Khairun alias Harun bin Amri, pelaku pembunuhan Fahmi Iswandi, dikenal sebagai laki-laki penurut dan pandai bergaul. Di kampungnya di Desa Podosari RT 03/RW 1, Kecamatan Cipiring, Kabupaten Kendal, Harun dikenal rajin membaca Al Quran, bahkan juga mengajarkan ngaji kepada anak-anak.
Selama di kampungnya, Harun tidak memperlihatkan tingkah laku yang aneh. Bahkan, warga mengenal Harun sebagai anak penurut. Demikian disampaikan Kairani, adik kandung Harun, Selasa (9/3/2010).
Kairani tidak percaya kalau abangnya itu berani melakukan pembunuhan. Sebab, selama di kampung, Harun menjadi panutan keluarga. Kasus pembunuhan yang dilakukan oleh sosok penurut yang rajin membaca Al Quran dan ibadah ini membuat warga terperanjat.
"Selama di kampung, dia selalu menasihati adik-adiknya dan teman-temannya atas pentingnya beribadah. Saya tidak percaya kalau abang saya berbuat sekeji itu, menghilangkan nyawa orang lain," ujar Kairani.
Kairani menegaskan, abangnya tidak pernah menuntut "ilmu" karena memang tidak percaya dengan hal-hal gaib. Bahkan, dia selalu menasihati agar jangan percaya dengan hal-hal yang berbau syirik. Untuk menghindari perbuatan menyimpang dan tercela, Harun selalu mengajak keluarganya dan warga agar selalu membaca Al Quran.
"Apa benar abang saya itu pelaku pembunuh, memakan jantung dan hati manusia. Dia aja sendiri tidak percaya dengan ilmu hitam, kenapa malah menuntut hal-hal yang syirik," terang Kairani.
Kairani pribadi mengaku terperanjat mendapat berita ini setelah pihak kepolisian setempat memberitahukannya. Selain itu, beberapa wartawan terus berdatangan menanyakan tentang prilaku abangnya selama berada di kampung.
Harun pamit kepada keluarganya untuk merantau ke Batam bersama teman-temannya pada tahun 2009. Sejak itu, Harun tidak pernah menghubungi keluarganya. Kairani, adiknya, memaklumi hal itu karena dia dan Harun berasal dari keluarga tidak mampu. Untuk itu, Kairani percaya kalau abangnya mencari nafkah untuk kelangsungan hidupnya sendiri.
"Kami di sini hanya mendoakan saja kalau abang saya diberikan kesehatan, murah rezeki, dan dipanjangkan umurnya. Kami tidak pernah menuntut harus dikirimkan uang setiap bulannya. Yang penting, abang saya sehat. Itu sudah syukur," terang Kairani mengakhiri.
Kondisi kejiwaann Harun (30), tersangka pembunuhan dan mutilasi, diperiksa oleh tim Polda Kepri. Harun mengaku menyesal telah membunuh Fahmi.
Namun, Harun terlihat santai saat diperiksa Kepala Bagian Psikologi Polda Kepri Ajun Komisaris Besar Hary. Dengan tangan diborgol, Harun berjalan santai. Wajahnya terlihat tenang. Bahkan, ia sangat rinci menceritakan kembali peristiwa pembunuhan sadis itu.
"Saya melakukannya tanggal 17 Oktober 2009, Pak. Awalnya tidak ada rencana saya untuk membunuhnya. Tetapi dia (korban) terlalu sombong dengan ilmu yang dimilikinya. Dia (mengaku) bisa hidup kembali setelah 40 hari dikubur dalam tanah. Saya hanya ingin membuktikan apakah dia benar-benar punya ilmu yang diceritakannya kepada saya," jawabnya sambil menatap Hary.
Harun mengaku mengajak Fahmi melihat orang pacaran. Di sinilah Harun melakukan niatnya untuk menghabisi Fahmi. "Saya pikir dia benar-benar preman dan memiliki ilmu kebal itu, makanya saya ajak dia pura-pura melihat orang pacaran di lapangan itu. Tetapi kalau dia tidak mati setelah saya pukul dengan palu itu, berarti dia benar-benar punya ilmu kebal. Tetapi setelah saya pukul kepalanya dengan palu, dia langsung jatuh dan tidak bergerak lagi. Ternyata dia membohongi saya," akunya sambil tersenyum di depan Hary.
Kamar Harun bin Amri tertutup rapat. Gembok dan pengaitnya masih melekat di pintu tersebut. Di depan pintu kamar Harun terdapat tulisan "kejayaan djabrylle".
Di kamar itulah Harun diduga melakoni segala ritual mistiknya. Ketika Harun mandi sekali pun, kamarnya selalu digembok sehingga teman-temannya tidak bisa mengetahui apa-apa yang ada di dalam kamarnya. Berbagai barang-barang klenik ada di dalam kamar Harun sebelum polisi mengangkutnya sebagai barang bukti.
Garis polisi yang melingkar di depan kamar Harun membuat suasana terkesan angker. Setiap pengunjung yang ingin menyaksikan kamar Harun harus dari luar garis polisi. Bahkan, teman-teman Harun yang sudah tinggal lama dan bercengkerama dengan Harun pun takut mendekati kamar itu. Mereka lebih banyak duduk di depan kamar Ruslan yang berada lima meter dari kamar Harun.
Beberapa teman Harun, seperti Dinaryanto dan Ruslan, mengaku takut untuk bermalam di tempat tersebut. Mereka beralasan, semenjak mengetahui Fahmi dibunuh oleh Harun, situasi di situ terasa aneh dan menyeramkan.
Ini dikarenakan lokasi rumah liar (ruli) itu tidak dekat dengan jalan raya. Sistem penerangan lampunya hanya menggunakan lampu minyak sehingga teman-teman Harun memilih bermalam di rumah kawannya di Blok CC, 500 meter dari lokasi kejadian.
"Terus terang saya ngeri, Mas, setelah tahu yang membunuh Fahmi adalah Harun, saya enggak tidur di sini lagi. Untuk sementara, saya tinggal di tempat kawan di Blok CC sana. Takut hantu Fahmi keluar," ujarnya kepada Tribun, Minggu (7/3/2010).
Hal senada juga dikatakan oleh Ruslan yang posisi kamarnya tepat berada di samping kamar almarhum Fahmi. "Kalau malam saya enggak tidur sini. Saya mengungsi di rumah kawan yang lain. Ya ngeri juga juga kalau tiba-tiba muncul sesuatu di sini, apalagi kejadiannya baru beberapa hari," imbuh Ruslan.
Di ruli tempat tinggal teman-teman Harun ini tidak tersedia sarana listrik. Mereka menggunakan lampu teplok atau lampu minyak untuk penerangan malam hari. Selain itu, tempatnya terlihat angker karena ruli tersebut berada di tanah luas yang di sebelahnya ditumbuhi rumput setinggi setengah meter. Tumpukan kayu-kayu yang berserakan dan kandang ayam pun menambah keangkeran ruli tersebut.
Bahkan, beberapa warga yang sudah mengunjungi lokasi pembunuhan itu mengaku merasakan keangkeran. Di dekat ruli itu ditumbuhi beberapa pohon-pohon besar yang tinggi sehingga, saat angin bertiup kencang, suara desiran angin membuat merinding.
Novie C Permana, warga yang tinggal di dekat lokasi, mengakui bahwa lokasi ruli memang terkesan menyeramkan, apalagi semenjak ada penemuan mayat. "Saya merasakan suasana yang angker, Mas. Cukup sekali saja saya datang ke sini. Kalau mau lihat tempatnya, mending dari kejauhan saja," ungkapnya
Sumber: http://regional.kompas.com/
0 komentar:
Posting Komentar