Bismillah, Alhamdulillah Ash-solaatu was-Salaamu 'ala Rosulillah Wabishah bin Ma'bad ra berkata, "Aku mendatangi Rosulullah saw beliau berkata, "Apakah anda datang untuk bertanya tentang al-birr (kebaikan)?" Saya menjawab, "Ya." Rosulullah saw bersabda, "Mintalah fatwa kepada hatimu. Kebaikan itu adalah ketika jiwa dan hati menjadi tenang kepadanya. Sedangkan al-itsm (dosa) adalah yg membingungkan jiwa dan meragukan hati. Meskipun manusia memberi fatwa kepadamu." (HR Muslim)
Hadits di atas, menurut Ibnu Hajar, dlm al-wafi syarh al-arba'in, menunjukkaan keistemewaan Rosul saw yg memiliki sifat jawami'ul kalim. Dgn ungkapan singkat, Rosul saw dpt merangkum makna kebaikan (al-birr) dan dosa (il-itsm), besar atau kecil, secara komprehensif.
Definisi. Lisanul 'Arab jld 4 hal.51 menyebutkan al-birr, adalah tha'ah wa shidq (taat dan benar). Pengertian al-birr dlm firman Allah swt,"Dan saling tolonglah kalian dlm kebaikan (al-birr) dan taqwa." (AQ Al-Maidah (5): 2), adalah sikap baik secara horisontal dlm bermu'amalah sesama manusia. Sedangkan taqwa adalah sikap taat secara vertikal kpd Allah swt.
Al-Birr, juga boleh bererti ketaatan dlm dimensi lahir mahupun bathin. Allah swt berfirman, "Bukanlah menghadapkan wajah ke arah timur dan barat itu suatu kebaikan (al-birr), tetapi sesungguhnya kebaikan itu ialah beriman pada Allah, hari kemudian, malaikat2, kitab2, Nabi2 dan memberikan harta yg dicintai kpd kerabatnya, anak2 yatim, org2 miskin, musafir (yg memerlukan pertolongan) dan org2 yg minta2 dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan solat, dan menunaikan zakat, dan org2 yg menepati janjinya bila ia berjanji, dan org2 yg sabar dlm kesempitan, penderitaan dan dlm peperangan. Mereka itulah org2 yg benar (imannya), dan mereka itulah org2 yg bertaqwa." (AQ Al-Baqarah (2) : 177)
Pengertian2 tentang al-birr tersebut, tertuang ringkas dlm sabda Rosul saw. "Al-Birr adalah ketika jiwa dan hati menjadi tenang kpdnya."
Sedangkan al-Itsm, ertinya adz-dzanbu atau dosa (Lisanul Arab, 12/5). Menurut Al-Qurthuby, al-itsm adalah pekerjaan yg pelakunya pantas dihina (Tafsir al-Qurthubi, 2/20). Ibnu Hajar mengatakan, al-itsmu adalah ungkapan yg mencakup semua perbuatan buruk dan jelek, besar ataupun kecil. Dlm ungkapan yg lebih ringkas, Rosul menjabarkan erti al-itsmu dgn, "yg membingungkan jiwa dan meragukan hati."
Ciri-ciri Kebaikan dan Dosa. Dlm hadits ini, Rosul menjelaskan ciri2 sebuah kebaikan dan dosa. Keduanya berpulang pd kondisi jiwa serta hati. Dosa boleh dikesani melalui perasaan gelisah, ketidaktenangan dan kecenderungan seseorg menjauh dr melakukannya. Jiwa dan hati manusia, dijadikan Allah swt sensitif terhadap nilai suatu perbuatan. Ia ibarat radar yg diciptakan sangat sensifif menangkap perilaku manusia. Maka Rosul saw bersabda, "Mintalah fatwa pd hatimu." Bahkan lebih tegas lagi, " Meskipun seluruh manusia memberi fatwa kpdmu."
Imam Nawawi menyebutkan, "Bila anda mendpt hadiah dr seseorg yg banyak memiliki harta haram, sehingga hatimu ragu tentang kehalalan hadiah tersebut, meskipun seorg mufti menyatakan kehalalannya, tetapi sesungguhnya fatwa tak dpt menghilangkan syubhat (al-Wafi fi syarhil arba'in an-Nawawiyah, 195). Itu dgn catatan, bila fatwa tdk didasari dalil syar'i. Bila ya, maka hatilah yg harus tunduk dan tenang pd petunjuk fatwa. Bukan sebaliknya.
Suara Hati. Inilah yg dinamakan suara hati, seruan nurani. Dlm hadits lain yg diriwayatkan Muslim, dari Nawwas bin Sam'an ra., Rosul saw bersabda, "Dosa adalah yg meragukan hatimu dan anda tdk suka bila org lain mengetahuinya." Ertinya, dosa boleh dirasakan melalui perasaan risih pelakunya dr pengetahuan org lain. Bila seseorg merasa gelisah terhadap suatu pekerjaan, lantas ia tdk suka bila perilakunya diketahui org lain, itulah dosa. Inilah tuntunan dan pedoman yg jelas tatkala seseorg ragu menimbang suatu amal.
Namun, apakah selamanya hati dan jiwa memiliki kualiti seperti ini? Hanya hati yg masih bersih (thoharotul qolbi) dan masih sarat dgn cahaya Allah swt saja yg mampu berfungsi demikian. Semakin kotor dan penuh oleh debu maksiat, kemampuan hati dan jiwa manusia dlm mengesani kebaikan dan keburukan semakin lemah. Dan kondisi hati yg seperti ini tdk termasuk dlm anjuran Rosul saw utk dimintakan fatwanya.
Dari: http://groups.yahoo.com/group/dakwah/message/5510
0 komentar:
Posting Komentar