KOLEKSI PUSTAKA

KOLEKSI PUSTAKA

MENANTI DIBACA

MENANTI DIBACA

MEMBACA

MEMBACA

BUKU PUN TERSENYUM

BUKU PUN TERSENYUM
Selamat Datang dan Terima Kasih Atas Kunjungan Anda

Musa Keluar dari Mesir


Sejak ia dikembalikan ke istana oleh ibunya setelah disusui, Musa hidup sebagai salah seorang keluarga kerajaan hingga mencapai usia dewasanya, di mana ia memperoleh asuhan dan pendidikan sesuai dengan tradisi istana. Allah mengurniakannya hikmah dan pengetahuan sebagai persiapan tugas kenabian dan risalah yang diwahyukan kepadanya. Di samping kesempurnaan dan kekuatan rohani, ia dikurniai oleh Allah kesempurnaan tubuh dan kekuatan jasmani.

Musa mengetahui dan sadar bahwa ia hanya seorang anak pungut di istana dan tidak setitik darah Fir'aun pun mengalir di dalam tubuhnya dan bahwa ia adalah keturunan Bani Isra'il yang ditindas dan diperlakukan sewenang-wenangnya oleh kaum Fir'aun. Karenanya ia berjanji kepada dirinya akan menjadi pembela kepada kaumnya yang tertindas dan menjadi pelindung bagi golongan yang lemah yang menjadi sasaran kezaliman dan keganasan para penguasa. Demikianlah maka terdorong oleh rasa setia kawannya kepada orang-orang yang madhlum dan teraniaya, terjadilah suatu peristiwa yang menyebabkan ia terpaksa meninggalkan istana dan keluar dari Mesir.

Peristiwa itu terjadi ketika Musa sedang berjalan-jalan di sebuah lorong di waktu tengah hari di mana keadaan kota sunyi sepi ketika penduduknya sedang tidur siang, Ia melihat dua orang berkelahi; seorang dari golongan Bani Isra'il bernama Samiri dan seorang lagi dari kaum Fir'aun bernama Fatun. Musa yang mendengar teriakan Samiri mengharapkan akan pertolongannya terhadap musuhnya yang lebih kuat dan lebih besar itu, segera melontarkan pukulan dan tumbukannya kepada Fatun yang seketika itu jatuh rebah dan menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Musa terkejut melihat Fatun, orang Fir'aun itu mati karena tumbukannya yang tidak disengajakan dan tidak akan mengharapkan membunuhnya. Ia merasa berdoa dan beristighfar kepada Allah memohon ampun di atas perbuatannya yang tidak sengaja, telah melayangkan nyawa salah seorang dari hamba-hamba-Nya.

Peristiwa matinya Fatun menjadi pembicaraan umum dan menarik para penguasa kerajaan yang menduga bahwa pasti orang-orang Isra'illah yang melakukan pembunuhan itu. Mereka menuntut agar pelakunya diberi hukuman yang berat, bila ia tertangkap.

Anggota dan pasukan keamanan negara disebarkan ke seluruh pelusuk kota mencari jejak orang yang telah membunuh Fatun, yang sebenarnya hanya diketahui oleh Samiri dan Musa saja. Akan tetapi, walaupun tidak ada orang ketiga yang menyaksikan peristiwa itu, Musa merasa cemas dan takut dan berada dalam keadaan bersedia menghadapi akibat perbuatannya itu bila sampai tercium oleh pihak penguasa.

Alangkah malangnya nasib Musa yang sudah cukup berhati-hati menghindari kemungkinan terbongkarnya rahasia pembunuhan yang ia lakukan tatkala ia terjebak lagi tanpa disengajakan dalam suatu perbuatan yang menyebabkan namanya disebut-sebut sebagai pembunuh yang dicari. Musa bertemu lagi dengan Samiri yang telah ditolongnya melawan Fatun, juga dalam keadaan berkelahi untuk kali keduanya dengan salah seorang dari kaum Fir'aun. Melihat Musa berteriaklah Samiri meminta pertolongannya. Musa menghampiri mereka yang sedang berkelahi seraya berkata menegur Samiri, "Sesungguhnya engkau adalah seorang yang telah sesat." Samiri menyangkal bahwa Musa akan membunuhnya ketika ia mendekatinya, lalu berteriaklah Samiri berkata, "Apakah engkau hendak membunuhku sebagaimana engkau telah membunuh seseorang kemarin? Rupanya engkau mau menjadi seorang yang sewenang-wenang di negeri ini dan bukan orang yang menghadirkan kedamaian".

Kata-kata Samiri itu segera tertangkap orang-orang Fir'aun, yang dengan cepat memberitahukannya kepada para penguasa yang memang sedang mencari jejaknya. Maka berundinglah para pembesar dan penguasa Mesir, yang akhirnya memutuskan untuk menangkap Musa dan membunuhnya sebagai balasan terhadap matinya seorang dari kalangan kaum Fir'aun.

Selagi orang-orang Fir'aun mengatur rancangan penangkapan Musa, seorang lelaki salah satu daripada sahabatnya datang dari hujung kota memberitahukan kepadanya dan menasihatkan agar segera meninggalkan Mesir, karena para penguasa Mesir telah memutuskan untuk membunuhnya apabila ia ditangkap. lalu keluarlah Musa terburu-buru meninggalkan Mesir, sebelum tentara Fir’aun sempat menutup serta menyekat pintu-pintu gerbangnya.

Tentang isi cerita ini, terdapat dalam al-Quran di dalam surah "Al-Qashshas" ayat 14 sehingga ayat 21 sebagaimana berikut :~

"14.~ Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikannya hikmah dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. 15.~ Dan Musa masuk ke kota {Memphis} ketika penduduknya sedang tidur, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang lelaki sedang bergaduh, yang seorangnya dari golongannya {Bani Isra'il} dan seorang lagi dari musuhnya {Kaum Fir'aun}. Maka orang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya untuk mengalahkan orang dari musuhnya, lalu Musa menumbuknya dan matilah musuhnya itu. Musa berkata; "Ini adalah perbuatan syaitan, sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata {permusuhannya}. 16.~ Musa berdoa, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri, karena itu ampunilah aku". Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang. 17.~ Musa berkata, "Ya Tuhanku demi nikmat Engkau anugerahkan kepadaku, aku sesekali tiada akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa". 18.~ Karena itu jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu dengan khuatir {akibat perbuatannya} maka tiba-tiba orang yang meminta pertolongannya kemarin berteriak meminta pertolongan kepadanya. Musa berkata kepadanya, "Sesungguhnya kamu benar-benar orang yang sesat, yang nyata {kesesatannya}. 19.~ Maka tatkala Musa hendak memegang dengan kuat orang yang menjadi musuh keduanya, berkata {seorang dari mereka}, "Hai Musa apakah engkau bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kemarin telah membunuh seorang manusia? Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri {ini}, dan tiadalah kamu bermaksud menjadi salah seorang dari orang yang mengadakan perdamaian". 20.~ Dan datanglah seorang laki-laki dari hujung kota bergegas-gegas, seraya berkata, "Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentangmu, untuk membunuhmu oleh itu keluarlah {dari kota ini}. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepadamu. 21.~ Maka keluarlah Musa dari kota ini dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khuatir. Dia berdoa, "Ya Tuhanku selamatkanlah dari orang-orang yang zalim itu." { Al-Qashash : 14 ~ 21 }

0 komentar:

Posting Komentar