مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ الْعِزَّةُ جَمِيعًا
Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. (QS Fathir 35: 10)
Kata aziz berasal dari ‘azza ya’uzzu yang berarti mengalahkan. Namun juga dapat berasal dari kata ‘azza ya’izzu yang bermakna tidak ada duanya, sangat susah diraih, atau dapat juga berasal dari ‘azza ya’azzu yang berarti menguatkan sehingga tidak terbendung. Kata Al Aziz sendiri sering diberi makna yang Maha Perkasa atau yang Maha Mulia. Sedang kata izzat sering dimaknai kemuliaan, keperkasaan atau kekuatan. Seperti firman Allah di dalam surat Fathir di atas falillahil‘izzatu jami’a (Maka kemuliaan itu milik Allah semuanya)
Ada beberapa unsur keperkasaan yang menyusun al izzat, manurut Imam Ghazali yakni perannya yang sangat penting, sangat dibutuhkan, dan sulit diraih. Peran Allah dalam mengatur jagad raya ini sangat penting. Tanpa peran Allah jagad raya ini akan hancur berantakan. Tidak ada satu makhluk pun yang mampu menggantikan peran Allah dalam mengatur jagad raya. Di sisi lain Allah yang Maha Mulia, kesempurnaan sifat-Nya yang Maha Mulia ini sangat sulit atau tidak mungkin diraih oleh makhluknya sama sekali. Bahkan untuk membayangkan seberapa besar kemuliaan Allah tidak ada manusia yang mampu. Laisa kamitslihi syaiun (Tidak ada yang serupa dengan-Nya). Puncak kemuliaan yang tidak pernah tersentuh oleh kehinaan sama sekali, tanpa cacat dan tanpa cela. Bahkan sebenarnya, bahwa tidak ada satu makhluk yang mampu mengenal Allah dalam arti yang sebenarnya. Hanya Allah sendiri yang mengenal siapa sebenarnya Allah yang Maha Mulia itu. Sedangkan Allah dengan segala kekayaan yang dimilikinya sangat dibutuhkan oleh semua makhluk yang hidup di semesta alam ini. Allahushshamad, Allah tempat bergantung segala sesuatu. Semua makhluk yang hidup maupun yang tidak hidup keberadaannya di dunia ini tergantung kepada Allah. Lengkaplah sudah sifat keperkasaan atau kemuliaan Allah seperti apa yang dipersyaratkan oleh Imam Ghazali di atas. Tidak ada seorang manusia pun yang dapat meraih ketiga usur bersama-sama.
Karena keperkasaan atau kemuliaan itu milik Allah semuanya maka bagi siapa saja yang menghendaki keperkasaan atau kemuliaan tidak ada jalan lain kecuali memohonnya kepada Allah. Dia harus meyandarkan segala upaya untuk mencapai keperkasaan atau kemuliaan tersebut kepada Allah. Menempuh jalan dan memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan Allah untuk memperoleh kemuliaan tersebut. Dalam surat Al father 35: 10 Allah berfirman: “Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka kemuliaan itu seluruhnya hanya milik Allah. ”Maka hanya dengan berbuat taat kepada Allah kita bisa mendapatkan kemuliaan tersebut. Dan memang demikian, bahwa dihadapan Allah orang yang paling taat dalam arti paling taqwa akan menjadi orang yang paling mulia. Dalam surat Al Hujurat Allah berfirman: Inna akramakum ‘indallahi atqaakum (Sesungguhnya orang yang paling mulia di antaramu adalah orang yang paling bertakwa). Disamping itu dengan nada menghibur Allah memberitakan kepada orang-orang beriman bahwa mereka itu memiliki derajat yang sangat tinggi kalau mereka termasuk ke dalam kelompok orang yang beriman. Janganlah kalian bersedih dan jangan khawatir sedang kalian lebih tinggi derajatnya jika kamu termasuk orang-orang beriman (Q.S. Ali Imran 3: 139).
Orang yang faham akan makna al ‘izzat (kemuliaan) akan senantiasa menjaga diri dari perbuatan yang menurunkan derajat akhlaknya. Dia akan berusaha mengambil amalan yang meninggikan derajatnya dan menghindari amalan yang merendahkan dirinya sendiri. Bahkan terhadap amal-amal yang meskipun menurut syareat halal, akan tetapi kalau amal itu menurunkan keperwiraannya akan dia hindari. Allah berkisah tentang orang-orang seperti itu dalam surat Al Baqarah 273. Meskipun mereka miskin dan papa tetapi mereka selalu menjaga diri dari meminta-minta. Keperwiraan para pejuang Allah tersebut semakin mengangkat derajat kemuliaan mereka di sisi Allah. Di dalam sejarah kita mencatat, betapa Abdurrahman bin Auf ditawari oleh Sa’ad bin Rabi’ salah satu dari dua orang istri dan separuh tanahnya, dia menolaknya dengan cara yang halus. Yang dia inginkan hanya ditunjukkan jalan ke pasar. Generasi awal para sahabat memang mengagumkan. Mereka siap mengorbankan segalanya termasuk harta, jiwa dan raga untuk mendapatkan kemuliaan itu. Mereka siap mati syahid fi sabilillah dengan memperjuangkan kemuliaan islam dan umat Islam (Izzul Islam wal muslimin). Maka pantas kalau Rasulullah saw mensifati umat Islam generasi awal sebagai generasi yang terbaik, kemudian sesudahnya dan sesudahnya. Sedang Allah pun tidak kalah memberikan pujian dan imbalan yang pantas kepada mereka, seperti yang tercantum dalam surat At Taubah 9: 100 Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. Mari kita berusaha semaksimal mungkin untuk meraih kemualian itu dengan berbuat taat kepada Allah dan Rasul-Nya
Sumber: http://islamthetruth.wordpress.com/muhasabah/tauhid-asma-a-sifat-al-aziz/
Kata aziz berasal dari ‘azza ya’uzzu yang berarti mengalahkan. Namun juga dapat berasal dari kata ‘azza ya’izzu yang bermakna tidak ada duanya, sangat susah diraih, atau dapat juga berasal dari ‘azza ya’azzu yang berarti menguatkan sehingga tidak terbendung. Kata Al Aziz sendiri sering diberi makna yang Maha Perkasa atau yang Maha Mulia. Sedang kata izzat sering dimaknai kemuliaan, keperkasaan atau kekuatan. Seperti firman Allah di dalam surat Fathir di atas falillahil‘izzatu jami’a (Maka kemuliaan itu milik Allah semuanya)
Ada beberapa unsur keperkasaan yang menyusun al izzat, manurut Imam Ghazali yakni perannya yang sangat penting, sangat dibutuhkan, dan sulit diraih. Peran Allah dalam mengatur jagad raya ini sangat penting. Tanpa peran Allah jagad raya ini akan hancur berantakan. Tidak ada satu makhluk pun yang mampu menggantikan peran Allah dalam mengatur jagad raya. Di sisi lain Allah yang Maha Mulia, kesempurnaan sifat-Nya yang Maha Mulia ini sangat sulit atau tidak mungkin diraih oleh makhluknya sama sekali. Bahkan untuk membayangkan seberapa besar kemuliaan Allah tidak ada manusia yang mampu. Laisa kamitslihi syaiun (Tidak ada yang serupa dengan-Nya). Puncak kemuliaan yang tidak pernah tersentuh oleh kehinaan sama sekali, tanpa cacat dan tanpa cela. Bahkan sebenarnya, bahwa tidak ada satu makhluk yang mampu mengenal Allah dalam arti yang sebenarnya. Hanya Allah sendiri yang mengenal siapa sebenarnya Allah yang Maha Mulia itu. Sedangkan Allah dengan segala kekayaan yang dimilikinya sangat dibutuhkan oleh semua makhluk yang hidup di semesta alam ini. Allahushshamad, Allah tempat bergantung segala sesuatu. Semua makhluk yang hidup maupun yang tidak hidup keberadaannya di dunia ini tergantung kepada Allah. Lengkaplah sudah sifat keperkasaan atau kemuliaan Allah seperti apa yang dipersyaratkan oleh Imam Ghazali di atas. Tidak ada seorang manusia pun yang dapat meraih ketiga usur bersama-sama.
Karena keperkasaan atau kemuliaan itu milik Allah semuanya maka bagi siapa saja yang menghendaki keperkasaan atau kemuliaan tidak ada jalan lain kecuali memohonnya kepada Allah. Dia harus meyandarkan segala upaya untuk mencapai keperkasaan atau kemuliaan tersebut kepada Allah. Menempuh jalan dan memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan Allah untuk memperoleh kemuliaan tersebut. Dalam surat Al father 35: 10 Allah berfirman: “Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka kemuliaan itu seluruhnya hanya milik Allah. ”Maka hanya dengan berbuat taat kepada Allah kita bisa mendapatkan kemuliaan tersebut. Dan memang demikian, bahwa dihadapan Allah orang yang paling taat dalam arti paling taqwa akan menjadi orang yang paling mulia. Dalam surat Al Hujurat Allah berfirman: Inna akramakum ‘indallahi atqaakum (Sesungguhnya orang yang paling mulia di antaramu adalah orang yang paling bertakwa). Disamping itu dengan nada menghibur Allah memberitakan kepada orang-orang beriman bahwa mereka itu memiliki derajat yang sangat tinggi kalau mereka termasuk ke dalam kelompok orang yang beriman. Janganlah kalian bersedih dan jangan khawatir sedang kalian lebih tinggi derajatnya jika kamu termasuk orang-orang beriman (Q.S. Ali Imran 3: 139).
Orang yang faham akan makna al ‘izzat (kemuliaan) akan senantiasa menjaga diri dari perbuatan yang menurunkan derajat akhlaknya. Dia akan berusaha mengambil amalan yang meninggikan derajatnya dan menghindari amalan yang merendahkan dirinya sendiri. Bahkan terhadap amal-amal yang meskipun menurut syareat halal, akan tetapi kalau amal itu menurunkan keperwiraannya akan dia hindari. Allah berkisah tentang orang-orang seperti itu dalam surat Al Baqarah 273. Meskipun mereka miskin dan papa tetapi mereka selalu menjaga diri dari meminta-minta. Keperwiraan para pejuang Allah tersebut semakin mengangkat derajat kemuliaan mereka di sisi Allah. Di dalam sejarah kita mencatat, betapa Abdurrahman bin Auf ditawari oleh Sa’ad bin Rabi’ salah satu dari dua orang istri dan separuh tanahnya, dia menolaknya dengan cara yang halus. Yang dia inginkan hanya ditunjukkan jalan ke pasar. Generasi awal para sahabat memang mengagumkan. Mereka siap mengorbankan segalanya termasuk harta, jiwa dan raga untuk mendapatkan kemuliaan itu. Mereka siap mati syahid fi sabilillah dengan memperjuangkan kemuliaan islam dan umat Islam (Izzul Islam wal muslimin). Maka pantas kalau Rasulullah saw mensifati umat Islam generasi awal sebagai generasi yang terbaik, kemudian sesudahnya dan sesudahnya. Sedang Allah pun tidak kalah memberikan pujian dan imbalan yang pantas kepada mereka, seperti yang tercantum dalam surat At Taubah 9: 100 Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. Mari kita berusaha semaksimal mungkin untuk meraih kemualian itu dengan berbuat taat kepada Allah dan Rasul-Nya
Sumber: http://islamthetruth.wordpress.com/muhasabah/tauhid-asma-a-sifat-al-aziz/
0 komentar:
Posting Komentar