Imam Abul Hasan Ali bin Khalaf dalam syarah Bukhari berkata
bahwa Abu Zinad berkata, “Hadits ini bermakna menganjurkan agar sedikit bergaul
dan sedikit berkumpul dengan banyak orang serta bersikap zuhud kepada dunia”.
Abul Hasan berkata, “Maksud dari Hadits ini ialah orang asing biasanya sedikit
berkumpul dengan orang lain sehingga dia terasing dari mereka, karena
hampir-hampir dia hanya berkumpul dan bergaul dengan orang ini saja. Ia menjadi
orang yang merasa lemah dan takut. Begitu pula seorang pengembara, ia hanya mau
melakukan perjalanan sebatas kekuatannya. Dia hanya membawa beban yang ringan
agar dia tidak terbebani untuk menempuh perjalanannya. Dia hanya membawa bekal
dan kendaraan sebatas untuk mencapai tujuannya. Hal ini menunjukkan bahwa sikap
zuhud terhadap dunia dimaksudkan untuk dapat sampai kepada tujuan dan mencegah
kegagalan, seperti halnya seorang pengembara yang hanya membawa bekal sekadarnya
agar sampai ke tempat yang dituju. Begitu pula halnya dengan seorang mukmin
dalam kehidupan di dunia ini hanyalah membutuhkan sekadar untuk mencapai tujuan
hidupnya.
Al ‘Iz ‘Ala’uddin bin Yahya bin Hubairah berkata, “Hadits ini
menunjukkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menganjurkan untuk
meniru perilaku orang asing, karena orang asing yang baru tiba di suatu negeri
tidaklah mau berlomba di tempat yang disinggahinya dengan penghuninya dan tidak
ingin mengejutkan orang lain dengan melakukan hal-hal yang menyalahi kebiasaan
mereka misalnya dalam berpakaian, dan tidak pula menginginkan perselisihan
dengan mereka. Begitu pula para pengembara tidak mau membuat rumah atau tidak
pula mau membuat permusuhan dengan orang lain, karena ia menyadari bahwa dia
tinggal bersama mereka hanya beberapa hari. Keadaan orang merantau dan
pengembara semacam ini dianjurkan untuk menjadi sikap seorang mukmin ketika
hidup di dunia, karena dunia bukan merupakan tanah air bagi dirinya, juga karena
dunia membatasi dirinya dari negerinya yang sebenarnya dan menjadi tabir antara
dirinya dengan tempat tinggalnya yang abadi.
Adapun perkataan Ibnu Umar
“Jika engkau di waktu sore, maka janganlah engkau menunggu pagi dan jika engkau
di waktu pagi, maka janganlah menunggu sore” merupakan anjuran agar setiap
mukmin senantiasa siap menghadapi kematian, dan kematian itu dihadapi dengan
bekal amal shalih. Ia juga menganjurkan untuk mempersedikit angan-angan.
Janganlah menunda amal yang dapat dilakukan pada malam hari sampai datang pagi
hari, tetapi hendaklah segera dilaksanakan. Begitu pula jika berada di pagi
hari, janganlah berbiat menunda sampai datang sore hari dan menunda amal di pagi
hari sampai datang malam hari.
Kalimat “pergunakanlah waktu sehatmu
sebelum kamu sakit” menganjurkan agar mempergunakan saat sehatnya dan berusaha
dengan penuh kesungguhan selama masa itu karena khawatir bertemu dengan masa
sakit yang dapat merintangi upaya beramal. Begitu pula “waktu hidupmu sebelum
kamu mati” mengingatkan agar mempergunakan masa hidupnya, karena angan-angannya
lenyap, serta akan muncul penyesalan yang berat karena kelengahannya sampai dia
meninggalkan kebaikan. Hendaklah ia menyadari bahwa dia akan menghadapi masa
yang panjang di alam kubur tanpa dapat beramal apa-apa dan tidak mungkin dapat
mengingat Allah. Oleh karena itu, hendaklah ia memanfaatkan seluruh masa
hidupnya itu untuk berbuat kebajikan. Alangkah padatnya Hadits ini, karena
mengandung makna-makna yang baik dan sangat berharga.
Sebagian ulama
berkata, “Allah mencela angan-angan dan orang yang panjang angan-angan”.
Firman-Nya, “Biarkanlah mereka (orang-orang kafir) makan dan
bersenang-senang serta dilengahkan oleh angan-angan, maka kelak mereka akan
mengetahui akibatnya”. (QS. 15 : 3)
Ali bin Abu Thalib berkata, “Dunia
berjalan meninggalkan (manusia) sedangkan akhirat berjalan menjemput (manusia)
dan masing-masingnya punya penggemar, karena itu jadilah kamu penggemar akhirat
dan jangan menjadi penggemar dunia. Sesungguhnya masa ini (hidup di dunia)
adalah masa beramal bukan masa peradilan, sedangkan besok (hari akhirat) adalah
masa peradilan bukan masa beramal”.
Anas berkata bahwa Nabi Shallallahu
'alaihi wa Sallam pernah membuat beberapa garis, lalu beliau bersabda, “Ini
adalah manusia dan ini adalah angan-angannya dan ini adalah ajalnya ketika ia
berada dalam angan-angan tiba-tiba datang kepadanya garisnya yang paling dekat
(yaitu ajalnya)”.
Hadits ini memperingatkan agar orang mempersedikit
angan-angan karena takut kedatangan ajalnya yang tiba-tiba dan selalu ingat
bahwa ajalnya telah dekat. Barang siapa yang mengabaikan ajalnya, maka patutlah
dia didatangi ajalnya dengan tiba-tiba dan diserang ketika ia dalam keadaan
terperdaya dan lengah, karena manusia itu sering terperdaya oleh
angan-angannya.
Abdullah bin Umar berkata, “Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa Sallam melihat aku ketika aku dan ibuku sedang memperbaiki salah satu
pagar milikku. Beliau bertanya:
‘sedang melakukan apa ini wahai
Abdullah?’
Saya jawab, ‘Wahai Rasulullah, telah rapuh pagar ini, karena itu
kami memperbaikinya’. Lalu beliau bersabda, ‘Kehidupan ini lebih cepat dari
rapuhnya pagar ini’.
Kita memohon kepada Allah semoga kita dirahmati dan
dijadikan orang yang zuhud terhadap kehidupan dunia dan menjadikan kita
bersemangat mengejar apa yang ada di sisi-Nya dan menjadikan kita memperoleh
kesenangan di hari kiamat. Sesungguhnya Dia adalah Tuhan yang Maha Dermawan,
Maha Pemurah, Maha Pengampun dan Maha Belaskasih. Wallahu a’lam
|
0 komentar:
Posting Komentar