KOLEKSI PUSTAKA

KOLEKSI PUSTAKA

MENANTI DIBACA

MENANTI DIBACA

MEMBACA

MEMBACA

BUKU PUN TERSENYUM

BUKU PUN TERSENYUM
Selamat Datang dan Terima Kasih Atas Kunjungan Anda

Dahsyatnya Zikir

Al-Qurthubi, dalam tafsirnya no.6/4482, yang dikutip oleh Prof. Syeikh Muhammad Mutawalli Sya'rawi dalam bukunya "Shalatnya Orang-Orang Khusyu', Penerbit Najla Press, Jakarta, Cetakan Pertama, tahun 2004, halaman 95" menjelaskan bahwa ketika Nabi Ibrahim (as) hendak dilempar ke dalam api yang telah dipersiapkan oleh Raja Namrud, tiba-tiba malaikat Jibril datang dan bertanya kepadanya :

"Apakah kamu membutuhkan suatu bantuan ?"

Tanpa menyombongkan diri, serta merta Nabi Ibrahim menjawab "Sementara kepadamu tidak dan Ilmu-Nya tentang keadaan saya tidak membutuhkan permintaan dari saya", maka seketika itu juga Allah berfirman :

"Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim". (QS 21:69)

Seorang Ibrahim tak pernah lalai dari ingat atau zikir kepada Allah Tuhannya yang Maha Mengawasi, Yang Maha Menolong, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, yang mampu berbuat sekehendak hati-Nya, sehingga meskipun pada saat segenting itu, dia tetap tenang dan tidak merasa khawatir atau bersedih.
.
Ingatan dan keimanannya kepada Allah tuhannya begitu teguh, yang akhirnya mendatangkan kekuatan yang Maha Dahsyat, yang datang dari Allah yang Maha Perkasa : "Api yang panas menjadi dingin dan menyelamatkannya dari ganasnya api yang telah disiapkan oleh Raja Namrud".

Zikir Penentram Hati Orang Beriman

Maha Suci Allah yang tidak pernah menyalahi janji-Nya. Allah berfirman :

"., ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu [dengan melimpahkan rahmat dan ampunan-Ku kepadamu], dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (ni'mat)-Ku". (QS 2:152)

Ketika seorang hamba Allah ingat kepada Allah, maka seketika itu juga Allah ingat kepadanya. Ketika seorang mengetahui hal ini, seorang hamba Allah, hatinya menjadi aman dan tentram. Allah telah berfirman tentang hal ini :

". orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram". (QS 13:28)

Ayat ini menjelaskan bagaimana seorang Ibrahim bisa menjadi tetap merasa aman dan tentram menghadapi ancaman maut yang menghadang di depannya. Begitulah dahsyatnya zikir yang diamalkan oleh Nabi Ibrahim a.s., zikir yang tidak diucapkan hanya di mulut dan tidak diteriakkan di tengah keramaian orang banyak. Nabi Ibrahim berzikir dengan cara yang sangat rahasia, yang hanya diketahui oleh dirinya dan Allah Rabb-nya, sehingga Raja Namrud tidak mampu menangkal sinyal zikirnya Nabi Ibrahim yang akan dibakarnya hidup-hidup.

Kita mungkin bisa berdalih bahwa kejadian itu adalah sebuah mukjizat seorang nabi, yang tidak mungkin terjadi pada seorang manusia seperti kita. Pernyataan pesimistik ini, sesungguhnya berasal dari syetan yang menghembuskan keraguan ke dalam hati kita. Lain yang dialami Nabi Ibrahim, tentu lain pula yang kita alami.

Saya pertaruhkan keimanan diri saya, bahwa Allah tidak pernah mengubah janji-Nya. Allah akan tetap dan tidak pernah lalai dari ingat dan tetap mengawasi hamba-Nya yang ingat (zikir) kepada-Nya. Dan sunnah-Nya juga tidak pernah berubah bahwa siapa pun dari orang beriman yang berzikir dengan ikhlas hanya kepada Allah, niscaya hatinya akan merasa aman dan tentram.

Apakah Allah akan tetap menolong orang-orang beriman dari manusia biasa, yang selalu ikhlas berzikir kepada-Nya, dalam keadaan segenting Nabi Ibrahim itu? Tak usah sejauh itu, "apakah dapat menolong hamba-Nya dalam memenuhi kebutuhannya meskipun dalam keadaan segenting apa pun?". Percayakah bahwa Anda pun bisa mendapatkan keajaiban yang sama bila Anda memang sungguh-sungguh berzikir kepada Allah? Mari kita lanjutkan dengan membahas makna zikir yang sesungguhnya, yang pengaruhnya sebegitu dahsyatnya.

Zikir Itu Adalah Ingat Atau Eling

Kita sering rancu dalam memahami makna zikir. Di satu fihak, ada orang yang berzikir dengan suara keras-keras dan di fihak lain ada juga orang yang tanpa bersuara tetapi menghitung-hitung buah tasbih, disebut juga berzikir. Dan yang lainnya, tanpa kelihatan ha-hi-hu-nya, seseorang sudah melakukan zikir. Kita kemudian bertanya : "Apakah  yang sesungguhnya disebut berzikir itu ?". Mari kita diskusikan bersama !

"Zikir" adalah kata bahasa Arab, yang bermakna "Ingat" dalam bahasa Indonesia atau bermakna "Eling" dalam bahasa Jawa. Yang dimaksud ingat di sini adalah ingat kepada Allah dengan segala sifat-Nya. Zikir adalah kegiatan yang dilakukan oleh hati, yang kemudian dengan serta merta dicetuskan oleh lisan, berupa kalimat-kalimat tasbih, tahlil, tahmid, dan takbir.

Zikir adalah kegiatan mengingat Allah dengan segala sifat-sifat-Nya. Bila hal itu terucap, hal itu adalah karena hatinya mengingat. Jika telinganya mendengar ayat-ayat Allah, maka hatinya bergetar. Jika matanya melihat ciptaan Allah, maka hanya Allahlah yang teringat. Ketika dari tidur dia terjaga, maka hatinya tenteram karena yakin Allah yang Maha Perkasa-lah yang menjaga. Dia tak merasa kekurangan rizki, karena dia yakin, Allah yang Maha Adil-lah yang membagi rizki untuknya. Tak merasa takut, karena hanya Allah-lah yang siksa-Nya ditakutinya. Seorang pezikir yang ikhlash selalu hati merasa aman dan tenteram, dapat berfikir jernih, tidak emosional dan cerdas.

Berzikirlah Tanpa Bersuara Keras

Jadi, zikir bukanlah kegiatan mengucapkan dengan suara keras suatu kalimat pujian dan sanjungan kepada Allah kecuali dalam hal melakukan pembelajaran kepada sekelompok orang yang sedang belajar mengingat dengan mendengarkan suatu ucapan, malainkan suatu kegiatan hati sebagai proses untuk menanamkan ingatan ke dalam alat pengingat dan mengingat sesuatu yang pernah ditanamkan sebelumnya di dalam media pengingat tentang Allah dan sifat-sifat-Nya..

Lebih jelas lagi, Allah telah memberikan adab-adab dalam berzikir kepada-Nya:

"Dan berzikirlah kepada Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai". (QS 7:205)

Diriwayatkan, bahwa ketika Rasulullah SAW bersama para sahabat dalam sebuah perjalanan perang, beliau singgah bersama para sahabat tersebut di sebuah lembah. Tiba-tiba sekelompok sahabat bertakbir dan bertahlil dengan suara keras, maka Rasulullah menegur mereka dan bersabda :

"Wahai sekalian manusia ! Rendahkanlah suara kalian, sesungguhnya kalian tidak menyeru Tuhan yang tuli lagi jauh, tetapi kelian menyeru Tuhan Yang Maha Mendengar lagi sangat dekat". (HR. Bukhari, dalam shahihnya, 6384).

Allah itu memang tidak tuli, Dia Maha Mendengar dan sangat dekat. Untuk mengajar berzikir kepada sekelompok murid yang sedang belajar memanglah harus dapat didengar dan diresapkan di dalam hati. Akan tetapi untuk berzikir itu sendiri, suara keras tidaklah diperlukan lagi. Setiap yang ciptaan Allah yang dapat kita dengar dan kita lihat hendaklah dapat kita resapkan di dalam hati pada saat pertama hal itu terjadi, akan tetapi pada waktu yang lain mungkin kita cukup menampilkan kembali (mengingat) apa yang sudah kita resapkan di dalam hati itu untuk menjadi suatu petunjuk atau referensi dalam setiap tindakan kita. Itu proses berzikir yang sesungguhnya.

Berzikirlah Agar Dibimbing Allah

Asal mulanya suatu kegiatan yang kita lakukan adalah berasal dari adanya suatu keinginan yang melintas di dalam hati. Di dalam hati setiap manusia terdapat dua bisikan yang mempengaruhi, yaitu bisikan kefasikan yang berasal dari syetan dan bisikan ketaatan kepada Allah berasal bimbingan dan petunjuk Allah kepada kita. Hal ini telah diinformasikan oleh Allah di dalam firman-Nya berikut ini:

". maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya". (QS 91:8)

Jika di dalam hati banyak dilakukan kegiatan mengingat Allah dengan sebenar-benarnya, maka bisikan ketaatanlah yang kuat suaranya untuk memerintahkan kita melakukan suatu gerakan. Rasa aman dan tenteram hanya berasal dari perasaan kedekatan dengan Allah Sang Maha Pemelihara. Sedangkan kegundahgulanaan ditimbulkan oleh suara bisikan syetan, yang selalu mencoba menjauhkan  manusia dari Allah, Tuhan yang selalu memelihara manusia.

Oleh sebab itu, Allah berpesan kepada manusia agar berzikir banyak-banyak semampu yang kita lakukan, sedapat mungkin setiap saat tanpa henti, sehingga hati (jiwa) kita dipenuhi oleh ingatan kepada Allah saja:

"Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman". (QS 33:41-43)

Pada ayat ini, Allah menyatakan bahwa dengan berzikir akan menyebabkan orang-orang beriman mendapat petunjuk dan bimbingan dari Allah dan selalu mendapat kemudahan dari kegelapan menjadi terang benderang, karena Dia ingin menolong orang-orang yang beriman kepada-Nya.

"Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu'min [Yang dimaksud dengan "muslim" di sini ialah orang-orang yang mengikuti perintah dan larangan pada lahirnya, sedang yang dimaksud dengan orang-orang mu'min di sini ialah orang yang membenarkan apa yang harus dibenarkan dengan hatinya.], laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta'atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan  perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak berzikir (mengingat) kepada Allah, Allah telah menyediakan  untuk mereka ampunan dan pahala yang besar". (QS 33:35)

Kini jelas bagi kita bahwa hakikat zikir yang sesungguhnya adalah menyibukkan hati kita dengan kegiatan mempelajari, memperdalam dan mengingat Allah dalam segala keadaan. Rasa aman dan ketenteraman hati akan muncul secara otomatis pada orang yang selalu berzikir kepada Allah tanpa henti, baik berdiri, duduk atau berbaring, baik pagi maupun petang, baik siang maupun malam.

Kelebihan Orang Yang Berzikir Dari Orang Yang Berdo'a

Orang yang berdo'a tidak akan mungkin dapat berdo'a kecuali jika dia ingat (zikir) atau tahu kepada siapa dia berdo'a. Akan tetapi Allah memberikan penilaian yang lebih kepada orang-orang yang berzikir dibandingkan dengan orang-orang yang berdo'a.

Pada awal tulisan ini, dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim memiliki keyakinan (zikir) yang teguh dan pasti bahwa Allah telah mengetahui apa yang dibutuhkan olehnya meskipun tanpa dimintanya, dan seketika itu juga Allah memerintahkan api yang akan membakarnya menjadi dingin dan menyelamatkan Nabi Ibrahim dari kekejaman Raja Namrud yang hendak membakarnya dengan api.

Nabi Ibrahim selalu zikir (ingat) kepada Allah, yang selalu ia taati perintah-Nya. Nabi Ibrahim hanya melayani Allah tanpa meminta upahnya, dia bekerja tanpa pamrih. Akan tetapi Allah yang Maha Mengetahui, yang Maha Bijaksana, yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, tidak pernah melepaskan pengawasan-Nya kepada Nabi Ibrahim. Allah selalu melindungi Nabi Ibrahim yang menyerahkan seluruh dirinya ke dalam pengabdian kepada Allah itu.

Dalam suatu hadits Qudsi Rasul Allah menjelaskan sebagai berikut :

"Barang siapa disibukkan oleh dzikir kepada-Ku dari meminta-Ku, maka Aku akan memberikannya yang lebih baik daripada yang Aku berikan kepada orang-orang yang meminta". (HR Tirmidzi, dalam Sunan-nya, 2926)

Penulis: Syaifuddin Ma'rifatullah - Medan

0 komentar:

Posting Komentar