KOLEKSI PUSTAKA

KOLEKSI PUSTAKA

MENANTI DIBACA

MENANTI DIBACA

MEMBACA

MEMBACA

BUKU PUN TERSENYUM

BUKU PUN TERSENYUM
Selamat Datang dan Terima Kasih Atas Kunjungan Anda

Keutamaan Ilmu atas Harta

Sesungguhnya keutamaan ilmu atas harta bisa diketahui dari beberapa hal, di antaranya:

1. Ilmu adalah warisan para nabi, sementara harta adalah warisan para raja dan hartawan.

2. Ilmu bisa menjaga pemiliknya, sementara pemilik harta harus menjaga hartanya.

3. Harta berkurang karena dinafkahkan, sementara ilmu semakin bertambah bila diberikan.

4. Orang yang mempunyai harta akan meninggalkannya apabila ia meninggal, sementara ilmu masuk ke dalam kubur bersama pemiliknya.

5. Ilmu adalah penentu harta, sementara harta tidak bisa menentukan ilmu.

6. Harta bisa didapat oleh orang mukmin, kafir, orang baik maupun orang jahat, sementara ilmu yang bermanfaat hanya didapat oleh orang-orang beriman.

7. Orang berilmu dibutuhkan oleh raja-raja dan yang di bawahnya, sementara hartawan dibutuhkan oleh orang-orang fakir dan papa.

8. Jiwa menjadi hidup dan mulia dengan mengumpulkan ilmu dan mendapatkannya, bahkan itu merupakan kemuliaan jiwa dan kesempurnaannya. Sementara harta membersihkan jiwa dan tidak menyempurnakannya serta tidak menambahkan sifat-sifat kesempurnaan. Bahkan jiwa bisa berkurang, kikir dan bakhil karena mengumpulkan harta dan tamak terhadapnya. Ketamakan terhadap ilmu merupakan kesempurnaan jiwa sementara ketamakan terhadap harta merupakan kekurangan jiwa.

9. Harta mengajak jiwa kepada kelalaian dan kesesatan serta kesombongan, sementara ilmu mengajak jiwa kepada tawadhu’ dan ibadah.

10. Ilmu merupakan motifator yang mengajak kepada kebahagiaan jiwa yang diciptakan untuknya, sementara harta merupakan penghalang antara jiwa dan kebahagiaannya.

11. Kaya ilmu lebih mulia daripada kaya harta. Jiwa bisa lebih kaya daripada seluruh manusia tanpa harta. Kekayaan tertinggi adalah dengan tidak butuh sesuatu, bukan dengan harta.

12. Harta memperbudak orang yang mencintainya dan pemiliknya hingga menjadikan mereka sebagai budaknya, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Harcurlah hamba dinar dan hamba dirham.”

Sementara ilmu menjadikan pemiliknya sebagai hamba Rabbnya dan Penciptanya, karena ilmu tidak mengajaknya selain kepada peribadatan kepada Allah semata.

13. Nilai orang kaya tergantung kekayaannya, sementara nilai orang berilmu dari ilmunya. Orang yang berilmu tidak akan kehilangan nilainya, bahkan akan semakin bertambah.

14. Mencintai ilmu dan senatiasa mencarinya adalah dasar setiap ketaatan, sementara mencintai dunia dan harta dan senantiasa mencarinya adalah pangkal segala keburukan.

15. Bentuk harta bersifat materi, sementara bentuk ilmu bersifat rohani.

16. Bila seorang berilmu disodorkan kepadanya seluruh kekayaan dunia, niscaya ia tidak mau menjadikannya sebagai pengganti ilmunya, sementara orang kaya yang berakal, bila mendapati kemuliaan ilmu, niscaya ia ingin mendapat ilmu sebagai pengganti seluruh hartanya.

17. Tidak seorang pun yang taat kepada Allah kecuali dengan ilmu, sementara kebanyakan orang yang berbuat kemaksiatan kepadaNya, dilakukannya dengan menggunakan harta.

18. Orang berilmu mengajak manusia kepada Allah dengan ilmunya dan perangainya, sementara orang yang mengumpulkan harta mengajak kepada masalah duniawi dengan perangainya dan hartanya.

19. Kekayaan harta kadang bisa menjadi penyebab kehancuran pemiliknya, sebagaimana telah terjadi, sementara kekayaan ilmu merupakan sebab kehidupan bagi pemiliknya dan orang lain. Apabila manusia melihat orang yang mengalah dan mendahulukan orang lain, niscaya mereka akan mencintainya dan memuliakannya.

20. Kenikmatan yang berasal dari kekayaan harta adalah kenikmatan semu atau kenikmatan hewani, karena pemiliknya hanya menikmatinya dengan mengumpulkannya dan mendapatkannya, dan itu adalah kenikmatan yang semu. Sedangkan kenikmatan berilmu adalah kenikmatan akal dan rohani, menyerupai kenikmatan malaikat dan kebahagiaannya.

Disadur dari kitab Miftaahu Daaris Sa’aadah – dalam buku Taman Orang Yang Dicintai, Mutiara Hikmah Ibnu Qayyim Al-Jauziyah karya Manshur bin Abdul Aziz Al-Ujayyan.

0 komentar:

Posting Komentar