رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)." [Q.S. Ali-Imran: 8]
Al-Wahhaab secara bahasa berasal dari kata "wahaba" yang berarti memberi atau memberi sesuatu tanpa imbalan. Allah Al-Wahhaab, artinya Allah Maha Pemberi karunia kepada semua makhluk-Nya tanpa diminta. Bukankah kita menerima nikmat yang begitu banyak dari Allah tanpa memintanya. Perhatikan saja anggota tubuh kita! Kita diberikan mata, telinga, hidung, mulut, tangan, kaki, dan sebagainya tanpa perlu memintanya. Allah memberikannya secara gratis.
أَمْ عِنْدَهُمْ خَزَائِنُ رَحْمَةِ رَبِّكَ الْعَزِيزِ الْوَهَّابِ
Atau apakah mereka itu mempunyai perbendaharaan rahmat Tuhanmu Yang Maha Perkasa lagi Maha Pemberi? [Q.S. Shad: 9]
Imam al-Ghazali r.a. menjelaskan makna al-Wahhaab, menekankan bahwa pada hakikatnya tidak mungkin tergambar dalam benak seseorang adanya dzat yang Maha Pemberi setiap yang membutuhkan tanpa imbalan atau tujuan duniawi dan ukhrawi, kecuali Allah s.w.t., Al-Wahhaab.
Ibnu 'Arabi r.a. menambahkan bahwa yang disebut Wahhaab, selain mempunyai syarat yang telah disebutkan di atas, juga harus memberikan sesuatu yang sifatnya nikmat dan bertujuan baik untuk yang diberi, baik saat ini maupun akan datang. Karena itu anugerah yang diberikan kepada orang yang kafir tidak menjadikan-Nya disebut Al-Wahhaab, karena anugerah itu dapat menjadi bencana untuk mereka, baik saat ini (di dunia) maupun akan datang (di akhirat).
Jika Al-Wahhaab memberi anugerah kepada seseorang, maka tidak ada sesuatu pun yang dapat menghalang-halangi datangnya anugerah kebaikan itu kepada dirinya. Dan jika Al-Wahhaab telah memberikan anugerah kepada anda, maka tak ada satu kekuatan pun di dunia ini yang dapat mengalihkan anugerah itu kepada selain diri anda.
Demikian makna Al-Wahhaab. Sekarang bagaimana bentuk meneladani nama dan sifat Allah Al-Wahhaab? Meneladani nama dan sifat Allah Al-Wahhaab berarti kita dituntut untuk memberikan apa yang kita miliki kepada orang yang membutuhkan, baik pada waktu lapang maupun sempit.
Dalam surat Ali-Imran 133-134 diterangkan bahwa salah satu kriteria orang bertaqwa adalah rajin berinfak, baik pada waktu lapang maupun sempit (Al-ladzina yunfiquuna fi as-sarraai wa adh-dharraai). Kemudian, berusahalah untuk tidak mengharapkan balasan dari pemberian kita itu. Cukup Allah saja yang membalasnya dengan rahmat dan keridhaan-Nya. Allah berfirman, "dan janganlah engkau (Muhammad) memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak." [Q.S. Al-Mudatsir: 6]
وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًاإِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلا شُكُورًا
Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. [Q.S. Al-Insan: 8-9]
Ayat di atas menjelaskan dengan tegas bahwa memberi adalah perbuatan baik. Namun, lebih baik dan utama lagi jika memberi tanpa mengharapkan balasan, bahkan ucapan terima kasih sekalipun.
Akhirnya, marilah kita berdoa, "...Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa." [Q.S. Al-Furqan: 74]
Sumber:
Rahasia Keajaiban Asmaul Husna
Quantum Asmaul Husna
Syarah Singkat Asmaul Husna
http://opi.110mb.com/haditsweb/
0 komentar:
Posting Komentar