عن أبي عمرو وقيل : أبي عمرة سفيان بن عبدالله الثقفي رضي الله عنه – قال : يا رسول الله , قل لي في الإسلام
قولاً لا أسأل عنه أحداً غيرك, قال " قل آمنت بالله ثم استقم " رواه
مسلم .
Dari Abu ‘Amrah
Sufyan bin ‘Abdullah radhiyallahu anhu, ia berkata, " Aku telah berkata,
‘Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku tentang Islam, suatu perkataan yang aku
tak akan dapat menanyakannya kepada seorang pun kecuali kepadamu’. Bersabdalah
Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, ‘Katakanlah, Aku telah beriman kepada
Allah, kemudian beristiqamahlah kamu’ “. [Muslim no. 38]
Kalimat “katakanlah
kepadaku tentang Islam, suatu perkataan yang aku tak akan dapat menanyakannya
kepada seorang pun kecuali kepadamu”, maksudnya adalah ajarkanlah kepadaku satu
kalimat yang pendek, padat berisi tentang pengertian Islam yang mudah saya
mengerti, sehingga saya tidak lagi perlu penjelasan orang lain untuk menjadi
dasar saya beramal. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab,
“Katakanlah, ‘Aku telah beriman kepada Allah, kemudian beristiqamalah
kamu’". Ini adalah kalimat pendek, padat berisi yang Allah berikan kepada
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
Dalam dua kalimat
ini telah terpenuhi pengertian iman dan Islam secara utuh. Beliau menyuruh
orang tersebut untuk selalu memperbarui imannya dengan ucapan lisan dan
mengingat di dalam hati, serta menyuruh dia secara teguh melaksanakan amal-amal
shalih dan menjauhi semua dosa. Hal ini karena seseorang tidak dikatakan
istiqamah jika ia menyimpang walaupun hanya sebentar. Hal ini sejalan dengan
firman Allah, “Sesungguhnya mereka yang berkata, Allah adalah Tuhan kami
kemudian mereka istiqamah……”.(QS. Fushshilat : 30) yaitu iman kepada Allah
semata-mata kemudian hatinya tetap teguh pada keyakinannya itu dan taat kepada
Allah sampai mati.
‘Umar bin khaththab
berkata, “Mereka (para sahabat) istiqamah demi Allah dalam menaati Allah dan
tidak sedikit pun mereka itu berpaling, sekalipun seperti berpalingnya musang”.
Maksudnya, mereka lurus dan teguh dalam melaksanakan sebagian besar ketaatannya
kepada Allah, baik dalam keyakinan, ucapan, maupun perbuatan dan mereka terus-menerus
berbuat begitu (sampai mati). Demikianlah pendapat sebagian besar para musafir.
Inilah makna hadits tersebut, Insya Allah.
Begitu pula firman
Allah, “Maka hendaklah kamu beristiqamah seperti yang diperintahkan
kepadamu”.(QS. Hud : 112)
Menurut Ibnu ‘Abbas,
tidak satu pun ayat Al Qur’an yang turun kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam yang dirasakan lebih berat dari ayat ini. Oleh karena itu, Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah bersabda, “Aku menjadi beruban karena
turunnya Surat Hud dan sejenisnya”.
Abul Qasim Al
Qusyairi berkata, “Istiqamah adalah satu tingkatan yang menjadi penyempurna dan
pelengkap semua urusan. Dengan istiqamah, segala kebaikan dengan semua
aturannya dapat diwujudkan. Orang yang tidak istiqamah di dalam melakukan usahanya,
pasti sia-sia dan gagal”. Ia berkata pula, “Ada yang berpendapat bahwa
istiqamah itu hanyalah bisa dijalankan oleh orang-orang besar, karena istiqamah
adalah menyimpang dari kebiasaan, menyalahi adat dan kebiasaan sehari-hari,
teguh di hadapan Allah dengan kesungguhan dan kejujuran. Oleh karena itu, Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, ‘Istiqamahlah kamu sekalian, maka kamu
akan selalu diperhitungkan orang’.
Al Washiti berkata,
“Istiqamah adalah sifat yang dapat menyempurnakan kepribadian seseorang dan
tidak adanya sifat ini rusaklah kepribadian seseorang”. Wallaahu a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar