanpa ada yang dapat mencegahnya. Segala sesuatu berada di bawah kekuasaan Allah dan semua tunduk kepada-Nya.

Ash Shamad (Maha Tempat Bergantung)

Allah pasti dibutuhkan oleh hamba-Nya. Dialah tempat bergantung, tempat memohon, dan meminta segala sesuatu. Semua makhluk menggantungkan harapan mereka hanya kepada Allah untuk memperoleh segala kebaikan dan kebajikan. Hanya Allah yang dapat meluluskan permohonan hamba-Nya.

اللَّهُ الصَّمَدُ

Allah tempat meminta segala sesuatu. [Q.S. Al Ikhlash: 2]

Akhlak Kita Terhadap Sifat Ash Shamad:

1. Berusaha untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain dalam urusan agama dan dunia.
2. Dapat menyelamatkan urusan orang lain dengan tenaga, pikiran, dan tutur kata yang baik.
3. Menjadikan Allah sebagai tumpuan pertama dalam meminta semua keinginan kita.
4. Tidak bermohon kecuali hanya kepada Allah.

Kesimpulan:

Hanya Allah tempat kita memohon dan mengadukan segala urusan. Allah Ash Shamad sebagai satu-satunya tempat tujuan permohonan dan tumpuan harapan manusia.