“Ma, tolong transfer uang satu setengah juta ke rekening adikku, Arif, ya!” Ucap Didik kepada Feny, istrinya, melalui ponsel.
“Buat apa, Pak?” Tanya Feny.
“Pokoknya kamu kirim saja ke rekening dia lewat SMS banking. Hitung-hitung berbagi rezeki. Sepertinya sudah lama kita tidak membantu Arif sekeluarga,” jelas Didik.
Pagi itu, Didik yang sedang berada di mobilnya tergerak untuk bersilaturohmi kepada Arif, adiknya, di kampung, yang sudah lama tidak ia hubungi. Ingin sekali ia menelepon adiknya sekadar menanyakan kabar. Ia juga berkeinginan untuk membagi sejumput rezeki kepada Arif, yang seorang PNS di semarang.
Tak lama menunggu, handphone Didik berbunyi menandakan ada SMS masuk dari istrinya, ia mengabarkan bahwa dana Rp. 1,5 juta telah ditransfer ke rekening Arif.
Didik membalas SMS istrinya, lalu ia pun memutar telephone Arif untuk bersilaturahmi.
***
“Apa kabarmu, Dik?” tanya Didik kepada Arif. Perbincangan di menit-menit awal begitu akrab antara dua orang saudara kandung yang lama tidak bertemu sebab terpisah jarak. “Oh ya, baru saja Feny, istriku, kirim dana satu setengah juta rupiah buat keponakan-keponakanku di Semarang. Silahkan cek, apa sudah sampai?” Jelas Didik.
“Subhanallah, Alhamdulillah! Terima kasih Mas. Saya tidak tahu harus berucap apa ya?” Sambut Arif.
“Memangnya kenapa, Rif?” Tanya Didik.
“Subhanallah, beberapa hari ini saya sedang bingung akan bayaran sekolah Danu. Ia diterima di SMP Negeri, tapi uang pendaftarannya satu setengah juta. Saya sudah mencari utangan ke mana-mana, tetapi tidak dapat. Alhamdulillah, Allah menggerakkan hati Mas Didik, padahal saya belum cerita tentang hal ini.”
Dalam hati, Didik merasa kagum atas sekenario Allah ini, lalu ia menambahkan, “Sudahlah, itu sudah diatur oleh Allah. Mudah-mudahan dana itu berguna untuk pendidikan Danu!”
Pembicaraan kedua saudara itu berakhir dengan kalimat syukur dan terima kasih yang berulang-ulang dari Arif. Didik pun turut bersyukur kepada Allah s.w.t., Sang Maha Pengatur, yang sudah menggerakkan hatinya dan Feny, untuk membantu keperluan Arif sekeluarga yang sedang dirundung masalah.
“Segala puji bagi-Mu, ya Allah!” Gumam Didik.
***
Hari itu, Didik hendak memenuhi sebuah undangan rapat di kantor rekanan kerjanya tentang pembangunan proyek pipanisasi gas. Sebagai seorang pengusaha pemilik perusahaan oil and gas yang telah berkiprah belasan tahun, saran dan analisa Didik amat dibutuhkan.
Dalam rapat tersebut, Didik mendapatkan porsi untuk menjelaskan hal-hal teknis yang pernah ia jumpai di lapangan. Semua statement-nya dicatat oleh seluruh yang hadir di ruangan itu. Hampir satu jam ia bicara, dan ditambah dengan sedikit diskusi, Didik pun berpamitan untuk meninggalkan ruangan rapat karena ada acara yang harus ia hadiri.
***
Didik bergegas meninggalkan ruang rapat di kantor rekanannya itu. Namun, terdengar oleh telinga Didik ada hak sepatu wanita di belakangnya yang berlari cepat seperti mengejar sesuatu. Benar saja, wanita itu kini sudah berada di sisi Didik. “Maaf Pak Didik, saya Amel. Boleh saya minta tanda tangan Pak Didik?”
“Tanda tangan untuk apa, Mel?” Didik bertanya.
“Ini ada uang kehadiran rapat yang Bos titipkan kepada saya untuk Pak Didik,” jelas Amel.
Didik pun menandatangani sebuah kwitansi berwarna hijau yang tertera nominalnya, Rp. 3.000.000. Setelah kwitansi itu ditandatangani, maka Amel pun menyerahkan selembar amplop yang berisi cek senilai tiga juta rupiah.
***
Kini Didik sudah berada di mobilnya. Hatinya berbunga-bunga dan segera menelpon istrinya, “Ma, ingat tidak, dua jam lalu aku memintamu mentransfer uang satu setengah juta ke rekening Arif. Subhanallah, dalam tempo dua jam, Allah langsung membalas dua kali lipat dari sedekah kita!!!”
Feny pun berkali-kali berucap hamdalllah sebagai tanda syukur. Pagi itu Didik dan Feny menyaksikan sebuah janji Allah yang nyata, bahwa perniagaan di jalan Allah sedikitpun tidak mendatangkan kerugian, akan tetapi malah bertambah, bertambah, dan bertambah!
Saya yakin Anda juga pernah merasakannya.
0 komentar:
Posting Komentar