KOLEKSI PUSTAKA

KOLEKSI PUSTAKA

MENANTI DIBACA

MENANTI DIBACA

MEMBACA

MEMBACA

BUKU PUN TERSENYUM

BUKU PUN TERSENYUM
Selamat Datang dan Terima Kasih Atas Kunjungan Anda

Al-Mu'min (Maha Mengaruniai keamanan / Maha Tepercaya)


Al-Mukmin Adalah Zat Yang Memberi Rasa Aman

Pada awal penciptaannya, manusia adalah makhluk yang lemah, yang sangat membutuhkan bantuan dari sesama makhluk lainnya untuk mendapatkan rasa aman. Ia butuh orang lain untuk menjamin makannya, yang menawarkan rasa sakitnya serta yang melindunginya ketika diancam oleh musuh-musuhnya, sehingga sebagai pribadi dan kelompok, manusia akan selalu berusaha untuk memperoleh rasa aman dengan cara yang berbeda-beda.

Orang atau negara yang lemah biasanya akan meminta perlindungan kepada yang lebih kuat dari padanya. Dan apabila rasa aman yang diharapkan ternyata tidak tercapai, maka dia akan berusaha untuk mencari perlindungan lain atau menambah pelindung-pelindung dengan membentuk suatu kelompok yang lebih besar sehingga menjadi bertambah kuat, sehingga bertambah pulalah rasa amannya.

Apabila rasa aman yang mereka harapkan ternyata pada akhirnya tidak mampu mereka dapatkan seperti ketika tanah mereka sudah tidak lagi layak untuk ditanami, sumber air yang sudah susah untuk didapatkan, bencana alam dan wilayah mereka diinvansi oleh musuh-musuh mereka, maka mereka akan ramai-ramai meninggalkan wilayah mereka yang sudah tidak lagi memberi rasa aman tersebut menuju ke tempat yang lain yang menurut mereka bisa memberi rasa aman.

Namun demikian, bahaya yang jumlahnya tidak terhingga itu akan selalu silih berganti mendatangi mereka, sehingga manusia akan selalu hidup dalam ketakutan dan diliputi oleh perasaan tidak aman dalam hidupnya.

Dalam kondisi ini, manusia akan berusaha meminta bantuan kepada tuhan-tuhan mereka atau kepada sesuatu yang dipertuhankan oleh mereka, seperti patung dan berhala, api, matahari serta sesuatu yang mereka dewa-dewakan atau apa saja yang mereka anggap mampu memberikan rasa aman.

Ketahuilah bahwa sesungguhnya ketika siksa Allah menimpa suatu kaum, maka tidak akan ada seorangpun yang dapat memberi mereka rasa aman, karena memang manusia tidak mempunyai kemampuan untuk menciptakan benteng perlindungan dari siksa Allah “ Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?, Atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan ) peringatanKu ( QS : 067 :  Al Mulk : Ayat : 16 – 17 )

Sesungguhnya rasa aman itu hanyalah berasal dari Allah SWT yang telah memperkenalkan diri-Nya dengan nama Al-Mukmin yaitu Zat Yang Maha Pemberi Rasa Aman kepada hamba-Nya yang mukmin, sehingga orang yang merasa aman hanyalah orang-orang yang diberi rasa aman oleh Allah SWT dan lawan dari rasa aman adalah al-Khauf yang berarti rasa takut.

Dengan demikian, maka sesungguhnya rasa aman yang dirasakan di dunia ini dengan segala macam bentuknya semunya berada dalam kekuasaan Allah SWT Yang Memberi Rasa Aman, Yang memberi nikmat dan mencegah bahaya “ Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” ( QS : 007 : Al A’raaf : Ayat : 96 )

Dengan demikian, nyatalah bahwa sesungguhnya rasa aman yang diberikan Allah kepada para hamba-Nya yang beriman, kadarnya akan sangat sesuai dengan tingkat keimanan dan kekuatan tauhidnya terhadap kekuasaan Allah atas rasa aman tersebut. “ Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang Telah dijanjikan Allah kepadamu”. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta “. ( QS : 041 : Fushshilat : Ayat : 31 – 31 )

Berzikir dengan nama Allah Al-Mukmin disamping menumbuhkan dan memperkuat keyakinan dan keimanan kita, bahwa keamanan dan rasa aman yang dirasakan manusia sebagai makhluk adalah suatu rahmat dan karunia yang diberikan dari sisi Allah SWT sebagai Al-Mukmin yaitu Tuhan Yang Maha Pemberi Rasa Aman juga mengandung pengertian bahwa sebagai seorang hamba yang beriman, seorang Mukmin dituntut harus mampu menjadi bagian dari pertumbuhan dan perkembangan rasa aman itu terhadap lingkungannya. “ Barangsiapa yang membawa kebaikan, Maka ia memperoleh (balasan) yang lebih baik dari padanya, sedang mereka itu adalah orang-orang yang aman tenteram dari pada kejutan yang dahsyat pada hari itu.” ( QS : 027 : An Naml : Ayat : 89 )

Dan adalah mustahil seseorang tersebut dinyatakan beriman kepada Allah SWT, apabila dalam hatinya masih terselip suatu pembangkangan terhadap kekuasaan Allah SWT. Ketika Allah SWT telah menyatakan diri-Nya sebagai Al-Mukmin atau Zat yang memberi rasa aman, maka ketika itu juga seorang hamba yang mukmin, dengan segenap kemuliaan yang ada padanya, pasti akan berusaha dengan segenap keyakinan yang dimilkinya untuk menjadi bagian dari proses penciptaan rasa aman tersebut pada keluarga dan lingkungannya.

Al-Mukmin Zat Yang Membenarkan Kebenaran

Menurut Az-Zujaji dalam Isyttiqaq Asma Allah al-Husna, Al-Mukmin juga berarti pembenar karena iman dalam setiap definisinya selalu mengacu ke substansi makan pembenaran atau setidak-tidaknya mengacu kepada makan yang mendekati atau yang berkaitan dengan makna itu

Selanjutnya bebarapa makna pembenaran yang terkandung dalam hakikat makna Al-Mukmin dapat disimpulkan dalam beberapa hal diantaranya :

1.  Pembenaran Allah terhadap diri-Nya dengan tauhid dan sifat – sifat-Nya.

Pembenaran ini telah dinyatakan Allah dengan tegas bahwa Allah adalah Zat Yang Maha Esa. Pernyataan ini adalah kesaksian yang paling agung. Tidak ada kesaksian yang lebih agung dari pada kesaksian Allah sendiri atas diri-Nya. Kesaksian-Nya jauh lebih agung dibandingkan dengan kesaksian para malaikat, kesaksian para rasul, para nabi dan kesaksian makhluk. “ Dan dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. dan dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” ( QS : 006 : Al An’am : Ayat : 08 )

2.  Pembenaran Allah Terhadap Para Rasul, Nabi dan Para Pengikutnya.

Keutamaan-keutamaan yang dimilki oleh kaum mukmin telah dengan gamblang dan tegas dinyatakan Allah SWT dalam ayat – ayat Al-Quran merupakan suatu bukti kesaksian pembenaran yang disampaikan Allah Tuhan Yang Maha Esa atas kebenaran tauhid yang difahami sebagai sebuah keyakinan yang teguh

Selanjutnya pertolongan yang diberikan Allah kepada hamba-Nya yang ditunjukkan kepada musuh-musuh mereka seperti pera malaikat yang turut serta bahu membahu dengan kaum mukminin dalam sebuah perperangan serta pekikan-pekikan spontanitas dari orang-0orang kafir yang memohon kepada Allah agar memberikan pertolongan-Nya kepada orang yang benar ;  merupakan suatu bukti pembenaran yang diberikan Allah terhadap kebenaran Para Rasul, Nabi dan Para Pengikutnya serta kebenaran ajaran yang dibawanya

Ditimpakannya azab kepada orang-orang yang berdosa dan musuh-musuh para rasul juga merupakan suatu pembenaran, karena menimpakan azab kepada orang-orang yang mengingkari kebenaran ajaran Islam sebagai agama tauhid terakhir seperti itu merupakan suatu bukti pembenaran dari Allah SWT.

3.  Pembenaran Allah Terhadap Hamba-Nya Yang Beriman Pada Hari Kiamat

Pada hari itu Allah bertanya kepada seluruh umat manusia, kemudian Allah membenarkan orang-orang mukmin dengan keimanan mereka, dan Allah mendustakan orang – orang kafir dan pendosa. Setelah itu Allah meminta seluruh persendian tubuhnya untuk bersaksi.

Kesaksian pembenaran yang diberikan Allah pada hari seluruh kebaikan dan kejahatan diperhitungkan merupakan persaksian yang maha mulia yang diberikan Allah terhadap orang-orang yang beriman.

Melalui pemahan Al-Mukmin dalam konteks makna Pembenaran, maka Al-Mukmin juga berarti Yang Membenarkan. Pembenaran itu berasal dari suatu proses kesadaran yang membenarkan suatu kebenaran secara mutlak tanpa suatu sebab yang menyebabkannya. Sedangkan sebuah pembenaran yang terlahir dari suatu proses pembuktian, merupakan suatu pembelajaran menuju kepada puncak kebenaran yang sesungguhnya. Ketika tidak diperlukan lagi bukti sebagai sandaran dalam menyakini suatu kebenaran, maka ketika itu yang tertinggal hanyalah kemutlakan yang abadi.

Dengan demikian, bezikir dengan nama Allah Al-Mukmin pada hakikatnya juga bermakna kepasrahan terhadap setiap risalah kebenaran yang disampaikan Allah melalui hamba-hamba-Nya yang terpilih, tanpa sedikitpun keraguan atas-Nya. Itulah tauhid yang benar lagi lurus. Penerimaan hati atas kebenaran itu harus diwujudkan dengan suatu usaha melahirkan kebenaran itu dalam setiap tindakan dan perbuatan yang baik dan benar yang bermanfaat untuk diri sendiri dan lingkungan sekitarnya

Sedangkan pengingkaran terhadap kebenaran pada hakikatnya hanyalah suatu upaya pembohongan terhadap diri sendiri dan akan selalu dibutuhkan kebohongan-kebohongan yang lain untuk menutupi satu kebohongan sebelumnya, sehingga pengingkaran terhadap kebenaran ajaran tauhid yang benar lagi lurus dalam naungan islam sebagai agama tauhid terakhir merupakan upaya pengrusakan terhadap hati yang akhirnya akan mematikan hati itu sendiri seiring dengan matinya sinar kebenaran di dalam diri.

Demikian sekilas hakikat makna dari Al-Mukmin yang lain, semoga kajian yang singkat ini bisa menambah dan memperkuat keyakinan serta keimanan kita kepada Allah SWT sebagai Zat Yang Memberi Rasa Aman dan Zat Yang Membenarkan setiap kebenaran yang dibawa oleh hamba – hamba-Nya yang terpilih melalui kesaksian-Nya yang agung. Sesungguhnya yang benar itu telah datang dan setiap kemungkaran itu pasti akan musnah.

Sumber: http://myrazano.com/al-mukmin-zat-yang-mebenarkan-kebenaran/

0 komentar:

Posting Komentar