KOLEKSI PUSTAKA

KOLEKSI PUSTAKA

MENANTI DIBACA

MENANTI DIBACA

MEMBACA

MEMBACA

BUKU PUN TERSENYUM

BUKU PUN TERSENYUM
Selamat Datang dan Terima Kasih Atas Kunjungan Anda

Ikhlas dalam Hadits


Selain dalam AL-Qur’an, ikhlas juga banyak dijelaskan dalam hadits. Rasullullah SAW adalah sumber inspirasi manusia yang pernah hidup di Bumi ini. Risalah beliau dalam menyebarkan islam, mengerucut pada satu titik penghambaan yang utuh pada keesaan Allah.  Subtansi keikhlasan seorang hamba adalah proses penyerahan diri secara tulus, dalam balutan rasa syukur dan sabar. Keikhlasan akan berbuah ketentraman, dan kebahagiaan di dalam hati hamba-hamba Allah yang beriman.

Tolalitas pasrah seorang hamba yang ikhlas, akan membawa dirinya pada tingkat yang lebih tinggi, kedekatannya pada Allah SWT. Semakin kuat energi ikhlas dalam diri seorang hamba, maka semakin kuat juga kedamaian dan kebahagiaan di hatinya. Karena itu bagi hamba yang ikhlas, seluruh waktunya ia habiskan untuk mengingat Allah, memuji Tuhannya, dan berdoa agar dirinya termasuk dalam golongan orang-orang yang mendapatkan ridha, cinta, dan makrifatnya Allah.

Beberapa hadits di bawah ini menjelaskan, bahwa betapa keikhlasan akan membawa seorang hamba, pada kebahagiaan dan keselamatan di Dunia dan Akhirat. Cukup sudah selama ini, kita terjebak pada penghambaan-penghambaan pada sesuatu selain Allah. Sudah saatnyalah sekarang, kita kembali memurnikan ketaatan dan penghambaan pada Allah semata! Tak ada yang lain, cukup Allah sajalah yang mejadi penolong kita. Berikut beberapa hadist soheh yang menjelaskan tentang ikhlas.

Rosullullah SAW bersabda,

“Bahwasanya Allah ta’ala itu mengharamkan api neraka menjilat orang yang berkata LAAILAAHAILLALLAAH (Tiada Tuhan Selain Allah), yang ditujukan hanya Allah semata-mata.“ (HR. Bukhari - Muslim)

“Tidaklah sekali-kali seorang hamba mengucapkan kalimat LAAILAAHA ILLALLAAH (Tiada Tuhan Selain Allah)  dengan ikhlas (dari lubuk hatinya), melainkan di bukakan baginya semua pintu langit hingga tembus sampai ke ‘Arasy selama pelakunya menjauhi dosa-dosa besar.“ (HR. Tirmidzi)

Allah SWT mengharapkan seorang hamba yang hatinya terhujam Tauhid “Tiada Tuhan Yang Aku Sembah Selain Allah” dari jilatan api neraka. Hati yang ikhlas pada pemurnian keesaan Allah, akan diselamatkan Allah dari segala bencana baik di Dunia maupun di Akhirat. Sikap inilah yang ditanamkan Rosullullah, di hati kaum muslimin saat beliau menyebarkan risalahnya.

“Orang-orang sedang berdzikir (mengingat Allah), seperti pohon yang rindang di tengah-tengah pohon kering.“ (HR. Bukhari - Muslim)

Keikhlasan seorang hamba akan memancarkan sinar kedamaian di dalam dirinya. Seluruh waktu dalam  hidupya akan ia gunakan untuk banyak-banyak mengingat Allah, mencari keridhoan dan cintanya. Karena itu hamba yang ikhlas itu, bagaikan pohon yang rindang ditengah-tengah pohon yang kering.

Sebab, hati hamba yang ikhlas akan selalu dipenuhi karunia dan rahmat Allah. Sehingga jasmani dan rohaninya tidak kekurangan nutrisi-nutrisi yang akan selalu menyuburkan pohon kelemahan di hatinya. Jiwanya selalu tersirami air suci makrifat Allah yang akan selalu menentramkan hati, jasmaninya selalu terhangati oleh  pancaran Rahmat dan Karunia-Nya, pikirannya selalu tercerahkan dari tipu daya Duniawi yang dipenuhi janji-janji kepalsuannya.

“Orang yang ingat kepada Allah, adalah laksana orang yang hidup di tengah-tengah orang yang mati.“ (HR. Bukhari - Muslim)

Keikhlasan hamba akan membawa dirinya pada titik kebahagiaan dan kedamaian. Karena itu, orang yang hatinya ingat kepada Allah. “Bagaikan orang yang hidup ditengah-tengah orang yang mati“ Sabda Rosullullah. “Kenapa?” karena terlalu banyak manusia yang hidup di Alam Dunia ini, hatinya mati dan membatu dalam mengingat Allah hingga hidupnya lebih condong pada hawa nafsunya, yang membuat ia menghambakan seluruh hidupnya untuk harta, jabatan dan wanita semata. Juga ciptaan-ciptaan Allah lainnya, yang tanpa sadar mulai membudaknya dalam kehidupan Duniawi.

Karena itu, hamba ikhlas senantiasa menghidupkan hatinya untuk selalu mengingat Allah. Berserah diri secara utuh dan tulus kepada Allah, menerima dan ridha atas segala ketentuan takdir yang ditetapkan kepada-Nya. Bersabar atas segala ujian dan cobaan-Nya, mensyukuri sekecil apapun nikmat yang ia berikan kepadanya. sehingga keikhlasan hatinya akan memancarkan energi positif bagi kehidupan, yang hal tersebut akan menyelamatkanya dari segala bencana dan ujian hidup, menghilangkan kesombongan dan keserakahan dalam diri yang selalu menjadi sumber malapetaka, mendamaikan segala bentuk peperangan, menjadikan musuh sebagai sahabat, dan memusnahkan sifat-sifat buruk merusak manusia, di muka Bumi.

“Sesungguhnya Allah tidak menerima amal perbuatan, kecuali amal perbuatan yang diniatkan dengan ikhlas demi meraih ridha-Nya.“ (HR. Nasa’i)

“Sesungguhnya amal-amal itu hanya bergantung pada niat!. dan setiap orang hanya memperoleh menurut apa yang di niatkan. Barang siapa hijrahnya pada dunia yang ingin di dapatkannya, atau wanita yang hendak di nikahinya, maka hijrahnya kepada apa yang di tujunya. “ (HR. AL-Bukhay, Muslim, Abu Daud, At-Tirmiday, dan An-Nasa’i)

Ikhlas adalah syarat diterimanya sebuah amal, karena Allah SWT hanya menerima amal perbuatan yang di niatkan dengan ikhlas untuk meraih ridha-Nya. Karena itu, penting seorang hamba memurnikan niatnya hanya untuk Allah dalam amal perbuatannya. Niat yang ikhlas dalam amal, akan membawa keberkahan bagi pelakunya. Sebab niat menentukan kualitas amal, amal yang ikhlas adalah amal yang diniatkan hanya untuk mencari keridhaan Allah. Amal yang diniatkan tidak untuk mencari keridhan Allah, tidak akan diterima bagaikan daun-daun kering yang berguguran.

Karena itu, penting bagi hamba yang beramal, baik dalam ibadah maupun muamalah, memurnikan niat hanya untuk mencari keridhaan Allah. Bukan untuk niat berbeda yang sifatnya pribadi, pragmatis, hingga riya. Shalat bukan untuk disebut soleh, puasa bukan untuk diet, berhaji bukan untuk menaikkan status sosial di masyarakat, zakat dan shadaqah bukan untuk disebut dermawan. Tak berguna amal seorang hamba, apabila niatnya selain mencari keridhaan Allah.

Apabila seorang hamba hijrah kepada Allah dan Rasulnya, maka ia akan sampai pada Allah dan Rasulnya. Tapi apabila seorang hamba hijrah pada kehidupan Dunia, maka dia akan mendapatkan Dunia sesuai apa yang di takdirkan padanya, tapi sedikitpun ia tidak akan mendapatkan keridhaan Allah. Dan amalnya tidak berarti di hadapan Allah, bagaikan debu-debu yang berterbangan di udara.

Jadi amat sangat penting bagi hamba yang ikhlas, untuk memurnikan niatnya hanya kepada Allah. Agar segala ucapan, tindakan, dan perbuatannya selalu mendapat  keberkahan dan keridhaan Allah SWT. Dan Allah akan menjadikan kekayaan di hatinya, menghimpun semua potensi yang di milikinya, dan Dunia akan datang sendiri kepadanya seraya mengejarnya.

“Ikhlas adalah satu rahasia dari rahasia-Ku. Aku memasukkannya ke dalam hati orang yang kucintai dari hamba-hamba-Ku.“ (Hadist Qudsiy Riwayat AL-Qusyairy)

Artinya keikhlasan, ternyata akan membawa kekayaan seorang hamba baik secara materi maupun imateri. Sungguh merugi orang-orang yang dihatinya tidak ada keikhlasan, karena sesungguhnya keikhlasan adalah anugerah Allah yang sangat berharga bagi manusia-manusia yang berfikir. Firman Allah dalam hadist Qudsy nya sangat jelas “Ikhlas adalah satu rahasia dari rahasia-Ku. Aku akan memasukkannya ke dalam hati orang yang aku cintai dari hamba-hamba-Ku.“ Sungguh sangat beruntung orang-orang yang hatinya senantiasa dalam balutan keikhlasan pada Allah.

“Barang siapa yang tujuan utamanya adalah meraih pahala akhirat, niscaya Allah akan menjadikan kekayaannya berada dalam kalbunya. Menghimpunkan baginya semua potensi yang dimilikinya, dan dunia akan datang sendiri kepadanya seraya mengejarnya. Sebaliknya barang siapa yang tujuan utamanya adalah meraih dunia. Niscaya Allah akan menjadikan kemiskinan benda di depan matanya. Membayarkan semua potensi yang dimilikinya dan dunia tidak mau datang sendiri kepadanya, kecuali menurut apa yang telah di taqdirkan untuknya.“ (HR. Tirmidzi)

“Sesungguhnya engkau, tidak sekali-kali mengeluarkan suatu nafkah karena mengharapkan ridha Allah, melainkan pasti engkau akan diberi pahala karenanya. Meskipun berupa makanan yang engkau suapkan ke dalam mulut istrimu.“ (HR. Bukhari)

“Barang siapa mempelajari suatu ilmu yang seharusnya untuk meraih ridha Allah lalu dia tidak mempelajarinya, kecuali hanya untuk meraih sesuatu dari harta benda duniawi, niscaya dia tidak akan menemukan wewenang surga pada hari kiamat nanti.“ (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad)

“Hanya Allah yang dimintai pertolongan. Ya Allah, anugerahilah Aku kesabaran dan hanya kepada Allah lah, seorang hamba harus bertawakkal.“ (HR. Ahmad)

“Aku mengikuti prasangka hamba-Ku kepadaku, dan Aku selalu bersamanya selama dia mengingat-Ku “ (HR. Ahmad)

“Berserah diri lah kamu kepada Allah Ta’ala dengan berserah diri yang sebesar-besarnya, niscaya dia akan memberikan rezeki kepada kamu, sebagaimana dia memberikan rezeki kepada burung yang keluar pagi-pagi dengan perut kempis, dan kembali sore dengan perut kenyang.“ (HR. At- Tirmidzi)

“Siapa yang berpegang teguh kepada Allah SWT, niscaya di cukupkan oleh Allah SWT setiap kebutuhannya. Dan diberikannya rezeki dimana tidak disangkakannya. Dan siapa berpegang teguh kepada dunia, niscaya ia diserahkan oleh Allah kepada dunia.“ (HR. Ath-thabrani)

“Sesungguhnya Allah SWT menolong umat yang lemah, dengan do’a mereka, keikhlasan mereka, dan shalat mereka.“ (HR. An-Nasai’)

“Ikhlaskanlah amal Mu, niscaya mencukupilah bagi engkau oleh sedikit dari padanya!“ (HR. Abu Manshur AD-Dailami)

“Ya Allah, kepadamu aku menyerah, kepadamu aku percaya, dan kepadamu aku berserah diri, serta kepadamu pula aku akan kembali, dan karenamu aku berjuang. Ya Allah, aku  berlindung dengan kemuliaanmu yang tiada Tuhan Selain Engkau, janganlah Engkau menyesatkan aku. Engkau yang hidup, dan tidak akan mati, sedang jin dan manusia semuanya bakal mati.“ (HR. Bukhari - Muslim)

“Ya Tuhan ku, bantulah aku; Jangan engkau tidak membantuku. Tolonglah daku; Jangan engkau tidak menolong daku. Balaskanlah untukku, jangan engkau berbalik membalasku. Dan jadikanlah diriku orang yang banyak bersyukur kepadamu, khusyu kepada-Mu, lagi banyak mengadu dan kembali kepada-Mu. Ya Tuhan ku, terimalah dariku tobatku, bersihkanlah dosa-dosaku, perkenankanlah do’aku, teguhkanlah hujjahku, luruskanlah lisanku. Tunjukilah hatiku, dan cabutlah kedengkianku di dada-Ku!“ (HR. Tirmidzi)

Hamba-hamba Allah yang ikhlas tak perlu takut pada kesulitan hidup, sebab barang siapa yang berpegang teguh kepada Allah SWT. Niscaya ia akan dicukupkan kebutuhannya oleh Allah. Dia akan diberikan rezeki dari tempat yang tidak disangkakannya, kalau begitu tunggu apalagi, bersegeralah berserah diri kepada Allah dengan berserah diri yang sebesar-besarnya. Karena dia akan memberi rezeki pada orang ikhlas seperti dia memberikan rezeki kepada burung. Seekor burng keluar pagi-pagi dengan perut kempis, dan kembali sore harinya dengan perut kenyang.

Dan berbaik sangkalah selalu kepada Allah, karena dia mengikuti prasangka hambanya. Kalau hambanya berprasangka baik, maka kebaikanlah yang akan didapatnya. Sebaliknya apabila hambanya berprasangka buruk kepada Allah, maka keburukan pula yang akan didapatkannya. Karena itu, pancarkanlah selalu prasangka-prasangka baik, positif, penuh cinta, kesabaran, dan syukur dari dalam hati kita. Mudah-mudahan Allah akan membalasnya dengan cinta, karunia dan rahmat-Nya. Semoga kita termasuk dalam hamba-hamba yang mendapat ridha dan cintanya Allah SWT.

Dan jangan sekali-kali kita berprasangka buruk, mengeluh, memaki, bahkan menghujat Allah. Karena hal itu bisa menjadi do’a, dan Allah akan mengabulkan tuduhan yang kita hujatkan, menjadi kenyataan yang justru semakin membuat kita tersiksa dan menderita. Jadi, hati-hatilah dengan prasangkaMu kepada Allah. Karena itu akan menjadi do’a yang akan dia kabulkan sewaktu-waktu.

Lebih baik jadilah hamba-hamba ikhlas, yang selalu berserah diri kepadanya memohon pertolongan-Nya., banyak bersyukur kepada-Nya. Karena hanya kepada Allah kita memohon perlindungannya, tempat mengadu segala sesuatu agar dia menerima tobat kita, membersihkan dosa-dosa kita, memperkenankan do’a-do’a kita, meneguhkan hujjah kita, mengangkat derajat kita, dan meluruskan segala ucapan, tindakan, serta perbuatan kita.  “Ya Allah, kepadamu aku menyerah, kepadamu aku percaya, kepadamu aku berserah diri, kepadamu aku berjuang, dan kepadamu pula aku akan kembali. Ya Allah, kabulkanlah permohonan kami, sesungguhnya engkau Maha Penolong, dan Penerima Permohonan.“

3 komentar:

  1. Informasi ini bagus, bahkan sangat bagus.. tetapi karena anda kikir terhadap ilmu jadi membuat menjadi buruk.

    Jauhilah kekikiran. Sesungguhnya kekikiran itu telah rnembinasakan (umat-umat) sebelum kamu. (HR. Muslim)

    jangan takut jika orang lain mengambil artikel anda, stiap orang yang mengambil dengan mengcopy artikel anda maka pahala akan anda dapatkan pula.. ini tentang iklas kan... mematikan block itu sungguh hanya mematikan pahala anda.

    Niat seorang mukmin lebih baik dari amalnya. (HR. Al-Baihaqi dan Ar-Rabii')

    sebelumnya saya minta maaf, ini untuk kebaikan semua umat. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas komentarnya... :)

      Blog dimatikan dan tidak bisa di Copy, karena menghormati penulis dan penerbitnya. Kita mengambil artikel dari buku. Jika ingin mengetahui dari buku apa sumbernya silahkan klik link (kembali ke "Daftar Isi"). Meskipun demikian, pembaca dapat mencatat dan membagikan ke teman-teman yang lainnya.

      Perlu diketahui bahwa semua fasilitas Blog PUSTAKA HIKMAH gratis dan insya Allah kami ikhlas mengelola blog ini.

      Semoga pembaca lainnya dapat bersyukur atas adanya Blog ini...

      "Syukurlah terhadap nikmat Allah jika kamu sungguh-sungguh menyembah kepada Nya." - (Surah an-Nahl, ayat 144)

      "Barang siapa yang bersyukur maka hal itu untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Dan barang siapa yang ingkar maka sesungguhnya Tuhan itu Maha Kaya dan Maha Mulia." - (Surah al-Naml, ayat 40)

      "Jika kamu bersyukur maka Aku (Tuhan) akan menambah (nikmat) itu kepada kamu. Dan jika kamu engkar maka sesungguhnya seksa Aku amat pedih." - (Surah Ibrahim, ayat 7)

      Hapus
  2. Iklhas dengan semata Alloh dan sadar dengan atas kehendak Alloh

    BalasHapus