“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. AL-Anfal : 2)
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Q.S. AR-R’ad : 28)
Ikhlas dapat menyehatkan ruhani manusia, karena ikhlas merupakan suatu bentuk perasaan positif yang sangat tinggi, suatu betuk perasaan yang sullit di gambarkan, karena menandakan kepercayaan yang sangat tinggi bahwa segala sesuatu yang di jalani manusia mulai ucapan, tindakan, dan perbuatan dalam hidupnya pasti memiliki nilai positif. Ikhlas adalah sebuah energi perasaan hati yang sangat kuat, yang mampu merubah semua perasaan negative, menjadi perasaan positif di segala situasi dan keadaan hidup manusia.
Seseorang yang ikhlas baru akan tentram hatinya, setelah ia mengingat Allah SWT di dalam hatinya. Hati adalah kekuatan yang Maha Dahsyat, yang akan di anugerahkan Allah pada diri manusia. Transformasi pengembangan diri manusia saat ini, akan menuntut pemberdayaaan potensi ruhiah manusia yang lebih besar lagi, banyak temuan baru di bidang genetika prilaku dan neurobilologi. Seperti yang di ungkapkan Dean Hamer dalam buku “Gen Tuhan” menjelaskan bahwa setiap manusia sudah di warisi dalam dirinya, kecenderungan yang membuat otaknya haus sekaligus siap menerima tuntunan “kekuatan yang lebih tinggi” yaitu kekuatan Tuhan yang maha kuasa (Allah).
Karena itu sudah saatnya lah kita fokus pada pengembangan diri yang berbasis pada ruhani manusia. Sebuah proses pengambangan diri yang memfokuskan kepasrahan total manusia pada kekuatan dan motivasi ketuhanan. Kita sudah sering mendengar proses transformasi diri yang malah melambungkan ego dan kesombongan manusia. Mungkin telah berhasil menciptakan kemudahan dan kenyamanan hidup, tetapi sedikit berhasil dalam memberi sumbangsih untuk kebahagiaan hidup.
Kita sering menyaksikan kesuksesan duniawi seseorang, malah semakin menjauhinya dari rasa kebahagiaan yang dia cari. Seperti menggali sumur tanpa dasar untuk menyegarkan dahaga yang tak terpuaskan. Sebab sejengkal kesuksesan yang berhasil di raih manusia, harus di bayar oleh jurang penderitaan yang menganga di antara pengorbanan hasil yang di peroleh.
Manusia perlu proses pengembangan diri yang bisa merubah manusia sampai ke tingkat sel DNA-nya. Suatu proses yang mampu menggabungkan kekuatan IQ (Inteleqtual Quotien), EQ (Emotional Quotien), dan SQ (Spiritual Quotien) yang cerdas, Ilmiah dan Efektif. Perasaan positif (positive Feeling) dan terkabulnya doa (Goal Praying) justru secara komprehensip dan integratif mengandalkan kekuatan diri dan Tuhan akan menghasilkan power (ikhlas), untuk menciptakan kebahagiaan hidup saat ini juga.
Manusia sering mengalami stres di karenakan masalah-masalah yang di hadapinya, juga kecewa karena hasil dari yang ia kerjakan tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Terkadang seseorang merasa berhak untuk menentukan masalah yang datang, juga keberhasilan pekerjaan yang sesuai dengan keinginan pribadi dia. akibatnya ketika masalah datang, juga hasil pekerjaan tidak sesuai dari apa yang ia harapkan, dirinya menjadi stres, marah, kecewa, hingga putus asa.
Manusia terkadang sering lupa bahwa sebenarnya masalah yang datang menguji dirinya, juga keberhasilan pekerjaan dari sesuatu yang kita usahakan adalah mutlak kewenangan Allah SWT. Manusia hanya di perintahkan untuk “Berikhtiar” Sekuat tenaga dengan langkah-langkah terbaiknya, tetapi setelah itu ia di perintahkan juga “Berserah Diri” dalam Ibadah, pengharapan, dan do’a-doanya untuk menerima segala hasil, juga keputusan yang telah di tetapkan Allah SWT kepadanya.
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.” (Q.S. AN-Nisaa : 125)
Seperti yang tadi di jelaskan ikhlas adalah sebuah kepercayaan yang tinggi bahwa apa yang ada di hadapi manusia dalam hidupnya (baik masalah maupun hasil akhir usaha), memiliki nilai-nilai positif yang pasti akan membawa kebaikan. Karena dengan ikhlas, manusia dapat melihat sesuatu yang baik di balik semua yang ia hadapi, walaupun sesuatu yang ia hadapi itu buruk dan mengecewakan menurut dirinya. Kalau seperti itu, dengan ikhlas atomatis semua pikiran dan perasaan negative akan berubah menjadi pikiran dan perasaan yang positif.
Dengan ikhlas seseorang akan hidup dengan hati dan pikiran positif. Energi positif dalam diri seorang ikhlas akan memancar ke Alam Semesta, dan getarannya akan memantul ke setiap jiwa-jiwa yang bersentuhan dengannya, mendamaikan jiwa di antara manusia, menyejukkan lingkungan di sekitarnya, membahagiakan setiap insan yang memandang, dan menebarkan cinta di hati jiwa-jiwa yang cemas, gelisah, takut, khawatir, marah, kecewa, dan kesepian. Karena ikhlas akan menetramkan hati manusia-manusia yang berada dalam “Kehampaan Spiritual”.
Karena itu, mulai lah saat ini jadilah manusia-manusia yang ikhlas. Sebab keikhlasan akan menyehatkan ruhani manusia, dengan keikhlasan sukses dan kebahagiaan hidup tidak akan menjadi angan-angan. Mengikhlaskan ruhani ternyata memiliki kekuatan yang amaat sangat luar biasa. Ilmu pengetahuan modern berhasil menemukan kekuatan ruhani manusia, para ahli saraf (neurolog) menemukan bahwa jantung manusia memiliki 40.000 sel saraf, hal tersebut membuktikan bahwa hati manusia ibarat otak yang berada dalam tubuh. Selain itu, para ilmuwan membuktikan bahwa hati manusia ibarat otak yang berada dalam tubuh. Selain itu, para ilmuwan juga menemukan bahwa kualitas elektromagnetik jantung, 5000 kali lebih kuat dari pada otak.
Dengan kata lain, apabila seseorang mengeluarkan enargi ikhlas dengan kekuatan pikirannya sebesar 1 watt (positif thingking), maka kemampuan energi ikhlas dengan kekuatan ruhani bisa di maksimalkan hingga 5000 watt. Coba bayangkan, seberapa besar kekuatan ruhani, untuk menyembuhkan penyakit dalam diri manusia, baik yang bersifat fisik maupun psikis.
Hasil penelitian lain menyebutkan bahwa kekuatan sadar manusia itu hanya 12% dari total kekuatan, sebab 88% kekuatan manusia di kelola oleh kekuatan alam bawah sadar. Dan alam bawah sadar sesungguhnya memiliki hubungan yang erat dengan ruhani manusia, di sinilah pentingnya mengikhlaskan ruhani. Untuk memaksimalkan kualitas kehidupan, agar seseorang segera mencapai kesuksesan, kebahagiaan, dan ketentraman hidup.
Kekuatan ikhlas merupakan kekuatan besar bagi manusia dalam memenuhi harapannya. Hal tersebut di sebabkan karena perasaan merupakan wilayah “tak tampak” sebagaimana teori kuantum yang memiliki mekanisme kerja sendiri (mekanisme kerja Tuhan). Erbe Sentanu seorang pakar positive feeling mengemukakan, bahwa perasaan merupakan bagian paling mendasar pada diri manusia. Perasaan mempunyai gelombang yang pengaruhnya lebih besar di bandingkan pikiran. Orang yang berusaha berfikir positif, tetapi perasaannya belum positif maka keinginannya akan sulit tercapai. Berbeda ketika perasaannya belum positif, maka pikirannya akan ikut menjadi positif secara otomatis. Erbe pula menjelaskan bahwa perasaan yang positif (positive feeling), merupakan zona ikhlas yang jika senantiasa di jaga akan menarik hal-hal positif dari Alam Semesta.
Sabda Rosulullah SAW, diriwayatkan Imam Ja’far dalam kitab Al-Bihar:
“Apabila seorang hamba berkata, “Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah”. Maka Allah SWT akan menjawab,” Hai para malaikat-ku, hamba-ku telah ikhlas berpasrah diri, maka bantulah dia, tolonglah dia, dan sampaikan (penuhi) hajat keinginannya.”
Syaikh Abdul Qodir Al-Jaelani, Ulama Sufi yang juga Guru Mursyid Tarekat Qodiriyah. Menyebutkan bahwa “Seorang Mukmin Itu Ibarat Cermin”, cermin yang memantulkan nur (cahaya) dari Allah SWT. Kalau kita mempelajari Ilmu Bahan, sebenarnya peristiwa pemantulan bukanlah peristiwa pembelokan gelombang, akan tetapi energi gelombang datang di serap atom-atom yang dekat kepermukaan sehingga tambah bervibrasi, kemudian di pakai untuk memancarkan gelombang balik (Law Of Attraction).
Jadi apabila seorang hamba Allah yang ikhlas mendapat siraman nur dari Allah SWT, karena permukaan cermin ruhani bersih. Maka cahaya Ilahi tersebut masuk secara maksimal kemudian menggetarkan qolbunya sehingga hidup, lalu getaran tersebut akan memancarkan kembali kepada khalayak. Nah apabila cermin ruhani buram oleh debu-debu kealfaan, cahaya Illahi tersebut masih dapat memantul dan masuk. Sehingga qolbu manusia yang telah keras, kotor dan busuk oleh penyakit hati maupun psikis dapat merasakan sentuhan Illahi, denyut kembali pada pancaran ruhani, seolah-olah menerima sesuatu yang mencerahkan dan menyadarkan hakikat dirinya.
Sensasi ini, bisa kita rasakan apabila kita bertemu seseorang mukmin yang ikhlas, hamba Allah yang hatinya benar-benar murni sehingga pancaran ruhaninya kuat. Pernah ada kisah pada sebuah makjlis pengajian, saat majelis tersebut sedang seru membahas persoalan-persoalan agama, tiba-tiba ada orang yang masuk masjid tersebut untuk shalat. Sang Ustadz mendadak berhenti, padahal orang yang baru shalat itu tidak dikenal dan penampilannya biasa-biasa saja. Tapi sang Ustadz terpana sekali ketika orang itu sholat, kemudian setelah orang tersebut keluar, sang ustadz penasaran ingin mengetahui siapa orang itu. Setelah di cari tau, ternyata orang tersebut adalah Ketua DKM sebuah masjid yang prilakunya rendah hati, dan suka menolong orang lain. Kisah tersebut menyimpulkan bahwa resonansi gelombang ruhani mukmin yang ikhlas, dapat memukau Sang Ustadz yang barang kali tidak kalah kuat pancaran gelombang ruhaninya.
Dalam Al-Quran surat Yunus ayat 57, Allah SWT berfirman:
“Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhan mu dan jadi penyembuh bagi penyekit-penyakit (yang berada) dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang beriman.” (Q.S. Yunus : 57)
Rusullullah SAW bersabda, “Sesungguhnya untuk segala perkara itu ada obat pencucinya, sedangkan pencuci hati itu adalah dzikir (mengingat) kepada Allah.”
Dalam hadist lain Rosullullah SAW juga bersabda :
“Ingat kepada Allah itu menjadi obat yang mustajap, guna menyembuhkan segala penyakit hati.” (H.R. Bukhari Musllim)
Sesungguhnya kondisi marah, sedih, takut, panik, cemas, kecewa, khawatir, putus asa, merupakan kondisi ruhani negative yang menjadi faktor penyebab stress dan depresi, yang merupakan sumber awal penyakit- penyakit yang berbahaya bagi fisik maupun psikis.
Untuk mempositifkan ruhani yang negatif, seorang manusia harus melakukan sebuah aktivitas ruhani “Mengingat Allah”, agar kondisi spiritual ruhaninya kembali dalam keadaan positif, yang di sebut ikhlas. Keikhlasan akan membuat spiritual ruhani seseorang menjadi positif, dan membawa ia pada perasaan damai, pasrah, tenang, tentaram, berani, fokus, bijaksana, ridha, tawakal, hus’nudzon, sabar, syukur, jujur, qonaah dan bahagia.
Keikhlasan akan senantiasa membawa seorang hamba selalu mengingati Allah SWT, dan ingat kepada Allah adalah obat mustajab yang mampu menyembuhkan segala penyakit hati. Itu artinya ikhlas dapat menyehatkan spiritual ruhani manusia, karena hanya dengan mengingat Allah lah hati manusia menjadi ikhlas.
Jika seorang manusia berada dalam kondisi ruhani marah (negative), maka hendaklah ia mangingat Allah dengan mengucapkan “Astagfirullah” (Ya Allah ampuni aku) maka kondisi ruhaninya akan berubah damai (positif), dengan kondisi spiritual “memaafkan”. Begitu pun apabila seseorang berada dalam kondisi ruhani sedih (negative), maka hendaklah ia mengingat Allah dengan mengucapkan “Inalilahi wainnailaihi rojiun” (Segalanya berasal dari Allah, dan segalanya pun akan kembali pada Allah), maka kondisi ruhaninya akan berubah pasrah/berserah diri (positif), dengan kondisi spiritual “Sabar”.
Begitu pun apabila seseorang berada dalam kondisi ruhani “Takut” (negative), maka hendaklah ia mengingat Allah dengan mengucapkan “Allah hu Akbar”(Allah Maha Besar) maka kondisi ruhaninya akan berubah “Berani”, dengan kondisi spiritual “Tawakal”. Juga apabila seseorang berada dalam kondisi ruhani “Panik/Khawatir” (negative), maka hendaklah ia mengingat Allah dengan mengucapkan “La Haula Walaa Quwwata Illa Billah.”(tiada daya dan kekuatan kecuali dengan kehendak Allah) maka kondisi ruhaninya akan berubah “Stabil/Normal”, dengan kondisi spiritual “Tawadhu”. Lalu apabila seseorang berada dalam kondisi ruhani “Cemas” (negative), maka hendak lah ia mengingat Allah. Dengan mengucapkan “La Ilaaha Illallah” (Tiada Tuhan yang Layak di Sembah Kecuali Allah) maka kondisi ruhaninya akan berubah “Tenang/tentaram”, dengan kondisi spiritual “Qona’ah”.
Selain kondisi negative karena hal-hal yang menyakitkan, kesenangan yang berlebihan juga akan menggiring pada kondisi ruhani yang negative, karena kondisi itu akan mengarah pada sikap “sombong” dan “lupa diri”. Tetapi kondisi ruhani tersebut dapat di atasi dengan mengucapkan “Alhamdulilah dan Subhanallah” (Segala Puji bagi Allah dan Maha suci Allah), maka kondisi ruhaninya akan berubah “terkendali”, dengan kondisi spiritual “Syukur”. Untuk lebih jelasnya akan di gambarkan, melalui kolom aplikasi penngendalian ruhani keikhlasan:
“...Allah Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...” (Q.S. Ar-Ra’d :11)
Dalam memahami aplikasi keikhlasan, ada hukum daya tarik menarik (law of attraction) yang penting di pahami. Hukum Ketertarikan adalah hukum yang menjelaskan bahwa “Sesuatu akan menarik pada dirinya, segala hal yang satu sifat dengannya.” Pengertian sederhananya, diri kita itu merupakan suatu getaran yang terhubung di Alam Semesta ini, apabila seseorang memberikan sebuah getaran ke Alam Semesta (baik positif maupun negative), maka Alam Semesta akan memberikan getaran balik, dan mewujudkan kepada dirinya sesuai dengan getaran yang di berikan (baik positif maupun negative). Jadi keikhlasan bukanlah takdir, tetapi sebuah pilihan menurut teori ini.
Jika seorang manusia dalam perasaan dan pikirannya memancarkan gelombang ketakutan, maka hal-hal yang menakutkan lah yang akan tertarik olehnya. Begitu pula jika yang di pancarkan adalah kegembiraan, maka yang tertarik pada dirinya adalah kegembiraan. Teori ini lah yang menjelaskan mengapa orang yang selalu mengeluh, menuntut, mengumpat, menghujat saat di uji justru semakin sering mengalami kesialan, karena saat ia di uji lalu memancarkan energi negative tanpa sadar, sesungguhnya ia telah menarik, dan meminta kesialan tersebut. Sebaliknya orang yang selalu merasa beruntung dan menikmatinya (bersyukur), justru ia akan selalu mengalami keberuntungan, karena saat ia di uji lalu tetap memancarkan energi positif (bersyukur), dengan sadar atau tanpa sadar sesungguhnya ia telah menarik dan meminta keberuntungan pada dirinya. Kesimpulannya, perasaan dan pikiran yang positif (ikhlas), untuk mencapai kualitas hidup yang paling baik.
Allah berfirman dalam hadist Qudsy “Sesungguhnya aku sesuai dengan prasangka hamba ku” (Hadist).
Jadi pikiran dan perasaan yang terpancar ke Alam Semesta adalah doa, dan setiap doa itu pasti akan di kabulkan, oleh Dia (Allah ) yang Maha Mengabulkan doa.
Sesuai firman-Nya :
“Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".” (QS. AL-Mu’min : 60)
Pikirannya dan perasaan, baik dalam bentuk positif maupun negative adalah do’a. Dan Allah mengabulkan do’a hambanya sesuai apa yang ia pinta dan ia sangkakan (baik positif maupun negatif). Ingat, karena setiap do’a pasti di kabulkan, manusia harus berhati-hati dalam berdoa. Sebab ucapan, tindakan, dan perbuatan negatif yang terpancar dari dalam diri manusia, akan menjadi doa negative (keburukan) bagi dirinya, dan berdampak negative (buruk) pula bagi hidupnya. Sebaliknya ucapan, tindakan, dan perbuatan yang positif, akan menjadi doa yang positif dan pasti akan berdampak positif pula bagi kehidupannya.
Hukum daya tarik menarik (Law Of Attraction) energi ikhlas, sejalan dengan ilmu fisika quantum. Yang menjelaskan bahwa “Getaran yang kita keluarkan, akan di respon oleh lingkungannya, dan akan memberikan getaran balik yang sama atau lebih besar daripada getaran yang di berikan...”
Karena itu, ikhlaskan selalu hati agar ruhani manusia sehat dengan nilai-nilai positif, yang akan senantiasa memancar di setiap ucapan, tindakan, dan perbuatan dalam hidupnya. Pancaran cahaya yang bersumber dari kekuatan Tuhan yang Maha Kuasa, dengan motivasi Spiritual Illahiah, yang merupakan sumber segala sumber kekuatan segala kekuatan, penolong segala penolong, penyembuh segala penyembuh setiap ujian dan musibah yang menimpa manusia.
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Q.S. AR-R’ad : 28)
Ikhlas dapat menyehatkan ruhani manusia, karena ikhlas merupakan suatu bentuk perasaan positif yang sangat tinggi, suatu betuk perasaan yang sullit di gambarkan, karena menandakan kepercayaan yang sangat tinggi bahwa segala sesuatu yang di jalani manusia mulai ucapan, tindakan, dan perbuatan dalam hidupnya pasti memiliki nilai positif. Ikhlas adalah sebuah energi perasaan hati yang sangat kuat, yang mampu merubah semua perasaan negative, menjadi perasaan positif di segala situasi dan keadaan hidup manusia.
Seseorang yang ikhlas baru akan tentram hatinya, setelah ia mengingat Allah SWT di dalam hatinya. Hati adalah kekuatan yang Maha Dahsyat, yang akan di anugerahkan Allah pada diri manusia. Transformasi pengembangan diri manusia saat ini, akan menuntut pemberdayaaan potensi ruhiah manusia yang lebih besar lagi, banyak temuan baru di bidang genetika prilaku dan neurobilologi. Seperti yang di ungkapkan Dean Hamer dalam buku “Gen Tuhan” menjelaskan bahwa setiap manusia sudah di warisi dalam dirinya, kecenderungan yang membuat otaknya haus sekaligus siap menerima tuntunan “kekuatan yang lebih tinggi” yaitu kekuatan Tuhan yang maha kuasa (Allah).
Karena itu sudah saatnya lah kita fokus pada pengembangan diri yang berbasis pada ruhani manusia. Sebuah proses pengambangan diri yang memfokuskan kepasrahan total manusia pada kekuatan dan motivasi ketuhanan. Kita sudah sering mendengar proses transformasi diri yang malah melambungkan ego dan kesombongan manusia. Mungkin telah berhasil menciptakan kemudahan dan kenyamanan hidup, tetapi sedikit berhasil dalam memberi sumbangsih untuk kebahagiaan hidup.
Kita sering menyaksikan kesuksesan duniawi seseorang, malah semakin menjauhinya dari rasa kebahagiaan yang dia cari. Seperti menggali sumur tanpa dasar untuk menyegarkan dahaga yang tak terpuaskan. Sebab sejengkal kesuksesan yang berhasil di raih manusia, harus di bayar oleh jurang penderitaan yang menganga di antara pengorbanan hasil yang di peroleh.
Manusia perlu proses pengembangan diri yang bisa merubah manusia sampai ke tingkat sel DNA-nya. Suatu proses yang mampu menggabungkan kekuatan IQ (Inteleqtual Quotien), EQ (Emotional Quotien), dan SQ (Spiritual Quotien) yang cerdas, Ilmiah dan Efektif. Perasaan positif (positive Feeling) dan terkabulnya doa (Goal Praying) justru secara komprehensip dan integratif mengandalkan kekuatan diri dan Tuhan akan menghasilkan power (ikhlas), untuk menciptakan kebahagiaan hidup saat ini juga.
Manusia sering mengalami stres di karenakan masalah-masalah yang di hadapinya, juga kecewa karena hasil dari yang ia kerjakan tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Terkadang seseorang merasa berhak untuk menentukan masalah yang datang, juga keberhasilan pekerjaan yang sesuai dengan keinginan pribadi dia. akibatnya ketika masalah datang, juga hasil pekerjaan tidak sesuai dari apa yang ia harapkan, dirinya menjadi stres, marah, kecewa, hingga putus asa.
Manusia terkadang sering lupa bahwa sebenarnya masalah yang datang menguji dirinya, juga keberhasilan pekerjaan dari sesuatu yang kita usahakan adalah mutlak kewenangan Allah SWT. Manusia hanya di perintahkan untuk “Berikhtiar” Sekuat tenaga dengan langkah-langkah terbaiknya, tetapi setelah itu ia di perintahkan juga “Berserah Diri” dalam Ibadah, pengharapan, dan do’a-doanya untuk menerima segala hasil, juga keputusan yang telah di tetapkan Allah SWT kepadanya.
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.” (Q.S. AN-Nisaa : 125)
Seperti yang tadi di jelaskan ikhlas adalah sebuah kepercayaan yang tinggi bahwa apa yang ada di hadapi manusia dalam hidupnya (baik masalah maupun hasil akhir usaha), memiliki nilai-nilai positif yang pasti akan membawa kebaikan. Karena dengan ikhlas, manusia dapat melihat sesuatu yang baik di balik semua yang ia hadapi, walaupun sesuatu yang ia hadapi itu buruk dan mengecewakan menurut dirinya. Kalau seperti itu, dengan ikhlas atomatis semua pikiran dan perasaan negative akan berubah menjadi pikiran dan perasaan yang positif.
Dengan ikhlas seseorang akan hidup dengan hati dan pikiran positif. Energi positif dalam diri seorang ikhlas akan memancar ke Alam Semesta, dan getarannya akan memantul ke setiap jiwa-jiwa yang bersentuhan dengannya, mendamaikan jiwa di antara manusia, menyejukkan lingkungan di sekitarnya, membahagiakan setiap insan yang memandang, dan menebarkan cinta di hati jiwa-jiwa yang cemas, gelisah, takut, khawatir, marah, kecewa, dan kesepian. Karena ikhlas akan menetramkan hati manusia-manusia yang berada dalam “Kehampaan Spiritual”.
Karena itu, mulai lah saat ini jadilah manusia-manusia yang ikhlas. Sebab keikhlasan akan menyehatkan ruhani manusia, dengan keikhlasan sukses dan kebahagiaan hidup tidak akan menjadi angan-angan. Mengikhlaskan ruhani ternyata memiliki kekuatan yang amaat sangat luar biasa. Ilmu pengetahuan modern berhasil menemukan kekuatan ruhani manusia, para ahli saraf (neurolog) menemukan bahwa jantung manusia memiliki 40.000 sel saraf, hal tersebut membuktikan bahwa hati manusia ibarat otak yang berada dalam tubuh. Selain itu, para ilmuwan membuktikan bahwa hati manusia ibarat otak yang berada dalam tubuh. Selain itu, para ilmuwan juga menemukan bahwa kualitas elektromagnetik jantung, 5000 kali lebih kuat dari pada otak.
Dengan kata lain, apabila seseorang mengeluarkan enargi ikhlas dengan kekuatan pikirannya sebesar 1 watt (positif thingking), maka kemampuan energi ikhlas dengan kekuatan ruhani bisa di maksimalkan hingga 5000 watt. Coba bayangkan, seberapa besar kekuatan ruhani, untuk menyembuhkan penyakit dalam diri manusia, baik yang bersifat fisik maupun psikis.
Hasil penelitian lain menyebutkan bahwa kekuatan sadar manusia itu hanya 12% dari total kekuatan, sebab 88% kekuatan manusia di kelola oleh kekuatan alam bawah sadar. Dan alam bawah sadar sesungguhnya memiliki hubungan yang erat dengan ruhani manusia, di sinilah pentingnya mengikhlaskan ruhani. Untuk memaksimalkan kualitas kehidupan, agar seseorang segera mencapai kesuksesan, kebahagiaan, dan ketentraman hidup.
Kekuatan ikhlas merupakan kekuatan besar bagi manusia dalam memenuhi harapannya. Hal tersebut di sebabkan karena perasaan merupakan wilayah “tak tampak” sebagaimana teori kuantum yang memiliki mekanisme kerja sendiri (mekanisme kerja Tuhan). Erbe Sentanu seorang pakar positive feeling mengemukakan, bahwa perasaan merupakan bagian paling mendasar pada diri manusia. Perasaan mempunyai gelombang yang pengaruhnya lebih besar di bandingkan pikiran. Orang yang berusaha berfikir positif, tetapi perasaannya belum positif maka keinginannya akan sulit tercapai. Berbeda ketika perasaannya belum positif, maka pikirannya akan ikut menjadi positif secara otomatis. Erbe pula menjelaskan bahwa perasaan yang positif (positive feeling), merupakan zona ikhlas yang jika senantiasa di jaga akan menarik hal-hal positif dari Alam Semesta.
Sabda Rosulullah SAW, diriwayatkan Imam Ja’far dalam kitab Al-Bihar:
“Apabila seorang hamba berkata, “Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah”. Maka Allah SWT akan menjawab,” Hai para malaikat-ku, hamba-ku telah ikhlas berpasrah diri, maka bantulah dia, tolonglah dia, dan sampaikan (penuhi) hajat keinginannya.”
Syaikh Abdul Qodir Al-Jaelani, Ulama Sufi yang juga Guru Mursyid Tarekat Qodiriyah. Menyebutkan bahwa “Seorang Mukmin Itu Ibarat Cermin”, cermin yang memantulkan nur (cahaya) dari Allah SWT. Kalau kita mempelajari Ilmu Bahan, sebenarnya peristiwa pemantulan bukanlah peristiwa pembelokan gelombang, akan tetapi energi gelombang datang di serap atom-atom yang dekat kepermukaan sehingga tambah bervibrasi, kemudian di pakai untuk memancarkan gelombang balik (Law Of Attraction).
Jadi apabila seorang hamba Allah yang ikhlas mendapat siraman nur dari Allah SWT, karena permukaan cermin ruhani bersih. Maka cahaya Ilahi tersebut masuk secara maksimal kemudian menggetarkan qolbunya sehingga hidup, lalu getaran tersebut akan memancarkan kembali kepada khalayak. Nah apabila cermin ruhani buram oleh debu-debu kealfaan, cahaya Illahi tersebut masih dapat memantul dan masuk. Sehingga qolbu manusia yang telah keras, kotor dan busuk oleh penyakit hati maupun psikis dapat merasakan sentuhan Illahi, denyut kembali pada pancaran ruhani, seolah-olah menerima sesuatu yang mencerahkan dan menyadarkan hakikat dirinya.
Sensasi ini, bisa kita rasakan apabila kita bertemu seseorang mukmin yang ikhlas, hamba Allah yang hatinya benar-benar murni sehingga pancaran ruhaninya kuat. Pernah ada kisah pada sebuah makjlis pengajian, saat majelis tersebut sedang seru membahas persoalan-persoalan agama, tiba-tiba ada orang yang masuk masjid tersebut untuk shalat. Sang Ustadz mendadak berhenti, padahal orang yang baru shalat itu tidak dikenal dan penampilannya biasa-biasa saja. Tapi sang Ustadz terpana sekali ketika orang itu sholat, kemudian setelah orang tersebut keluar, sang ustadz penasaran ingin mengetahui siapa orang itu. Setelah di cari tau, ternyata orang tersebut adalah Ketua DKM sebuah masjid yang prilakunya rendah hati, dan suka menolong orang lain. Kisah tersebut menyimpulkan bahwa resonansi gelombang ruhani mukmin yang ikhlas, dapat memukau Sang Ustadz yang barang kali tidak kalah kuat pancaran gelombang ruhaninya.
Dalam Al-Quran surat Yunus ayat 57, Allah SWT berfirman:
“Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhan mu dan jadi penyembuh bagi penyekit-penyakit (yang berada) dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang beriman.” (Q.S. Yunus : 57)
Rusullullah SAW bersabda, “Sesungguhnya untuk segala perkara itu ada obat pencucinya, sedangkan pencuci hati itu adalah dzikir (mengingat) kepada Allah.”
Dalam hadist lain Rosullullah SAW juga bersabda :
“Ingat kepada Allah itu menjadi obat yang mustajap, guna menyembuhkan segala penyakit hati.” (H.R. Bukhari Musllim)
Sesungguhnya kondisi marah, sedih, takut, panik, cemas, kecewa, khawatir, putus asa, merupakan kondisi ruhani negative yang menjadi faktor penyebab stress dan depresi, yang merupakan sumber awal penyakit- penyakit yang berbahaya bagi fisik maupun psikis.
Untuk mempositifkan ruhani yang negatif, seorang manusia harus melakukan sebuah aktivitas ruhani “Mengingat Allah”, agar kondisi spiritual ruhaninya kembali dalam keadaan positif, yang di sebut ikhlas. Keikhlasan akan membuat spiritual ruhani seseorang menjadi positif, dan membawa ia pada perasaan damai, pasrah, tenang, tentaram, berani, fokus, bijaksana, ridha, tawakal, hus’nudzon, sabar, syukur, jujur, qonaah dan bahagia.
Keikhlasan akan senantiasa membawa seorang hamba selalu mengingati Allah SWT, dan ingat kepada Allah adalah obat mustajab yang mampu menyembuhkan segala penyakit hati. Itu artinya ikhlas dapat menyehatkan spiritual ruhani manusia, karena hanya dengan mengingat Allah lah hati manusia menjadi ikhlas.
Jika seorang manusia berada dalam kondisi ruhani marah (negative), maka hendaklah ia mangingat Allah dengan mengucapkan “Astagfirullah” (Ya Allah ampuni aku) maka kondisi ruhaninya akan berubah damai (positif), dengan kondisi spiritual “memaafkan”. Begitu pun apabila seseorang berada dalam kondisi ruhani sedih (negative), maka hendaklah ia mengingat Allah dengan mengucapkan “Inalilahi wainnailaihi rojiun” (Segalanya berasal dari Allah, dan segalanya pun akan kembali pada Allah), maka kondisi ruhaninya akan berubah pasrah/berserah diri (positif), dengan kondisi spiritual “Sabar”.
Begitu pun apabila seseorang berada dalam kondisi ruhani “Takut” (negative), maka hendaklah ia mengingat Allah dengan mengucapkan “Allah hu Akbar”(Allah Maha Besar) maka kondisi ruhaninya akan berubah “Berani”, dengan kondisi spiritual “Tawakal”. Juga apabila seseorang berada dalam kondisi ruhani “Panik/Khawatir” (negative), maka hendaklah ia mengingat Allah dengan mengucapkan “La Haula Walaa Quwwata Illa Billah.”(tiada daya dan kekuatan kecuali dengan kehendak Allah) maka kondisi ruhaninya akan berubah “Stabil/Normal”, dengan kondisi spiritual “Tawadhu”. Lalu apabila seseorang berada dalam kondisi ruhani “Cemas” (negative), maka hendak lah ia mengingat Allah. Dengan mengucapkan “La Ilaaha Illallah” (Tiada Tuhan yang Layak di Sembah Kecuali Allah) maka kondisi ruhaninya akan berubah “Tenang/tentaram”, dengan kondisi spiritual “Qona’ah”.
Selain kondisi negative karena hal-hal yang menyakitkan, kesenangan yang berlebihan juga akan menggiring pada kondisi ruhani yang negative, karena kondisi itu akan mengarah pada sikap “sombong” dan “lupa diri”. Tetapi kondisi ruhani tersebut dapat di atasi dengan mengucapkan “Alhamdulilah dan Subhanallah” (Segala Puji bagi Allah dan Maha suci Allah), maka kondisi ruhaninya akan berubah “terkendali”, dengan kondisi spiritual “Syukur”. Untuk lebih jelasnya akan di gambarkan, melalui kolom aplikasi penngendalian ruhani keikhlasan:
Aplikasi Pengendalian Ruhani Keikhlasan
“...Allah Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...” (Q.S. Ar-Ra’d :11)
Dalam memahami aplikasi keikhlasan, ada hukum daya tarik menarik (law of attraction) yang penting di pahami. Hukum Ketertarikan adalah hukum yang menjelaskan bahwa “Sesuatu akan menarik pada dirinya, segala hal yang satu sifat dengannya.” Pengertian sederhananya, diri kita itu merupakan suatu getaran yang terhubung di Alam Semesta ini, apabila seseorang memberikan sebuah getaran ke Alam Semesta (baik positif maupun negative), maka Alam Semesta akan memberikan getaran balik, dan mewujudkan kepada dirinya sesuai dengan getaran yang di berikan (baik positif maupun negative). Jadi keikhlasan bukanlah takdir, tetapi sebuah pilihan menurut teori ini.
Jika seorang manusia dalam perasaan dan pikirannya memancarkan gelombang ketakutan, maka hal-hal yang menakutkan lah yang akan tertarik olehnya. Begitu pula jika yang di pancarkan adalah kegembiraan, maka yang tertarik pada dirinya adalah kegembiraan. Teori ini lah yang menjelaskan mengapa orang yang selalu mengeluh, menuntut, mengumpat, menghujat saat di uji justru semakin sering mengalami kesialan, karena saat ia di uji lalu memancarkan energi negative tanpa sadar, sesungguhnya ia telah menarik, dan meminta kesialan tersebut. Sebaliknya orang yang selalu merasa beruntung dan menikmatinya (bersyukur), justru ia akan selalu mengalami keberuntungan, karena saat ia di uji lalu tetap memancarkan energi positif (bersyukur), dengan sadar atau tanpa sadar sesungguhnya ia telah menarik dan meminta keberuntungan pada dirinya. Kesimpulannya, perasaan dan pikiran yang positif (ikhlas), untuk mencapai kualitas hidup yang paling baik.
Allah berfirman dalam hadist Qudsy “Sesungguhnya aku sesuai dengan prasangka hamba ku” (Hadist).
Jadi pikiran dan perasaan yang terpancar ke Alam Semesta adalah doa, dan setiap doa itu pasti akan di kabulkan, oleh Dia (Allah ) yang Maha Mengabulkan doa.
Sesuai firman-Nya :
“Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".” (QS. AL-Mu’min : 60)
Pikirannya dan perasaan, baik dalam bentuk positif maupun negative adalah do’a. Dan Allah mengabulkan do’a hambanya sesuai apa yang ia pinta dan ia sangkakan (baik positif maupun negatif). Ingat, karena setiap do’a pasti di kabulkan, manusia harus berhati-hati dalam berdoa. Sebab ucapan, tindakan, dan perbuatan negatif yang terpancar dari dalam diri manusia, akan menjadi doa negative (keburukan) bagi dirinya, dan berdampak negative (buruk) pula bagi hidupnya. Sebaliknya ucapan, tindakan, dan perbuatan yang positif, akan menjadi doa yang positif dan pasti akan berdampak positif pula bagi kehidupannya.
Hukum daya tarik menarik (Law Of Attraction) energi ikhlas, sejalan dengan ilmu fisika quantum. Yang menjelaskan bahwa “Getaran yang kita keluarkan, akan di respon oleh lingkungannya, dan akan memberikan getaran balik yang sama atau lebih besar daripada getaran yang di berikan...”
Karena itu, ikhlaskan selalu hati agar ruhani manusia sehat dengan nilai-nilai positif, yang akan senantiasa memancar di setiap ucapan, tindakan, dan perbuatan dalam hidupnya. Pancaran cahaya yang bersumber dari kekuatan Tuhan yang Maha Kuasa, dengan motivasi Spiritual Illahiah, yang merupakan sumber segala sumber kekuatan segala kekuatan, penolong segala penolong, penyembuh segala penyembuh setiap ujian dan musibah yang menimpa manusia.
0 komentar:
Posting Komentar