Banyak sekali di antara kita yang mempunyai hapalan berbagai macam do’a.
Diantara do’a-do’a tersebut adalah do’a supaya dipermudah dalam mencari rezeki, do’a supaya terhindar dari musibah, do’a agar kuat hapalan, do’a supaya cepat dapat jodoh, do’a agar selamat di kehidupan dunia dan akhirat, dan lain-lain.
Dalam berdo’a diperlukan syarat-syarat serta adab-adab tertentu, di antaranya bersih pakaian dan seluruh anggota badan dari barang yang haram, diutamakan dalam keadaan suci dari najis dan kotoran, memakai harum-haruman, membaca puji-pujian berupa Asma’ul Husna beserta shalawat dan sebagainya.
Tapi terkadang ada hal yang sering terabaikan yaitu masalah “keyakinan“. Betapa seringnya kita berdo’a, tapi terkadang kita tidak yakin terhadap terkabulnya do’a kita tersebut. Buktinya, kita sering bertanya-tanya di dalam hati ” Apakah do’a-do’a saya selama ini akan dikabulkan atau enggak ya, kok masih belum kelihatan ada tanda-tandanya juga?”
Nah.. bukannya hal tersebut membuktikan bahwa kita terkadang atau bahkan selalu kurang yakin akan terkabulnya do’a-do’a kita?
Ada sebuah kisah nyata menyangkut masalah antara do’a dan keyakinan tersebut, dan saya pernah dengar cerita ini dari salah seorang mubaligh kenamaan di Indonesia. Kisahnya adalah sebagai berikut:
Ada seorang anak ustadz atau kyai di suatu daerah, dan ia mempunyai masalah yang cukup serius menyangkut keselamatan dirinya. Jika pergi ke sekolah, diperjalanan selalu saja ia dihadang oleh seorang berandalan atau preman untuk dimintai uang disertai dengan ancaman kekerasan. Karena hal tersebut rupanya bukan sekali dua kali saja, maka ia pun merasa sangat terganggu. Sebagai seorang ustadz, ayahnya yang mengetahui peristiwa tersebut dialami oleh anak kesayangannya, maka kemudian ia memberi sebuah do’a pendek kepada anaknya tersebut beserta cara penggunaannya bilamana peristiwa yang sama terulang. Dan… memang peristiwa itu terulang kembali, pada perjalanan ke sekolah anak tersebut dihadang lagi oleh sang preman untuk dimintai uang secara paksa. Maka berbekal do’a dan tatacara yang diberikan oleh ayahnya maka ia kepalkan tangannya sambil membaca “Bismillaahi wallahu Akbar” dan ia pukulkan kepalan tangannya tersebut ke arah sang preman, dan seketika jatuh tersungkurlah sang preman hingga ia kapok dan tidak pernah menghadangnya lagi diperjalanan ke sekolah.
Dari kisah nyata di atas, rasanya kita juga sering membaca do’a yang dibaca anak ustadz tersebut. Kalau tidak salah, itu adalah do’a yang biasa kita baca jika akan menyembelih hewan. Tapi kenapa ya bisa sehebat itu?. Maka jawabnya, hal tersebut adalah karena keyakinan anak tersebut akan terkabulnya do’a yang dibacanya.
Jadi sebenarnya tidak ada do’a yang tidak dikabulkan jika memang kita tidak salah serta yakin dalam berdo’a. Hanya yang patut dicamkan adalah bahwa bentuk terkabulnya do’a itu bisa bermacam-macam, ada yang ditangguhkan untuk dikemudian hari, ada yang diganti bentuk pengabulannya dengan yang menurut Allah lebih baik, ada yang diganti dengan terhindarnya dari musibah, dan sebagainya.
Sesungguhnya Allah ada dalam persangkaan hamba kepada-Nya. Jika sang hamba yakin do’anya akan terkabul, maka pasti dikabulkan. Jika sang hamba tidak yakin do’anya akan dikabul, maka ……???
Wallahu A’lam.
Sumber: http://rumahcahaya.com/doa-dan-keyakinan/
Diantara do’a-do’a tersebut adalah do’a supaya dipermudah dalam mencari rezeki, do’a supaya terhindar dari musibah, do’a agar kuat hapalan, do’a supaya cepat dapat jodoh, do’a agar selamat di kehidupan dunia dan akhirat, dan lain-lain.
Dalam berdo’a diperlukan syarat-syarat serta adab-adab tertentu, di antaranya bersih pakaian dan seluruh anggota badan dari barang yang haram, diutamakan dalam keadaan suci dari najis dan kotoran, memakai harum-haruman, membaca puji-pujian berupa Asma’ul Husna beserta shalawat dan sebagainya.
Tapi terkadang ada hal yang sering terabaikan yaitu masalah “keyakinan“. Betapa seringnya kita berdo’a, tapi terkadang kita tidak yakin terhadap terkabulnya do’a kita tersebut. Buktinya, kita sering bertanya-tanya di dalam hati ” Apakah do’a-do’a saya selama ini akan dikabulkan atau enggak ya, kok masih belum kelihatan ada tanda-tandanya juga?”
Nah.. bukannya hal tersebut membuktikan bahwa kita terkadang atau bahkan selalu kurang yakin akan terkabulnya do’a-do’a kita?
Ada sebuah kisah nyata menyangkut masalah antara do’a dan keyakinan tersebut, dan saya pernah dengar cerita ini dari salah seorang mubaligh kenamaan di Indonesia. Kisahnya adalah sebagai berikut:
Ada seorang anak ustadz atau kyai di suatu daerah, dan ia mempunyai masalah yang cukup serius menyangkut keselamatan dirinya. Jika pergi ke sekolah, diperjalanan selalu saja ia dihadang oleh seorang berandalan atau preman untuk dimintai uang disertai dengan ancaman kekerasan. Karena hal tersebut rupanya bukan sekali dua kali saja, maka ia pun merasa sangat terganggu. Sebagai seorang ustadz, ayahnya yang mengetahui peristiwa tersebut dialami oleh anak kesayangannya, maka kemudian ia memberi sebuah do’a pendek kepada anaknya tersebut beserta cara penggunaannya bilamana peristiwa yang sama terulang. Dan… memang peristiwa itu terulang kembali, pada perjalanan ke sekolah anak tersebut dihadang lagi oleh sang preman untuk dimintai uang secara paksa. Maka berbekal do’a dan tatacara yang diberikan oleh ayahnya maka ia kepalkan tangannya sambil membaca “Bismillaahi wallahu Akbar” dan ia pukulkan kepalan tangannya tersebut ke arah sang preman, dan seketika jatuh tersungkurlah sang preman hingga ia kapok dan tidak pernah menghadangnya lagi diperjalanan ke sekolah.
Dari kisah nyata di atas, rasanya kita juga sering membaca do’a yang dibaca anak ustadz tersebut. Kalau tidak salah, itu adalah do’a yang biasa kita baca jika akan menyembelih hewan. Tapi kenapa ya bisa sehebat itu?. Maka jawabnya, hal tersebut adalah karena keyakinan anak tersebut akan terkabulnya do’a yang dibacanya.
Jadi sebenarnya tidak ada do’a yang tidak dikabulkan jika memang kita tidak salah serta yakin dalam berdo’a. Hanya yang patut dicamkan adalah bahwa bentuk terkabulnya do’a itu bisa bermacam-macam, ada yang ditangguhkan untuk dikemudian hari, ada yang diganti bentuk pengabulannya dengan yang menurut Allah lebih baik, ada yang diganti dengan terhindarnya dari musibah, dan sebagainya.
Sesungguhnya Allah ada dalam persangkaan hamba kepada-Nya. Jika sang hamba yakin do’anya akan terkabul, maka pasti dikabulkan. Jika sang hamba tidak yakin do’anya akan dikabul, maka ……???
Wallahu A’lam.
Sumber: http://rumahcahaya.com/doa-dan-keyakinan/
0 komentar:
Posting Komentar