KOLEKSI PUSTAKA

KOLEKSI PUSTAKA

MENANTI DIBACA

MENANTI DIBACA

MEMBACA

MEMBACA

BUKU PUN TERSENYUM

BUKU PUN TERSENYUM
Selamat Datang dan Terima Kasih Atas Kunjungan Anda

Kumpulan Cerita dan Motivasi 4


Disusun Oleh: Fajar Sujatmiko

1. Belajar dari Keledai

...Pada mulanya, ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis penuh kengerian. Tetapi kemudian, semua orang takjub, karena si keledai menjadi diam. Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke dalam sumur, si petani melihat ke dalam sumur dan tercengang karena apa yang dilihatnya.

Walaupun punggungnya terus ditimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu menaiki tanah itu. Sementara tetangga-tetangga si petani terus menuangkan tanah kotor ke atas punggung hewan itu, si keledai terus juga mengguncangkan badannya dan melangkah naik. Segera saja, semua orang terpesona ketika si keledai meloncati tepi sumur dan melarikan diri... baca lanjutannya

2. Perjalanan di Ladang Pertanian

...Sepulang dari perjalanan tersebut, sang ayah bertanya kepada anaknya, "Bagaimana perjalanan tadi?" "Sungguh luar biasa, Pa". "Kamu lihat kan bagaimana kehidupan mereka yang miskin?" tanya sang ayah.

Iya, Pa", jawabnya. "Jadi, apa yang dapat kamu pelajari dari perjalanan ini?" tanya ayahnya lagi. Si anak menjawab, "Saya melihat kenyataan bahwa kita mempunyai seekor anjing sedangkan mereka memiliki empat ekor.

Kita punya sebuah kolam yang panjangnya hanya sampai ke tengah-tengah taman, sedangkan mereka memiliki sungai kecil yang tak terhingga panjangnya... baca lanjutannya

3. Tempayan Retak

...Si tukang air merasa kasihan pada si tempayan retak dan berkata, "Jika kita kembali ke rumah majikan besok, aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang jalan."

Benar, ketika mereka naik ke bukit, si tempayan retak memperhatikan dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah di sepanjang sisi jalan, dan itu membuatnya sedikit terhibur.

Kata tukang air kepada tempayan retak, Apakah kamu memperhatikan adanya bunga-bunga di sepanjang jalan di sisimu tapi tidak ada bunga di sepanjang jalan di sisi tempayan lain yang tidak retak itu. Itu karena aku selalu menyadari akan cacadmu dan aku memanfaatkannya... baca lanjutannya

4. Memuliakan Tamu

..."Kalau begitu bujuklah anak kita untuk segera tidur agar ia tidak merasa kelaparan."

"Tapi bagaimana ya, Nasi itu tinggal sedikit saja, tidak cukup untuk berdua."

"Begini saja, waktu tamu itu sudah datang, dan pada saat saya persilahkan makan, kamu pura-pura tidak sengaja mengibaskan lilin itu sehingga padam. Nanti, tamu itu kita persilahkan makan pada waktu gelap. Saya akan menemaninya sambil berpura-pura makan juga. Bila selesai ia makan, maka usahakan lilin sudah bisa dinyalakan."... baca lanjutannya

5. Kasih Sayang Seorang Ibu

...Air mata si anak berlinang setelah membaca. Si anak menatap wajah ibu, memeluknya dan berkata, “Aku Sayang Ibu”. Kemudian si anak mengambil pena dan menulis sesuatu di depan surat yang ditulisnya : “SUDAH NGGA ADA LAGI YANG PERLU DIBAYAR OLEH IBU. SUDAH LUNAS SEMUANYA. BUKAN IBU YANG HUTANG SAMA AKU, TAPI AKU YANG UTANG SAMA IBU..."

Diriwayatkan seorang telah bertemu Rasul Allah Muhammad SAW dan bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berhak mendapatkan layanan istimewa dariku ?”. Rasulullah menjawab, “Ibumu”. Kemudian ???, Rasulullah menjawab, “Ibumu..” Kemudian ???, Rasulullah menjawab, “Ibumu..”. Kemudian Rasulullah menjawab, “Baru Kemudian Ayahmu dan setelah itu saudara-saudara terdekatmu”... baca lanjutannya

6. Pencuri Yang Bijaksana

..."Oh, malang sekali nasibku. Aku yang baru akan mengambil roti, supaya rasa laparku hilang akan digantung." keluhnya.

"Kamu sungguh bijaksana!" sahut Sang Raja tiba-tiba sambil menatap Si Pencuri yang kelihatan sangat sedih.

"Kamu telah menunjukkan kepada kami bahwa tak seorang pun sempurna. Jika aturan tidak ditegakkan dengan keras seperti ini, maka kami tak akan ada di sini bersamamu."

"Saya membatalkan keputusan hukum gantungmu. Kamu bebas."

"Dan sebagai tanda terima kasihku atas kebijaksanaan yang telah kamu bagikan kepada kami, saya menghadiahi kamu kalung permata kerajaan milik ayahandaku... baca lanjutannya

7. Rumah Seribu Cermin

...Sambil melompat-lompat ceria ia menaiki tangga rumah dan masuk melalui pintu depan. Telinganya terangkat tinggi-tinggi. Ekornya bergerak-gerak secepat mungkin. Betapa terkejutnya ia ketika masuk ke dalam rumah, ia melihat ada seribu wajah ceria anjing-anjing kecil dengan ekor yang bergerak-gerak cepat. Ia tersenyum lebar, dan seribu wajah anjing kecil itu juga membalas dengan senyum lebar, hangat dan bersahabat.

Ketika ia meninggalkan rumah itu, ia berkata pada dirinya sendiri, "Tempat ini sangat menyenangkan. Suatu saat aku akan kembali mengunjunginya sesering mungkin."... baca lanjutannya

8. Alam Semesta Adalah Guru Yang Bijak

Tatkala seorang guru sufi besar Hasan, mendekati akhir masa hidupnya, seseorang bertanya kepadanya, “Hasan, siapakah gurumu?”

Dia menjawab, “Aku memiliki ribuan guru. Menyebut nama mereka satu-persatu akan memakan waktu berbulan-bulan, bertahun-tahun dan sudah tidak ada waktu lagi untuk menjelaskannya. Tetapi ada tiga orang guru yang akan aku ceritakan kepadamu... baca lanjutannya

9. Perjalanan Seekor Burung Pipit

...Benar, pelan-pelan dia merasakan kesejukan udara, makin ke utara makin sejuk, dia semakin bersemangat memacu terbangnya lebih ke utara lagi. Terbawa oleh nafsu, dia tak merasakan sayapnya yang mulai tertempel salju, makin lama makin tebal, dan akhirnya dia jatuh ke tanah karena tubuhnya terbungkus salju. Sampai ke tanah, salju yang menempel di sayapnya justru bertambah tebal. Si Burung pipit tak mampu berbuat apa apa, menyangka bahwa riwayatnya telah tamat.

Dia merintih menyesali nasibnya. Mendengar suara rintihan, seekor Kerbau yang kebetulan lewat datang menghampirinya. Namun si burung kecewa mengapa yang datang hanya seekor Kerbau, dia menghardik si Kerbau agar menjauh dan mengatakan bahwa makhluk yang tolol tak mungkin mampu berbuat sesuatu untuk menolongnya... baca lanjutannya

10. Hari Esok Yang Lebih Baik

Tersebutlah seorang penganut tasawuf bernama Nidzam al-Mahmudi. Ia tinggal di sebuah kampung terpencil, dalam sebuah gubuk kecil. Istri dan anak-anaknya hidup dengan amat sederhana. Akan tetapi, semua anaknya berpikiran cerdas dan berpendidikan. Selain penduduk kampung itu, tidak ada yang tahu bahwa ia mempunyai kebun subur berhektar-hektar dan perniagaan yang kian berkembang di beberapa kota besar. Dengan kekayaan yang diputar secara mahir itu ia dapat menghidupi ratusan keluarga yang bergantung padanya. Tingkat kemakmuran para kuli dan pegawainya bahkan jauh lebih tinggi ketimbang sang majikan. Namun, Nidzam al-Mahmudi merasa amat bahagia dan damai menikmati perjalanan usianya.

Salah seorang anaknya pernah bertanya, `Mengapa Ayah tidak membangun rumah yang besar dan indah? Bukankah Ayah mampu?" baca lanjutannya

0 komentar:

Posting Komentar