Sebutir padi akan mempunyai nilai yang tinggi, dikala padi itu menjadi bagian dari daging manusia, dan daging manusia dipergunakan untuk beribadah kepada Allah SWT. Sebelum padi itu, menjadi bagian dari daging manusia, lihatlah perjalanan panjang yang harus ia tempuh.
Setelah padi diambil dari tanamannya, iapun melalui proses penyaringan, hanya yang berbiji utuh yang akan melanjutkan perjalanan ke jenjang berikutnya. Setelah lolos dari tahap penyaringan, iapun harus rela untuk dijemur di panas terik matahari. Setelah pengeringan iapun harus rela dirinya untuk digiling dalam sebuah mesin penggilingan padi, hingga hanya tersisa butiran beras.
Proses penggilingan inipun, tidak semua lolos karena ada yang hancur dan ada yang tetap utuh berujud butiran beras, dan hanya yang berujud butiran beras yang akan melakukan proses ke tahap lebih lanjut. Setelah lolos dari tahap ini, perjalananpun masih panjang. Sebutir beras harus disaring lagi, dicuci lagi, dan hanya yang benar – benar utuh yang akan diambil.
Kemudian lihat yang terjadi, setelah butiran beras bersih...iapun harus rela dipanaskan dalam suhu tertentu untuk menjadi nasi. Setelah menjadi nasi apakah berhenti ?? tidak... Saat nasi dimakan manusia, iapun harus rela dikunyah berkali – kali oleh gigi manusia. Kemudian nasi itupun masuk untuk dicerna dalam proses pencernaan berikutnya, baru setelah itu ia bisa menjadi bagian dari daging manusia.
Jalaluddin Rumi, dengan redaksi yang sedikit berbeda membuat analogi tentang kacang polong yang sedang direbus untuk hidangan. Awalnya kacang polong mengeluh rasa sakit dan menginginkan terbebas dari kondisi tersebut secepatnya.
Ketika dia tersadar kalau hanya melalui perebusan dia bisa dimakan oleh manusia dan menjadi bagian dari spesies yang lebih tinggi, yang akhirnya memenuhi...takdirnya..., akhirnya, dia menyadari bahwa pembebasannya ada setelah perebusan tersebut. Menyadari bahwa perebusan mengarah pada pertumbuhan dan akhirnya pembebasan, dia berkata..”rebus lagi aku...aku tak bisa merebus diriku sendiri..”
Demikianlah, kesulitan dalam hidup, sebenarnya merupakan proses pertumbuhan hidup sendiri, karena dengan kesulitan derajat kita sebenarnya ditingkatkan. Dengan sikap sabar dan syukur, maka segala kesulitan hidup selalu ada jalan keluarnya.
Wallahu a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar