إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. (Q.S. Adz-Dzariyaat: 58)
Ar-Razzâq secara bahasa berasal dari kata "razaqa" atau "rizq" yang berarti rezeki atau pemberian untuk waktu tertentu. Allah Ar-Razzâq, artinya Allah Maha Pemberi Rezeki kepada seluruh makhluk-Nya. Allah telah menjamin rezeki setiap makhluk-Nya. Bahkan, binatang melata pun telah dijamin rezeki oleh Allah.
.
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ إِلا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lohmahfuz). (Q.S. Hud: 6)
Rezeki yang bersifat material yaitu yang memberikan berbagai macam fungsi, manfaat, potensi, dan fasilitas untuk tubuh, serta melindunginya agar tetap dapat hidup dalam jangka waktu tertentu. Sementara rezki yang bersifat spritual yaitu yang memberikan kemanfaatan, kesejahteraan, ketenangan, kebahagiaan, dan kehidupan yang berkesinambungan di dunia hingga di akhirat. Dalam kaitannya dengan manusia, yang dimaksud dengan rezki bukan hanya harta, makanan, minuman, pakaian, atau tempat tinggal, tetapi juga udara yang bersih, orang tua, suami atau istri, maupun anak-anak. Kedudukan, pangkat, jabatan, saudara, teman, rekan kerja, dan tetangga yang baik pun merupakan bagian dari rezeki-Nya. Bahkan kesehatan jasmani dan ruhani, ilmu yang bermanfaat, serta para nabi yang diutus merupakan bagian dari rezki yang baik.
.
قَالَ يَا قَوْمِ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كُنْتُ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي وَرَزَقَنِي مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا وَمَا أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَى مَا أَنْهَاكُمْ عَنْهُ إِنْ أُرِيدُ إِلا الإصْلاحَ مَا اسْتَطَعْتُ وَمَا تَوْفِيقِي إِلا بِاللَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
Syuaib berkata: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku daripada-Nya rezeki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah-Nya)? Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali. (Q.S. Hud: 88)
Jarak antara rezeki dan manusia lebih jauh dari jarak rezeki dari binatang, apalagi tumbuhan. Ada aturan-aturan hukum (sunatullah) - dalam cara perolehan dan jenis yang dibenarkan bagi manusia - yang harus diikuti manusia. Selain itu, selera dan macam kebutuhan manusia juga lebih banyak. Jarak antara rezki bayi dengan rezki orang dewasa pun berbeda. Bayi hanya menunggu makanan dan minuman yang siap dan menanti untuk disuapi. sedangkan manusia dewasa tidak demikian. Walaupun begitu, masing-masing sudah mendapatkan jatah rezekinya dari Allah s.w.t., bahkan termasuk pula orang-orang yang mati di jalan Allah.
.
وَلا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki. (Q.S. Ali-Imran: 169)
Allah menyiapkan berbagai sarana. Dan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna diperintahkan untuk mengolah dan mengelolanya dengan baik agar terpenuhi segala kebutuhannya, baik material maupun spritual.
.
هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ ذَلُولا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (Q.S. Al-Mulk: 15)
Demikianlah makna Ar-Razzâq. Sekarang, bagaimana bentuk meneladani nama dan sifat Allah Ar-Razzâq? Meneladani nama dan sifat Allah Ar-Razzâq berarti kita harus giat berikhtiar menjemput rezeki dengan cara yang halal dan dibenarkan agama. jangan tergoda untuk menjemput rezeki dengan cara yang haram. Rezeki yang halal jauh lebih banyak daripada yang haram.
Setelah memperoleh rezeki maka nafkahkanlah pada jalan yang dibenarkan dan diredloi Allah, yaitu untuk menafkahi istri dan anak-anak. Kemudian, sisihkan sebagiannya untuk infak di jalan Allah.
Akhirnya, marilah kita berdoa, Ya Allah, karuniakanlah kepada kami sifat qana'ah terhadap rezeki yang telah Engkau anugerahkan kepada kami, berkahilah rezeki itu untukku, dan gantilah setiap milikku yang hilang dengan kebaikan." [H.R. Hakim]
Bagus dan gampang di pahami
BalasHapus