Hidup ini adalah wisata. Wisata itu dimulai jauh sebelum kita lahir ke dunia ini, yakni ketika Allah mulai merencanakan penciptaan kita saat kita masih berada di alam ruh. Wisata kehidupan manusia semakin nyata sejak ruh ditiupkan ke dalam diri kita saat kita masih berada dalam kandung ibu kita. Wisata kehidupan ini adalah sebuah ketentuan dan kehendak Allah. Mau tidak mau, kita tetap berwisata. Siap atau tidak siap, kita tetap berwisata kehidupan. Yakin atau tidak yakin, kita tetap menjalani wisata ini. Inilah kehendak Allah, Penguasa dan Pemilik alam semesta yang tidak dapat dihindari atau ditolak oleh siapapun; apapun agamanya, setinggi apapun pangkatnya, sebanyak apapun hartanya dan sedalam apapun ilmunya.
Sesungguhnya dalam menjalankan wisata kehidupan ini, manusia hanya terbagi dua. Pertama, yang sukses dalam menjalankan wisata dan menikmati lika liku yang dihadapi selama berwisata. Kedua, yang gagal menjalankannya dan tidak menikmati lika likunya. Apapun agama, kelompok, partai, profesi, kapanpun dan di manapun masnusia berada, manusia pada dasarnya hanya terbagi dua golongan. Yang suskes dan yang gagal dalam wisata kehidupan ini.
Sesungguhnya Allah telah menentukan bahwa wisata kehidupan manusia itu terbagi menjadi lima periode. Pertama, periode kematian pertama; yakni saat kita masih di alam ruh, masih dalam perencanaan Allah dan belum diciptakan dan dihidupkan di atas bumi ini. Kedua, periode kehidupan pertama; yakni saat kita diberi Allah jatah hidup di dunia ini. Ketiga, peridoe kematian kedua, yakni saat kita distop Allah jatah hidup di dunia dan dimasukkan ke dalam alam barzakh (pemisah antara dunia dan akhirat). Keempat, periode kehidupan kedua, yakni saat kita dihidupkan dan dibangkitkan kembali oleh Allah dari kubur atau alam barzakh pada saat dunia dan alam ini Allah hancurkan (kiamat). Kelima, periode kembali kepada Allah, Tuhan Pencipta dan Pemilik alam semesta, Tuhan dunia dan akhirat.
Inilah lima periode wisata kehidupan manusia, siapapun dia, apapun pangkatnya, di manapun dan kapanpun dia hidup di dunia ini sebagaimana yang Allah jelaskan :
Sesungguhnya dalam menjalankan wisata kehidupan ini, manusia hanya terbagi dua. Pertama, yang sukses dalam menjalankan wisata dan menikmati lika liku yang dihadapi selama berwisata. Kedua, yang gagal menjalankannya dan tidak menikmati lika likunya. Apapun agama, kelompok, partai, profesi, kapanpun dan di manapun masnusia berada, manusia pada dasarnya hanya terbagi dua golongan. Yang suskes dan yang gagal dalam wisata kehidupan ini.
Sesungguhnya Allah telah menentukan bahwa wisata kehidupan manusia itu terbagi menjadi lima periode. Pertama, periode kematian pertama; yakni saat kita masih di alam ruh, masih dalam perencanaan Allah dan belum diciptakan dan dihidupkan di atas bumi ini. Kedua, periode kehidupan pertama; yakni saat kita diberi Allah jatah hidup di dunia ini. Ketiga, peridoe kematian kedua, yakni saat kita distop Allah jatah hidup di dunia dan dimasukkan ke dalam alam barzakh (pemisah antara dunia dan akhirat). Keempat, periode kehidupan kedua, yakni saat kita dihidupkan dan dibangkitkan kembali oleh Allah dari kubur atau alam barzakh pada saat dunia dan alam ini Allah hancurkan (kiamat). Kelima, periode kembali kepada Allah, Tuhan Pencipta dan Pemilik alam semesta, Tuhan dunia dan akhirat.
Inilah lima periode wisata kehidupan manusia, siapapun dia, apapun pangkatnya, di manapun dan kapanpun dia hidup di dunia ini sebagaimana yang Allah jelaskan :
كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati (tidak ada), lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu, dan kemudian Dia menghidupkan kamu kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”. [QS. al-Baqarah (2) : 28]
Menarik untuk kita renungkan, bahwa dari lima periode wisata kehidupan yang kita lewati, hanya satu periode yang menentukan apakah kita sukses atau gagal dalam wisata kehidupan yang amat panjang dan abadi itu. Periode tersebut ialah periode saat kita menjalani kehidupan dunia ini. Adapun periode kematian pertama dan bahkan awal periode kehidupan pertama; dari dalam kandungan sampai remaja, kita sama sekali tidak diminta pertanggungjawaban apa-apa. Demikian pula periode kematian kedua, periode kehidupan kedua dan periode kembali kepada Allah, kita tidak bisa lagi berbuat apa-apa dan hanya menerima hasil dari apa yang kita yakini, kita ucapkan dan apa yang kita perbuat saat menjalani periode kehidupan pertama. Jika baik dan sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya, maka kita akan menerima balasan yang baik pula. Jika buruk atau tidak sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya, kita akan menerima balasan yang buruk pula, sebagaimana firman-Nya :
.
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ . وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
"Maka siapa saja yang melakukan kebaikan kendati seberat inti atom, maka ia akan melihat (balasannya). Dan siapapun yang berbuat kejahatan kendati sebesar inti atom, maka ia pasti akan melihat (balasannya)." [QS. al-Zalzalah (99) : 7-8]
Wisata kehidupan ini dapat diungkap melalui fakta ilmiah, fakta sejarah, realitas kehidupan dan tentunya kebenaran berita yang disampaikan Allah; Tuhan Pencipta melalui kitab suci terakhir-Nya yang bernama Al-Qur’an Al-Karim serta Hadits Nabi terakhir, Muhammad SAW. Dengan empat bukti kebenaran tersebut kita akan sampai kepada kesimpulan dan kesepakatan bersama bahwa hidup manusia ternyata bukan hanya di dunia ini. Berawal sejak dari tiada (zero), pemilihan raw material (bahan baku) dari tanah, kemudian menjadi sperma dan ovum, kemudian sperma membuahi ovum, terus berubah menjadi zigot, lalu berkembang dalam rahim ibu sekitar sembilan bulan, kemudian lahirlah manusia ke dunia ini tanpa kekuatan, ilmu dan harta (telanjang) dengan jatah umur dan rezeki masing-masing yang sudah ditentukan Penciptanya. Kemudian mengalami kematian yang akan menghantarkannya ke Alam Barzakh (pemisah antara dunia dan Akhirat). Setelah sekian lama tinggal di Alam Barzakh, manusia akan dihidupkan kembali dan dibangkitkan, kemudian dikumpulkan di satu tempat pertemuan raksasa yang bernama Mahsyar untuk disidangkan dan dimintai pertanggung jawaban semasa hidup di dunia. Setelah itu akan ditentukan nasibnya apakah pantas mendapatkan imbalan Syurga atau Neraka. Di sanalah akhir perjalanan manusia yang benama Akhirat. Di Akhirat itu mereka akan tinggal kekal selama-lamanya.
.
Inilah hakikat wisata (perjalan) manusia yang sebenarnya. Keberhasilan manusia dalam wisata kehidupan menuju Pencipta atau syurga tergantung sekali dengan keberhasilan mereka menjawab enam pertanyaan besar berikut dengan segala konsekuensinya :
1. Siapa yang menciptakan manusia?
2. Dari apa mereka diciptakan?
3. Apa misi dan visi hidup mereka?
4. Sistem nilai apa yang mereka gunakan dalam menjalankan kehidupan dunia ini?
5. Kemana akhir perjalanan wisata kehidupan manusia?
6. Lalu, apakah mereka memiliki pilihan dalam menentukan tempat memulai dan mengakhiri wisata? Atau terpaksa harus mengikuti kehendak dan ketentuan Tuhan Pencipta?
Wisata kehidupan manusia adalah fakta dan kenyataan yang harus dilewati setiap insan tanpa kecuali. Apakah dia seorang Nabi dan Rasul, atau lahir sebagai generasi pertama manusia atau generasi pertengahan, atau di akhir zaman. Apakah dia penguasa atau rakyat jelata. Apakah dia konglomerat atau miskin nan papa. Apakah dia seorang super genius atau di bawah rata-rata. Apakah dia bergelar profesor doktor atau bertitel buta aksara. Apakah dia lahir dari keluarga bangsawan atau dari keluarga biasa. Apakah ia lahir dari orang tua yang shaleh atau yang preman. Apakah dia seorang ulama besar, pemimpim umat atau anggota jamaah biasa. Yang pasti dalam melewati periode-periode wisata itu tidak ada perbedaan antara manusia karena disebabkan posisi, jabatan, keturunan, harta dan kebanggaan duniawi lainnya. Yang membedakan antara mereka adalah iman, amal shaleh dan taqwa kepada Allah, Tuhan Pencipta. Allah berfirman :
.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
"Wahai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari laki-laki dan wanita, dan Kami jadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya manusia yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Mengenal." [QS. al-Hujurat (49) : 13]
Wisata kehidupan (Rihlatul Khulud) adalah sebuah proses panjang menuju kebahagian abadi atau kesengsaraan yang berkekalan. Wisata kehidupan juga jalan menuju kesuksesan hakiki, sebuah kesuksesan di atas segala bentuk kesuksesan. Timbul pertanyaan, bagaimana cara meraih kemenangan besar itu? Atau dengan kata lain, bagaimana wisata kehidupan ini berakhir di syurga, bukan di neraka? Jawabannya tiada lain kecuali mengimani (meyakini) semua yang telah ditentukan Allah dan Rasul-Nya, memperbanyak amal shaleh dan berada dalam komunitas yang menegakkan tawashau bil haq wa tawa shau bish-shbar (saling menasehati dalam kebenaran dan dengan kesabaran). Atau dengan kata lain, melakukan amar ma’ruf dan nahi ‘anil mungkar dalam komunitas atau jamaah yang ada dan baru dikembangakan ke masyarakat. Hanya dengan demikian ada jaminan bahwa kita sekarang benar-benar sedang berwisata menuju syurga. Jika tidak demikian halnya, yakinilah kita sedang berwisata menuju neraka, wal ‘iyadzu billah…
Sesungguhnya kebenaran wisata kehidupan ini tidak diragukan sedikitpun. Hal ini dapat kita analogikan seperti ini : Jika ada orang yang sangat kita percayai kejujuran, amanah, kecerdasan dan komunikasinya yang sangat baik menyampaikan sebuah berita tentang keberadaan sebuah gedung bernama Gedung Putih di Amerika, bagaimana sikap kita? Kita pasti percaya pada berita itu bukan? Alasannya sangat sederhana, karena yang membawa berita itu adalah orang yang sangat kita percayai. Kemudian, keesokannya kita melihat gambar Gedung Putih itu di sebuah media sambil dicantumkan keterangan di bawahnya sesuai dengan cerita yang diterima dari orang yang kita percayai tadi. Berita yang ada di media itu pasti menambah keyakinan dalam hati kita. Kemudian, dengan tanpa diduga sebelumnya, kita menerima undangan berwisata ke Amerika dan diajak melihat sendiri Gedung Putih itu. Apakah masih ada keraguan dalam hati kita tentang kebenaran berita yang disampaikan orang yang paling kita percayai itu? Jawabannya, pasti tidak ada lagi sedikitpun keraguan yang tersisa dalam hati kita tentang keberadaan Gedung Putih tersebut.
Demikian juga halnya dengan wisata kehidupan manusia (Rihlatul Khulud). Yang menyampaikan berita itu kepada kita adalah seorang manusia yang amat sangat dipercaya kejujurannya, amanahnya, kecerdasan dan komunikasinya yang sangat baik. Ialah Muhammad Bin Abdullah. Sedangkan yang membuat berita itu adalah Tuhan Pencipta alam semesta dan juga Pencipta kita. Dia adalah Allah Ta’ala. Dengan Kebesaran dan Keagungan diri-Nya, Dia pula yang mengundang kita untuk melihat dan membaca berita itu dengan mata kepala kita sendiri yang sebelumnya kita tidak tahu apa-apa tentangnya, seperti yang dijelaskan-Nya :
.
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلا الإِيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ . صِرَاطِ اللَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ أَلا إِلَى اللَّهِ تَصِيرُ الأُمُورُ
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (Al Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan-nya siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus (52) (Yaitu) jalan Allah yang kepunyaan-Nya segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa kepada Allah-lah kembali semua urusan. (53)” [QS. as-Syura (42) : 52–53]
Melalui berita-berita yang bersifat pasti kebenaran dan akurasinya, kita mengetahui bahwa ada lima (5) periode wisata kehidupan yang harus kita lewati. Dimulai dengan periode ketika kita belum jadi apa-apa, diteruskan dengan periode kehidupan kita di dunia, kemudian diteruskan dengan periode meninggalkan dunia (kematian) menuju Alam Barzakh, dilanjutkan dengan periode kehidupan kembali setelah dibangkitkan pada hari Kiamat nanti dan diakhiri dengan periode kembali kepada Tuhan Pencipta.
Oleh sebab itu, marilah kita pastikan, khususnya diri kita dan keluarga kita, apakah sedang berwisata menuju syurga atau sedang menuju neraka? Memang kepastian kita masuk syurga atau neraka tidak ada yang tahu dan tidak ada yang dapat memastikannya, karena hal tersebut murni hak dan kehendak Allah Ta’ala. Namun untuk memastikan jalan yang kita lewati apakah jalan ke syurga atau ke neraka, sebenarnya dapat kita ketahui dan rasakan dengan mudah. Caranya, gunakan Islam yang bersumberkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul SAW. sebagai acuannya. Dari sanalah kita akan mengetahu jalan mana sebenarnya yang kita sedang lewati. Atau dengan kata lain, apakah sebenarnya kita sedang berwisata menuju syurga atau neraka? Kalau ternyata jalan yang kita tempuh adalah jalan yang menghantarkan kita ke syurga, maka bersyukurlah kepada Allah dan mintalah kematian husnil khatimah serta masuk syurga. Namun jika sebaliknya, maka segeralah kembali ke jalan syurga, tinggalkan segera jalan ke neraka itu seraya bertaubat kepada Allah dengan taubatunnashuhah (taubat yang benar), tentunya dengan ilmu dan pengetahuan yang benar pula. Kalau tidak, berarti Anda memaksakan diri menuju neraka dan kehancuran. Kalau ini yang terjadi, tidak ada yang dapat Anda salahkan kecuali diri sendiri. Karena jalan hidup itu adalah pilihan sendiri.
Oleh: Ustadz Fathuddin Ja'far, MA
Dari: www.eramuslim.com
0 komentar:
Posting Komentar