وَإِذِ اسْتَسْقَى مُوسَى لِقَوْمِهِ فَقُلْنَا اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْحَجَرَ فَانْفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ مَشْرَبَهُمْ كُلُوا وَاشْرَبُوا مِنْ رِزْقِ اللَّهِ وَلا تَعْثَوْا فِي الأرْضِ مُفْسِدِينَ
Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing) Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan. (Q.S. Al Baqarah: 60)
Pada permulaan ayat ini Allah swt. mengisahkan bagaimana Nabi Musa a.s. berdoa kepada Allah swt. untuk mendapatkan air minum bagi para pengikutnya itu yang terdiri dari dua belas suku. Allah mengabulkan doa tersebut, lalu memerintahkan Nabi Musa a.s. memukulkan tongkatnya ke sebuah batu besar yang ada di padang pasir itu. Tiba-tiba memancarlah air dari batu sebanyak dua belas sumber, sehingga masing-masing suku dari kaum Nabi Musa a.s. mendapatkan air minum dengan cukup.
Kejadian ini merupakan mukjizat bagi Musa a.s. untuk membuktikan kerasulannya dan untuk menunjukkan kekuasaan Allah swt.
Sesungguhnya Allah kuasa memancarkan air dari batu, tanpa dipukul dengan tongkat lebih dahulu akan tetapi Allah swt. hendak memperlihatkan kepada hamba-Nya hubungan sebab dengan akibat, supaya mereka itu apabila menginginkan sesuatu haruslah berusaha dan bekerja mendapatkannya menurut proses hubungan antara sebab dan akibat. Allah swt. telah menyediakan rezeki untuk setiap makhluk-Nya yang hidup di muka bumi ini, akan tetapi rezeki itu tak datang sendiri, melainkan harus diusahakan dan harus ditempuh cara caranya. Siapa yang malas berusaha tentu tidak akan mendapatkan rezeki yang diperlukan.
Akan tetapi, di samping itu Allah swt. telah menciptakan manusia ini mempunyai pikiran dan perasaan yang terbatas, sehingga ia hanya dapat memahami yang berada dalam daerah jangkauan indera pikiran dan perasaannya. Apabila ia melihat adanya sesuatu yang berada di luar kemampuannya, ia berusaha untuk mengembalikan persoalannya kepada yang telah diketahuinya. Bila ia tidak dapat memahaminya sama sekali maka ia menjadi bingung, apabila hal itu terjadi di hadapannya berulang kali. Maka Allah memperlihatkan mukjizat melalui para nabi sesuai dengan keadaan umat pada masa nabi itu.
Allah swt. menyuruh mereka makan dan minum dari rezeki yang telah dilimpahkan kepada mereka dan dilarang-Nya mereka untuk berbuat kelaliman.
0 komentar:
Posting Komentar