Membahas masalah hati dibutuhkan waktu yang sangat lama, karena hati merupakan bagian yang sangat penting dan sentral dari semua kehidupan manusia. Menurut sebuah hadist Rasulullah yang artinya: “Di dalam tubuh manusia itu ada segumpal darah, apabila segumpal darah itu baik maka baiklah seluruh tubuh manusia itu, dan apabila segumpal darah itu rusak maka rusaklah seluruh tubuhnya. Dia itu adalah hati”.
Kalau kita renungi, hati itu merupakan suatu benda yang sangat ajaib. Hampir semua atau segala sesuatunya dikaitkan dengan hati. Kalau orang senang maka hatinya yang senang, orang yang sakit maka hatinya yang sakit. Dalam konteks bahasa, segalanya bersumber dari hati. Jika hati kita sakit, akan terlihat atau terpancar dari tingkah laku dan ekspresi wajah kita.
Untuk mengetahui atau mengenal Allah SWT, maka kenalilah Allah melalui hati kita. Jangan mengenal Allah dengan pikiran kita. Apabila kita mengenal Allah dengan pikiran, yaitu dengan memikirkan Allah (bagaimana zat dan dari mana asalNya) pada akhirnya pikiran kita akan kacau bahkan ada pula yang gila. Tetapi kalau kita memikirkan Allah dari dalam hati dengan apa yang diciptakanNya, maka hal tersebut akan menenangkan alam pikiran kita dan menambah keyakinan kita bahwa Allah SWT benarbenar ada. Bahkan ada seorang ulama mengatakan, yang artinya: "Siapa yang bisa mengetahui hatinya, maka dia bisa mengetahui Allah SWT”. Sehingga bila hati kita tenang, maka kita akan lebih mudah untuk mengenal Allah SWT.
Hati juga berfungsi untuk memecahkan permasalahan dan memecahkannya dari dalam hati. Bila kita melakukan/ menyelesaikan masalah dengan iklas dan hati yang tenang, Insya Allah masalah tersebut akan cepat selesai. Tapi sebaliknya jika kita menyelesaikan dengan otak dan emosi, maka masalah tersebut tidak akan selesai. Hati adalah sentral dari kehidupan manusia. Semua anggota badan kita ini diperintahkan oleh hati kita. Kalau kita berjalan ke suatu arah, tapi hati kita tidak mau berjalan maka kita tidak akan jalan ke arah tersebut. Hati kita yang menggerakkan kita untuk berjalan. Seorang ulama mengibaratkan hati ini: “Seorang raja dan hamba”. Anggota badan kita ini adalah hamba, hati kita adalah raja.
Jika hati kita senang, hal-hal positif bisa kita lakukan dengan senang. Oleh karenanya hati perlu kita jaga.
Pada dasarnya hati manusia itu bisa menerima hidayah dan bisa juga menerima hawa nafsu. Oleh karenanya, hati sangat tergantung dari bagaimana kita mengatur (me-manage) hati. Apabila hati kita seluruhnya bersih dari dosa dan kesalahan maka akan mudah menerima hidayah. Tapi apabila hati kita kotor akan mudah menerima hawa nafsu dan hal-hal yang negatif. Kalau kita lihat perumpamaan, hati itu seperti benteng dan musuh. Musuh kita adalah syaitan. Syaitan itu ibarat musuh yang akan masuk ke dalam benteng hati kita. Allah SWT berfirman yang artinya: “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh kamu. Maka jadikanlah syaitan itu musuh”.
Jadi kalau ada orang yang menjadikan syaitan itu sebagai teman, maka orang tersebut telah melanggar ayat Al-Qurán. Untuk mempertahankan benteng kita daripada musuh-musuh (syaitan), maka berzikirlah kepada Allah SWT. Zikir tersebut bisa dilakukan dengan bacaan, bisa juga dengan hanya mengingat Allah SWT. Jika kita melihat ciptaan Allah SWT, maka akan mengingatkan kita bahwa Allah SWT adalah Yang Maha Kuasa (Subhanallah). Dalam Al- Qurán, Allah SWT berfirman yang artinya: “Sesungguhnya dengan berzikir kepada Allah-lah, maka hati kita akan tenang”.
Dan salah satu cara mempertahankan benteng kita itu dengan membersihkan ahklak-akhlak yang tercela. Hati diibaratkan dengan kertas yang bersih. Setiap kita melakukan kesalahan, akan ada satu titik noda di kertas tersebut. Semakin besar dosa yang kita lakukan, titik tersebut akan semakin besar. Jadi ketika kita tidak pernah membersihkan hati kita, maka hati kita tersebut akan menjadi hitam. Di situlah, ketika hati telah menjadi hitam, Allah SWT berfirman yang artinya: “Allah telah mengunci mati (tutup) hati orang-orang musyrik”. Kemudian dalam ayat yang berikutnya: “Kalau orang-orang munafik itu di hatinya ada penyakit. Allah akan menambah penyakit ke dalam hati mereka”.
Rasulullah sering berdoa, “Wahai Yang membolak-balikkan hati, luruskanlah hati kami dalam ketaatan kepada Mu. Wahai yang memindahkan hati, palingkan hati kami kepada ketaatan kepada Mu”.
Rasulullah juga berkata bahwa hati kita itu seperti bulu ayam diletakkan di atas tanah/lantai kemudian ditiup oleh angin. Jadi hati bisa berubahubah. Kadang bisa jadi baik, terkadang bisa jadi buruk sesuai dengan asal kata hati adalah Qolbun yang artinya berbolak-balik.
Secara garis besarnya, hati itu terbagi 3 (dalam hal berbuat baik, berbuat salah atau di antara keduanya):
1. Hati yang senantiasa dihiasi dengan ketaqwaan kepada Allah SWT. Dan senantiasa disucikan hatinya itu dengan amal soleh. Hati itu bersih dari akhlak-akhlak tercela dan dipenuhi dengan hidayah, hati akan mendapatkan hidayah.
2. Hati yang mati yang senantiasa dihiasi dengan hawa nafsu dan senantiasa dipenuhi dengan akhlak-akhlak yang tercela.
3. Hati yang sering diajak kepada hawa nafsu dan kejelekan. Ketika dipenuhi iman, maka hati itu akan kembali kepada kebaikan. Terjadi perebutan antara berbuat baik dan tidak (sering berbolak-balik). Pada kelompok ketiga inilah posisi kebanyakan manusia. Yang ingin kita capai adalah posisi yang pertama. Maka untuk menjaga hati kita agar tidak ke posisi 2 maka sering-seringlah berzikir kepada Allah dan berbuat amal soleh.
Ketika hati kita sakit, akan tertutup beberapa hal. Hati sakit biasanya dikotori oleh akhlak-akhlak tercela (dosa dan maksiat).
Apa yang akan terhalang apabila hati sakit?
1. Kita akan terhalang untuk mendapatkan ilmu. Rasulullah jika ingin mendapatkan wahyu, Allah menyuruh Rasulullah untuk mengerjakan shalat malam (tahajud) untuk menenangkan hati. Dalam ayat-ayat di Al-Qurán, Allah berfirman: “Kami menyucikan hati mereka, kemudian baru diberikan ilmu-ilmu agama”.
Dari sini kita dapat mengetahui bahwa hanya hati yang bersihlah akan menerima ilmu dengan baik dan barokah (ilmu yang bermanfaat bagi kita dan orang lain).
2. Kita akan terhalang untuk mendapatkan hikmah. Orang yang hatinya bersih akan memikirkan sesuatunya itu bahwa Allah menciptakannya dengan keadaan sedemikian rupa. Sedangkan orang yang hatinya tidak bersih akan bersikap tidak mau menerima pelajaran. Tidak tersentuh untuk melakukan hal-hal yang baik.
3. Kita akan sulit mengetahui sesuatu itu dengan mendalam ketika hati kita tidak bersih. Contoh, jika kita akan ujian, dan punya banyak masalah. Maka untuk mengetahui sesuatu itu akan sulit.
4. Kita akan sulit mencintai dan beribadah kepada Allah SWT ketika hati kita sakit. Jadi, jika kita malas beribadah maka hati kita itu sedang sakit. Bahkan sebagian ulama mengatakan: Kalaulah seseorang itu mengetahui segala sesuatu, kemudian dia tidak bisa mengetahui Allah dengan hatinya, sama saja dia belum mengetahui apa-apa. Karena ilmu itu datangnya dari Allah SWT. Oleh karenanya, seorang ilmuwan yang mempunyai keimanan maka ia akan menggabungkan pemahaman ilmu pengetahuan dan ilmu agama. Ketika menemukan hal-hal yang baru luar biasa, ilmuwan yang tersebut akan mengucapkan ‘Subhanallah’. Tapi ilmuwan yang tidak mengenal Allah akan berkata ini adalah hasil kerja saya, bukan hidayah dari Allah. Ini dapat dibaca dalam ayat Al-kahfi.
Bagaimana cara-cara menyucikan jiwa kita, yaitu dengan menyucikan hati kita. Hati kita harus dibersihkan dari semua kotoran yakni dengan:
- Memperbanyak istighfar. Rasulullah beristighfar lebih dari 70 kali setiap harinya.
- Memperbanyak amal soleh. Ketika kita bisa memberikan hal yang terbaik yang kita berikan, hati kita akan tenang
- Dengan shalat, apalagi kalau melakukan shalat malam. Shalat malam adalah shalat yang paling bagus untuk membersihkan hati kita.
- Kita perlu mengetahui kekurangan diri kita. Harus ada muhasabah (mengevaluasi diri kita). Orang yang mempunyai mata hati yang bagus, dia tidak malu ketika mengetahui aibnya. Kalau kita mengetahui kekurangan kita, maka kita akan berusaha untuk memperbaikinya. Maka jika kita dinasehati oleh orang lain, kita harus bisa menerima.
Ada 4 hal untuk kita bisa mengetahui kekurangan diri kita:
1. Hendaklah berkomunikasi dengan orang yang alim, yang bisa mengetahui kekurangan diri seseorang dan bisa mencarikan solusi untuk menyembuhkannya.
2. Hendaklah mencari teman yang benar-benar kita percayai, baik itu secara akhlaknya, agamanya, sehingga dia bisa memberikan penilaian yang objektif terhadap kita dan memberikan nasehat yang baik kepada kita.
3. Hendaklah dia mengambil faedah dari orang-orang yang memusuhi kita. Biasanya musuh itu menjelek-jelekkan kita, dari situ kita dapat mengevaluasi diri kita. Pernah seorang imam berpergian dengan membawa banyak buku. Di tengah jalan dia bertemu dengan seorang penyamun dan hendak mengambil buku-buku yang ada di dalam tasnya. Imam itu melarangnya karena buku tersebut adalah semua ilmunya. Kata penyamun, sebaiknya kamu menyimpan ilmumu itu di otakmu bukan di buku. Setelah kejadian tersebut, imam tersebut mengambil hikmahnya dengan menyimpan ilmu di dalam otaknya bukan di buku.
4. Hendaklah kita bergaul dengan masyarakat. Apa yang kita dapatkan dengan bergaul dengan masyarakat:
- Kita dapat mengetahui kekurangan dari kita sendiri dari berinteraksi dengan masyarakat.
- Ketika orang berbuat salah, kita bisa introspeksi terhadap diri kita sendiri, di mana letak kesalahannya.
Kisah: Seorang bertanya kepada Ibrahim bin Adam. Mengapa doa Kami tidak dikabulkan oleh Allah SWT. Kemudian Ibrahim menjawab karena hati kalian sudah mati.
Apa yang bisa mematikan hati kita, ada 8 hal:
1. Kita mengetahui hak-hak Allah kepada kita, tapi kita tidak melaksanakannya.
2. Kita membaca Al-Qurán, tapi kita tidak pernah melalukan ajaran-ajaran di dalamnya.
3. Kita mengatakan kita cinta kepada Rasulullah, tapi tidak pernah melakukan sunah-sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah.
4. Kita takut akan mati, tapi kita tidak mempersiapkan diri kita untuk menghadapi kematian tersebut.
5. Kita berbuat maksiat kepada Allah.
6. Kita mengatakan takut kepada api neraka, tapi kita mencampakkan diri kita ke api neraka
7. Kita mengatakan ingin sekali untuk masuk ke dalam surga, tapi kita tidak pernah mengerjakan amal soleh untuk kita dapat masuk ke dalam surga
8. Kita bangun dari tidur kita, kita buang jauh-jauh dan kita menyebarkan aib orang lain kepada masyarakat (menyebarkan fitnah).
Marilah sama-sama kita membersihkan hati kita, agar hati kita dibersihkan oleh Allah SWT dari segala macam jenis penyakit. Sehingga yang dimaksud dengan keajaiban hati adalah ketika hati ini baik maka semuanya akan baik, ketika hati kita tidak baik maka semuanya akan tidak baik. Kesemuanya berpangkal kepada hati kita.
Sumber: Materi Ceramah Pengajian Umum KPII Ahad, 25 Juni 2006 oleh Ustadz Arief Taufik, Lc.
Diringkas oleh Dina Feriana
Dari: http://alhijrah.cidensw.net/index.php?option=com_content&task=view&id=10
Kalau kita renungi, hati itu merupakan suatu benda yang sangat ajaib. Hampir semua atau segala sesuatunya dikaitkan dengan hati. Kalau orang senang maka hatinya yang senang, orang yang sakit maka hatinya yang sakit. Dalam konteks bahasa, segalanya bersumber dari hati. Jika hati kita sakit, akan terlihat atau terpancar dari tingkah laku dan ekspresi wajah kita.
Untuk mengetahui atau mengenal Allah SWT, maka kenalilah Allah melalui hati kita. Jangan mengenal Allah dengan pikiran kita. Apabila kita mengenal Allah dengan pikiran, yaitu dengan memikirkan Allah (bagaimana zat dan dari mana asalNya) pada akhirnya pikiran kita akan kacau bahkan ada pula yang gila. Tetapi kalau kita memikirkan Allah dari dalam hati dengan apa yang diciptakanNya, maka hal tersebut akan menenangkan alam pikiran kita dan menambah keyakinan kita bahwa Allah SWT benarbenar ada. Bahkan ada seorang ulama mengatakan, yang artinya: "Siapa yang bisa mengetahui hatinya, maka dia bisa mengetahui Allah SWT”. Sehingga bila hati kita tenang, maka kita akan lebih mudah untuk mengenal Allah SWT.
Hati juga berfungsi untuk memecahkan permasalahan dan memecahkannya dari dalam hati. Bila kita melakukan/ menyelesaikan masalah dengan iklas dan hati yang tenang, Insya Allah masalah tersebut akan cepat selesai. Tapi sebaliknya jika kita menyelesaikan dengan otak dan emosi, maka masalah tersebut tidak akan selesai. Hati adalah sentral dari kehidupan manusia. Semua anggota badan kita ini diperintahkan oleh hati kita. Kalau kita berjalan ke suatu arah, tapi hati kita tidak mau berjalan maka kita tidak akan jalan ke arah tersebut. Hati kita yang menggerakkan kita untuk berjalan. Seorang ulama mengibaratkan hati ini: “Seorang raja dan hamba”. Anggota badan kita ini adalah hamba, hati kita adalah raja.
Jika hati kita senang, hal-hal positif bisa kita lakukan dengan senang. Oleh karenanya hati perlu kita jaga.
Pada dasarnya hati manusia itu bisa menerima hidayah dan bisa juga menerima hawa nafsu. Oleh karenanya, hati sangat tergantung dari bagaimana kita mengatur (me-manage) hati. Apabila hati kita seluruhnya bersih dari dosa dan kesalahan maka akan mudah menerima hidayah. Tapi apabila hati kita kotor akan mudah menerima hawa nafsu dan hal-hal yang negatif. Kalau kita lihat perumpamaan, hati itu seperti benteng dan musuh. Musuh kita adalah syaitan. Syaitan itu ibarat musuh yang akan masuk ke dalam benteng hati kita. Allah SWT berfirman yang artinya: “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh kamu. Maka jadikanlah syaitan itu musuh”.
Jadi kalau ada orang yang menjadikan syaitan itu sebagai teman, maka orang tersebut telah melanggar ayat Al-Qurán. Untuk mempertahankan benteng kita daripada musuh-musuh (syaitan), maka berzikirlah kepada Allah SWT. Zikir tersebut bisa dilakukan dengan bacaan, bisa juga dengan hanya mengingat Allah SWT. Jika kita melihat ciptaan Allah SWT, maka akan mengingatkan kita bahwa Allah SWT adalah Yang Maha Kuasa (Subhanallah). Dalam Al- Qurán, Allah SWT berfirman yang artinya: “Sesungguhnya dengan berzikir kepada Allah-lah, maka hati kita akan tenang”.
Dan salah satu cara mempertahankan benteng kita itu dengan membersihkan ahklak-akhlak yang tercela. Hati diibaratkan dengan kertas yang bersih. Setiap kita melakukan kesalahan, akan ada satu titik noda di kertas tersebut. Semakin besar dosa yang kita lakukan, titik tersebut akan semakin besar. Jadi ketika kita tidak pernah membersihkan hati kita, maka hati kita tersebut akan menjadi hitam. Di situlah, ketika hati telah menjadi hitam, Allah SWT berfirman yang artinya: “Allah telah mengunci mati (tutup) hati orang-orang musyrik”. Kemudian dalam ayat yang berikutnya: “Kalau orang-orang munafik itu di hatinya ada penyakit. Allah akan menambah penyakit ke dalam hati mereka”.
Rasulullah sering berdoa, “Wahai Yang membolak-balikkan hati, luruskanlah hati kami dalam ketaatan kepada Mu. Wahai yang memindahkan hati, palingkan hati kami kepada ketaatan kepada Mu”.
Rasulullah juga berkata bahwa hati kita itu seperti bulu ayam diletakkan di atas tanah/lantai kemudian ditiup oleh angin. Jadi hati bisa berubahubah. Kadang bisa jadi baik, terkadang bisa jadi buruk sesuai dengan asal kata hati adalah Qolbun yang artinya berbolak-balik.
Secara garis besarnya, hati itu terbagi 3 (dalam hal berbuat baik, berbuat salah atau di antara keduanya):
1. Hati yang senantiasa dihiasi dengan ketaqwaan kepada Allah SWT. Dan senantiasa disucikan hatinya itu dengan amal soleh. Hati itu bersih dari akhlak-akhlak tercela dan dipenuhi dengan hidayah, hati akan mendapatkan hidayah.
2. Hati yang mati yang senantiasa dihiasi dengan hawa nafsu dan senantiasa dipenuhi dengan akhlak-akhlak yang tercela.
3. Hati yang sering diajak kepada hawa nafsu dan kejelekan. Ketika dipenuhi iman, maka hati itu akan kembali kepada kebaikan. Terjadi perebutan antara berbuat baik dan tidak (sering berbolak-balik). Pada kelompok ketiga inilah posisi kebanyakan manusia. Yang ingin kita capai adalah posisi yang pertama. Maka untuk menjaga hati kita agar tidak ke posisi 2 maka sering-seringlah berzikir kepada Allah dan berbuat amal soleh.
Ketika hati kita sakit, akan tertutup beberapa hal. Hati sakit biasanya dikotori oleh akhlak-akhlak tercela (dosa dan maksiat).
Apa yang akan terhalang apabila hati sakit?
1. Kita akan terhalang untuk mendapatkan ilmu. Rasulullah jika ingin mendapatkan wahyu, Allah menyuruh Rasulullah untuk mengerjakan shalat malam (tahajud) untuk menenangkan hati. Dalam ayat-ayat di Al-Qurán, Allah berfirman: “Kami menyucikan hati mereka, kemudian baru diberikan ilmu-ilmu agama”.
Dari sini kita dapat mengetahui bahwa hanya hati yang bersihlah akan menerima ilmu dengan baik dan barokah (ilmu yang bermanfaat bagi kita dan orang lain).
2. Kita akan terhalang untuk mendapatkan hikmah. Orang yang hatinya bersih akan memikirkan sesuatunya itu bahwa Allah menciptakannya dengan keadaan sedemikian rupa. Sedangkan orang yang hatinya tidak bersih akan bersikap tidak mau menerima pelajaran. Tidak tersentuh untuk melakukan hal-hal yang baik.
3. Kita akan sulit mengetahui sesuatu itu dengan mendalam ketika hati kita tidak bersih. Contoh, jika kita akan ujian, dan punya banyak masalah. Maka untuk mengetahui sesuatu itu akan sulit.
4. Kita akan sulit mencintai dan beribadah kepada Allah SWT ketika hati kita sakit. Jadi, jika kita malas beribadah maka hati kita itu sedang sakit. Bahkan sebagian ulama mengatakan: Kalaulah seseorang itu mengetahui segala sesuatu, kemudian dia tidak bisa mengetahui Allah dengan hatinya, sama saja dia belum mengetahui apa-apa. Karena ilmu itu datangnya dari Allah SWT. Oleh karenanya, seorang ilmuwan yang mempunyai keimanan maka ia akan menggabungkan pemahaman ilmu pengetahuan dan ilmu agama. Ketika menemukan hal-hal yang baru luar biasa, ilmuwan yang tersebut akan mengucapkan ‘Subhanallah’. Tapi ilmuwan yang tidak mengenal Allah akan berkata ini adalah hasil kerja saya, bukan hidayah dari Allah. Ini dapat dibaca dalam ayat Al-kahfi.
Bagaimana cara-cara menyucikan jiwa kita, yaitu dengan menyucikan hati kita. Hati kita harus dibersihkan dari semua kotoran yakni dengan:
- Memperbanyak istighfar. Rasulullah beristighfar lebih dari 70 kali setiap harinya.
- Memperbanyak amal soleh. Ketika kita bisa memberikan hal yang terbaik yang kita berikan, hati kita akan tenang
- Dengan shalat, apalagi kalau melakukan shalat malam. Shalat malam adalah shalat yang paling bagus untuk membersihkan hati kita.
- Kita perlu mengetahui kekurangan diri kita. Harus ada muhasabah (mengevaluasi diri kita). Orang yang mempunyai mata hati yang bagus, dia tidak malu ketika mengetahui aibnya. Kalau kita mengetahui kekurangan kita, maka kita akan berusaha untuk memperbaikinya. Maka jika kita dinasehati oleh orang lain, kita harus bisa menerima.
Ada 4 hal untuk kita bisa mengetahui kekurangan diri kita:
1. Hendaklah berkomunikasi dengan orang yang alim, yang bisa mengetahui kekurangan diri seseorang dan bisa mencarikan solusi untuk menyembuhkannya.
2. Hendaklah mencari teman yang benar-benar kita percayai, baik itu secara akhlaknya, agamanya, sehingga dia bisa memberikan penilaian yang objektif terhadap kita dan memberikan nasehat yang baik kepada kita.
3. Hendaklah dia mengambil faedah dari orang-orang yang memusuhi kita. Biasanya musuh itu menjelek-jelekkan kita, dari situ kita dapat mengevaluasi diri kita. Pernah seorang imam berpergian dengan membawa banyak buku. Di tengah jalan dia bertemu dengan seorang penyamun dan hendak mengambil buku-buku yang ada di dalam tasnya. Imam itu melarangnya karena buku tersebut adalah semua ilmunya. Kata penyamun, sebaiknya kamu menyimpan ilmumu itu di otakmu bukan di buku. Setelah kejadian tersebut, imam tersebut mengambil hikmahnya dengan menyimpan ilmu di dalam otaknya bukan di buku.
4. Hendaklah kita bergaul dengan masyarakat. Apa yang kita dapatkan dengan bergaul dengan masyarakat:
- Kita dapat mengetahui kekurangan dari kita sendiri dari berinteraksi dengan masyarakat.
- Ketika orang berbuat salah, kita bisa introspeksi terhadap diri kita sendiri, di mana letak kesalahannya.
Kisah: Seorang bertanya kepada Ibrahim bin Adam. Mengapa doa Kami tidak dikabulkan oleh Allah SWT. Kemudian Ibrahim menjawab karena hati kalian sudah mati.
Apa yang bisa mematikan hati kita, ada 8 hal:
1. Kita mengetahui hak-hak Allah kepada kita, tapi kita tidak melaksanakannya.
2. Kita membaca Al-Qurán, tapi kita tidak pernah melalukan ajaran-ajaran di dalamnya.
3. Kita mengatakan kita cinta kepada Rasulullah, tapi tidak pernah melakukan sunah-sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah.
4. Kita takut akan mati, tapi kita tidak mempersiapkan diri kita untuk menghadapi kematian tersebut.
5. Kita berbuat maksiat kepada Allah.
6. Kita mengatakan takut kepada api neraka, tapi kita mencampakkan diri kita ke api neraka
7. Kita mengatakan ingin sekali untuk masuk ke dalam surga, tapi kita tidak pernah mengerjakan amal soleh untuk kita dapat masuk ke dalam surga
8. Kita bangun dari tidur kita, kita buang jauh-jauh dan kita menyebarkan aib orang lain kepada masyarakat (menyebarkan fitnah).
Marilah sama-sama kita membersihkan hati kita, agar hati kita dibersihkan oleh Allah SWT dari segala macam jenis penyakit. Sehingga yang dimaksud dengan keajaiban hati adalah ketika hati ini baik maka semuanya akan baik, ketika hati kita tidak baik maka semuanya akan tidak baik. Kesemuanya berpangkal kepada hati kita.
Sumber: Materi Ceramah Pengajian Umum KPII Ahad, 25 Juni 2006 oleh Ustadz Arief Taufik, Lc.
Diringkas oleh Dina Feriana
Dari: http://alhijrah.cidensw.net/index.php?option=com_content&task=view&id=10
0 komentar:
Posting Komentar